Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cemburu lagi
Celsi menyenggol lengan Mutia setelah itu pergi dari sana tanpa memedulikan perkataan yang dikatakan Mutia.
Tiba dikamar Celsi merebahkan tubuhnya dengan mata yang tertutup.
" Hufff...."
Setelah beberapa menit Celsi membuka matanya, bersiap-siap pergi ke kampus karena ada jadwal belajar hari ini sampai sore.
Xaviar telah tiba di kantor setelah memastikan Celsi aman lewat laptopnya dan juga bawahannya yang mengatakan jika Celsi telah pergi ke kampus dengan aman.
Xaviar menatap laptopnya menonton Vidio yang memperlihatkan Celsi yang kesal dengan Mutia. Xaviar tersenyum penuh arti.
" Teryata Lo mencintai gue tapi Lo tidak sadar, tapi tenang saja akan gue buat Lo tersadar akan perasaan Lo " gumam Xaviar setelah menonton Vidio dari rekaman CCTV nya.
" Sepertinya Lo makan umpan sendiri. Lo membuat gue mencintai Lo namun Lo lebih dahulu mencintai gue heh.. "
Xaviar terkekeh sambil memandang foto Celsi dari laptopnya.
" Sepertinya membawa jalang itu pilihan tepat " gumam Xaviar yang merubah ekspresinya kembali datar.
" Tok..."
" Tok.."
Xaviar mengalihkan pandangannya ke arah pintu.
" Masuk..."
Pintu terbuka terlihatlah pria yang sudah berkepala empat dengan pakai putihnya, jangan lupakan kotak yang berisi beberapa pelataran rumah sakit yang dibawa.
" Tuan " sapa lelaki itu dengan hormat.
" HM..."
" Ada keluhan apa tuan ?" Ucap lelaki langsung ke intinya.
" Dika priksa tubuh gue, karena kemarin gue diberi obat etah itu obat apa " ucap Xaviar lalu berdiri dari tempat duduk kerjanya.
Xaviar berjalan menuju sofa lalu duduk di sana.
" Baik akan saya periksa " ucap Dika lalu mengeluarkan alat - alat yang dibawanya.
Setelah itu memeriksa keadaan tubuh Xaviar dengan alat seandainya yang dibawanya.
" Sebelum ini ada keluhan apa kalau boleh tau ?" Tanya Dika sambil memeriksa nadi Xaviar.
" Intinya setelah obat itu di suntikan di lengan gue, gue berilusi berhubungan yang saat itu emang gue lagi ingin berhubungan dan setelah kejadian itu besoknya gue cepat terangsang " jawab Xaviar santai sambil menyenderkan badannya di sofa menatap Dika dengan pandangan kosong.
" Itu adalah obat ilusi yang memiliki efek sampingnya selama seminggu orang yang terkena obat itu akan cepat terangsang dan tuan jangan khawatir karena obat itu tidak terpengaruh buruk bagi tubuh. Obat itu juga dijual dengan harga fantastis sehingga hanya orang berduit bisa membeli itu. " Ucap Dika yang di angguk oleh Xaviar.
" Ada penawarnya ? " Tanya Xaviar, karena segala hal yang ingin dibuat harus ada penawarnya.
" Ada tuan akan saya ambilkan "
" HM..."
" Sebelum itu tutup mulut jika tidak ingin mati atas segala hal yang terjadi hari ini " ucap Xaviar mengintimidasi lawannya.
" Baik tuan " jawab Dika dengan takut dengan tubuh bergetar karena aura yang dikeluarkan Xaviar di tambah tatapan Xaviar yang membuat lawan bicaranya ciut. Setelah itu Xaviar mengusir Dika dengan tangannya.
Dika membereskan semua peralatan dokternya dan pergi dari sana dengan cepat agar bisa membawa obat itu, hingga tidak membuat Xaviar menunggu terlalu lama.
