NovelToon NovelToon
Red-Eye Detective Agency

Red-Eye Detective Agency

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Khairatin Khair

Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Setelah melarikan diri dari markas Sang Bayang, Bagas dan Siti kembali ke kantor mereka dengan membawa dokumen-dokumen penting yang bisa mengungkap identitas Sang Bayang. Namun, mereka sadar bahwa setiap informasi yang mereka dapatkan hanya semakin memperkuat ancaman di sekitar mereka.

Di kantor, mereka memeriksa berkas-berkas yang berhasil mereka selamatkan. Sebagian besar berisi catatan pertemuan rahasia, kontak-kontak penting, dan daftar lokasi yang diduga menjadi tempat persembunyian anggota Bayangan. Di antara semua berkas itu, ada satu catatan yang menarik perhatian mereka—jadwal pertemuan khusus yang akan diadakan malam ini.

"Pak, lihat ini," ujar Siti sambil menunjukkan jadwal tersebut. "Pertemuan besar. Bisa jadi ini pertemuan untuk merencanakan langkah mereka selanjutnya."

Bagas mengangguk, menyadari bahwa ini mungkin satu-satunya kesempatan mereka untuk bertemu Sang Bayang. “Kita harus datang ke sana dan memastikan siapa yang sebenarnya menjadi otak di balik Bayangan.”

Namun, mereka berdua tahu betul bahwa masuk ke pertemuan ini adalah langkah berisiko. Meskipun demikian, Bagas dan Siti sudah sepakat: apa pun yang terjadi, mereka tidak akan mundur.

---

Penyamaran Berisiko

Dengan menyamar sebagai anggota Bayangan menggunakan identitas palsu dari dokumen yang mereka temukan sebelumnya, Bagas dan Siti menyelinap menuju tempat pertemuan, sebuah gudang kosong di tepi kota. Mereka mengenakan pakaian gelap dan memastikan setiap peralatan pengintai mereka tersembunyi dengan baik.

Mereka tiba di gudang ketika malam mulai larut. Di sana, mereka melihat beberapa mobil mewah yang diparkir berderet. Orang-orang keluar dari mobil-mobil itu, semuanya berpakaian hitam dengan wajah yang menunjukkan keseriusan. Setiap orang harus menunjukkan identitas sebelum diizinkan masuk, dan Bagas serta Siti merasa gugup meski tetap berusaha tampak tenang.

Saat giliran mereka tiba, mereka memberikan kartu identitas palsu pada penjaga. Penjaga itu menatap mereka dengan curiga sejenak sebelum akhirnya mengangguk, mempersilakan mereka masuk.

Begitu di dalam, mereka melihat puluhan orang sudah berkumpul, berdiri melingkar di sekitar sebuah meja besar dengan lambang Bayangan yang terukir di atasnya. Beberapa pria berjas berdiri di depan, tampak jelas sebagai pemimpin dari kelompok tersebut.

Mereka berdua berusaha berdiri di sudut ruangan yang tidak mencolok, mendengarkan dengan saksama percakapan di sekitar mereka.

---

Kemunculan Sang Bayang

Beberapa menit setelah mereka berada di dalam, suasana menjadi hening saat seorang pria masuk ke ruangan dengan penuh karisma. Pria ini melangkah perlahan, tetapi setiap gerakannya tampak memiliki bobot yang berat. Semua orang di dalam ruangan menatapnya dengan hormat dan rasa takut.

Bagas dan Siti sama-sama membisu saat pria itu mulai berbicara.

“Saudara-saudaraku, saya senang melihat kalian semua masih setia. Setelah kejatuhan Hasan, kita berjanji untuk membangun kembali Bayangan. Sekarang adalah saatnya kita menunjukkan kekuatan kita pada dunia,” ujar pria itu, suaranya dingin dan penuh perhitungan.

Siti mengenali pria itu dan langsung menatap Bagas. Itu adalah Adrian, pengusaha besar yang beberapa kali mereka curigai sebelumnya. Pria itu bukan sekadar pengusaha biasa—ternyata, dialah Sang Bayang.

“Adrian,” bisik Siti, matanya dipenuhi rasa kaget dan takut.

Bagas mengangguk kecil, menahan ekspresi terkejutnya. Mereka tahu sekarang bahwa Adrian, dengan segala kekayaannya, telah mengambil alih kendali Bayangan setelah Hasan tertangkap. Bagas merasa bahwa mereka sudah lebih dekat pada kebenaran, tetapi juga sadar bahwa semakin dalam mereka masuk, semakin berbahaya situasinya.

---

Terjebak dalam Perangkap

Saat pertemuan mulai mereda, Bagas dan Siti mencoba keluar dari gudang dengan tenang. Namun, begitu mereka mendekati pintu keluar, seorang penjaga menghentikan mereka.

“Berhenti! Kalian berdua… aku belum pernah melihat wajah kalian sebelumnya,” kata penjaga itu dengan nada mencurigakan.