Xaviar kembali duduk ke tempat duduk kerjanya, lalu mengusap layar laptopnya yang menampilkan wajah Celsi yang tersenyum manis tanpa beban.
" Bermain-main dengan gue HM...Celsi Lo tidak akan pernah lepas dari gue " gumam Xaviar menatap tajam foto Celsi yang berada di laptopnya.
Menggertak marah saat terbayang kejadian malam itu , bahkan Celsi tertawa puas melihatnya seperti itu dengan wajah polosnya, ditambah bukan ia yang melecehkan namun Celsi lah yang melecehkan. Kejadian malam itu tidak akan Xaviar lupakan.
Satu hal yang membuat Xaviar membatalkan rencana menguasai dunia, itu disebabkan mimpi aneh tentang kematiannya dengan wanita yang berada di peti mati yang diawetkan yang tidak terlihat siapa wanita di dalam mimpinya itu.
Setelah merenung Xaviar kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
.....
" Celsi how are you ? "
Celsi menoleh kesamping saat pundaknya di rangkul oleh seseorang.
" Eh Babang "
" Udah lama nggak ketemu, gue jadi kangen "
Ngomong- ngomong, apa melihat wajah tanpan akan membuat kita rileks ?
Aku merasa lebih rileks dan tenang saat menatap wajah tanpan itu di tambah iris biru itu.
" Gue tau kok gue tambah genteng, nggak sia- sia gue maskeran sampai emak gue marah " ucap Babang bangga sambil mengibaskan rambutnya dan menyisir rambutnya dengan gaya cool.
" Lo tambah jelek yang makin bertambah itu Lo makin kepedean " ejek Celsi sambil menepuk punggung Babang.
" Ya kita harus pede lah " ucap Babang dengan senyum mengembang ya.
" Seterah Lo dah, yok ke kelas " ajak Celsi..
" Ke kelas mana ?" Tanya Babang dengan alis terangkat.
" Makanya lihat info dari pak Udin "
Celsi menyingkirkan tangan Babang dari bahunya, setelah itu berjalan lebih dulu.
" Eh tunggu dulu dong "
Babang mengejar Celsi yang berjalan cepat agar menyamai langkah Celsi.
Setelah melakukan aktivitas di kampus yang melelahkan Celsi pulang ke mansion yang dijemput supirnya yang telah setambai sejak tadi.
Namun sebelum itu Celsi meminta untuk pergi ke supermarket terdekat untuk membeli cemilan yang akan di simpan dikamar nya.
Babang yang sedang memilih minuman tidak sengaja iris matanya menatap sosok perempuan yang terasa familiar. Hingga secara spontan Babang melangkahkan kakinya menuju perempuan itu berada.
Setelah berada disamping perempuan itu barulah tau siapa perempuan yang sedang memilih cemilan dengan wajah serius.
" Hey Celsi, sepertinya kita jodoh "
"Eh.."
Celsi menoleh menatap Babang yang bersandar di rak cemilan dengan tangan kirinya berada di kantong celananya.
" Lu lagi Babang "
Celsi memutar bola matanya malas.
" Celsi sepertinya kita ini jodoh dari langit maka dari itu ayo kita nikah " ucap Babang dengan tanpang serius.
" Gue udah nikah Babang " ucap Celsi menatap Babang sebentar setelah itu kembali memilih cemilan.
" Hah nggak papa gue masih bisa nikung selagi Lo masih hidup " ucap Babang dengan semangat.
Celsi mengingatkan alisnya mendengar Jawaban dari Babang.
" Minggir" ucap Celsi lalu berjalan ke sisi berikutnya tempat cemilan berada meninggalkan Babang tanpa memedulikan celotehan Babang.
" Mana genteng suami Lo dari pada gue ?" Tanya Babang sambil merapikan rambutnya dengan gaya cool nya menatap Celsi dengan senyum manisnya.
" Suami gue " jawab Celsi tanpa mengalihkan pandangan pada Babang.
" Yah..."
Babang bermuka masam menatap Celsi.