Bagas dan Siti saling berpandangan, mencoba mencari alasan, namun penjaga itu mulai berbicara melalui alat komunikasi di telinganya, mengirimkan pesan ke dalam gudang. Sadar mereka sudah terdeteksi, Bagas segera menarik Siti, dan mereka berlari keluar dengan kecepatan penuh.

Begitu mereka keluar dari gudang, beberapa pria bersenjata mengejar mereka, tak segan mengeluarkan senjata untuk menghentikan mereka. Malam yang sunyi pecah oleh suara tembakan yang menghujani tanah di sekitar mereka.

“Pak, kita tidak punya waktu! Mereka sudah menyiapkan perangkap ini untuk kita!” seru Siti, berusaha berlari lebih cepat.

Bagas mengangguk, melihat mobil mereka yang terparkir tak jauh di depan. Dengan segala tenaga, mereka mencapai mobil dan segera melarikan diri. Namun, pengejaran baru saja dimulai—dua mobil hitam muncul dari bayang-bayang, mengejar mereka tanpa henti.

---

Pengejaran dalam Gelap

Bagas menginjak pedal gas sekuat mungkin, mencoba menjauh dari gudang. Dua mobil hitam itu tetap menempel di belakang mereka, berusaha mendekat di setiap kesempatan. Di tengah pengejaran ini, Siti berusaha mencari sinyal untuk menghubungi polisi, namun sayangnya sinyal sangat lemah di area tersebut.

“Kita harus keluar dari jalan utama! Mereka akan terus mengejar jika kita tetap di sini,” ucap Siti, sambil mencoba mengatur napas.

Bagas setuju dan membelokkan mobilnya menuju jalanan kecil yang berbatu. Mobil-mobil pengejar tetap mengikuti, meskipun medan yang sulit mulai memperlambat mereka. Dalam upaya terakhir untuk mengelabui mereka, Bagas membelokkan mobil ke arah hutan yang gelap, mengandalkan pengetahuan tentang jalanan di sekitar mereka.

Setelah berbelok beberapa kali, mereka akhirnya melihat sebuah jembatan kecil di depan mereka. Bagas mempercepat laju mobil, melewati jembatan dengan kecepatan penuh, dan saat mereka berada di seberang, Bagas melakukan manuver tajam yang menyebabkan salah satu mobil pengejar tergelincir dan menabrak pagar jembatan.

Mobil pengejar yang tersisa segera memperlambat laju, menyadari bahwa mereka sudah kehilangan target.

---

Menyusun Rencana Balasan

Setelah berhasil meloloskan diri, Bagas dan Siti berhenti di tempat aman di luar kota untuk menenangkan diri dan mengecek dokumen-dokumen yang berhasil mereka bawa. Meski pengejaran itu nyaris merenggut nyawa mereka, keduanya merasa lega karena berhasil membawa bukti baru.

Siti membuka dokumen-dokumen tersebut, mencoba menemukan petunjuk yang dapat mereka gunakan untuk melawan Adrian dan sisa-sisa Bayangan. Di antara dokumen tersebut, terdapat beberapa nama yang diketahui sebagai pejabat tinggi dan tokoh masyarakat terkemuka.

“Pak, ini bukti kuat. Adrian tidak hanya membangun kembali Bayangan, tetapi ia juga mengendalikan orang-orang di pemerintahan. Ini bisa menjadi senjata kita untuk menjatuhkannya,” ujar Siti dengan nada bersemangat.

Bagas mengangguk, tersenyum penuh arti. “Kita harus menyerahkan ini kepada pihak berwenang, tetapi kali ini kita harus ekstra hati-hati. Adrian punya pengaruh besar, dan dia tidak akan tinggal diam setelah malam ini.”

---

Langkah Terakhir

Keesokan harinya, dengan dokumen-dokumen itu sebagai bukti, Bagas dan Siti menghubungi seorang teman lama di kepolisian yang dikenal jujur dan dapat dipercaya. Mereka tahu bahwa setiap langkah mereka kini diawasi oleh mata-mata Bayangan, sehingga pertemuan dengan pihak berwenang harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Pertemuan diadakan di sebuah tempat yang dirahasiakan. Mereka menyerahkan bukti-bukti itu, berharap polisi bisa segera bertindak untuk menangkap Adrian dan orang-orangnya.

“Ini adalah kesempatan kita untuk mengakhiri Bayangan sepenuhnya,” ujar Bagas kepada petugas polisi tersebut. “Dengan semua bukti ini, kita bisa menangkap mereka sebelum mereka sempat bersembunyi lagi.”

Polisi itu mengangguk, berjanji akan segera melakukan penyelidikan menyeluruh dan membawa Adrian ke pengadilan.

---

1
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
hadir😇👍🙏
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
hadir . mangat ya😇
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
saya mampir 👋jika berkenan mampir juga🙏
Luzor
Keren sekali thor, jarang sekali ada cerita tentang detektif, ditengah gempuran fantasy Timur dan System-system.

Semangat.
خيراة.: terima kasihh banyakk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!