Celsi mengalihkan pandangannya pada Babang.
" Masih ada perempuan di dunia ini lebih baik dari gue " ucap Celsi menepuk pundak Babang yang terlihat loyo.
" Jodoh gue ilang satu, tapi nggak papa lah kalau emang jodoh kuat akan kembali lagi walau di ujung dunia mana pun "
" Nah kan Lo tau tuh..." Ujar Celsi yang melihat Babang yang telah kembali semangat.
" Oke kalau gitu gue duluan " pamit Celsi menuju kasir.
" Biar gue yang bayar "
" Oke, gue nggak boleh nolak rezeki " ujar Celsi lalu menyerahkan barang yang dibelinya ke Babang.
" Padahal tadi gue berharap Lo bilang tidak, kan gue cuma basa basi doang " ujar Babang namun masih mengambil semua barang yang di pegang Celsi.
" Dah sana bayar " suruh Celsi menunjuk tempat kasir.
Setelah selesai membayar Babang memberikan kantong yang berisi cemilan kepada Celsi.
" Terimakasih yah, dah... sampai bertemu lagi "
Celsi melambaikan tangannya sambil berjalan keluar supermarket menuju mobilnya yang telah di tunggu supir.
" Yah... Pertemuan berikutnya Lo berada di genggaman gue " gumam Babang dengan senyum penuh makna.
Babang keluar dari supermarket dengan wajah datarnya, menatap mobil Celsi yang melaju ke keramaian jalan raya.
Setelah sampai di mansion pandangan pertama yang dilihat Celsi adalah keromantisan Xaviar dan juga Mutia yang bergelayut manja di lengan Xaviar seperti ulat bulu. Celsi masuk ke dalam mansion menuju kamarnya. Namun ulat bulu itu membuat Celsi menunda jalannya.
" Nggak sopan sama tuan sendiri, sapa sedikit " ketus Mutia memandang Celsi sinis.
Celsi menoleh menatap Mutia dan Xaviar lalu berjalan menuju tempat mereka duduk.
" Emang kita kenal, sampai harus gue sapa Lo " ketus Celsi dengan wajah tidak suka melihat Mutia yang merangkul lengan Xaviar.
Celsi menatap Xaviar yang juga menatap Celsi hingga iris mata hitam indah Xaviar menatap tepat di iris mata Celsi yang bewarna coklat.
Mutia yang menatap mereka saling tatap- tatapan langsung mengalihkan pandangan mereka.
" Sayang ...adek raper " ucap Mutia manja.
Mutia mengelus perutnya masih memeluk lengan Xaviar.
" Ok, Lo juga "
Xaviar menatap Celsi setelah itu pergi ke ruangan makan yang di susul Celsi dari belakang.
'Apa bagus nya tuh wanita? kek ulat bulu gitu, dimana - mana masih bagusan gue kok ' batin Celsi yang kesal menatap punggung Mutia.
Di sepanjang makan tadi Celsi hanya diam sambil menatap keromantisan Xaviar dan Mutia. Bahkan makanan Celsi tidak habis, karena tidak bisa ke telan oleh kerongkongannya.
Sampai akhirnya di sinilah Celsi berada di kamar sambil memakan cemilannya dengan rakus dan juga kesal.
" Awas aja gue bales Lo " gumam Celsi sambil memikirkan rencana yang bagus untuk membalas Xaviar.
" Ahaa..."
Celsi tersenyum saat mendapatkan rencana yang bagus.
Celsi mengambil handphonenya lalu mencari kontak seseorang.
" Hallo..."
" Iya ada apa Celsi ?"
" Lo bisa nggak main kerumah gue, nginep juga nggak papa kok "
" Oke kalau itu mau Lo "
" Oke makasih yah..."
Setelah itu Celsi menutup sambungan teleponnya dengan senyum lebarnya.
" Lo bisa masa gue nggak bisa " gumam Celsi dengan bangga. Setelah itu membersihkan dirinya dan menunggunya di luar.