Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. tidak sudi
Pagi-pagi Burhan selaku Dokter keluarga Wiguna datang ke mansion, dia diminta datang oleh Al untuk mengambil sesuatu.
tok .. Tok..
Cindy kebetulan sedang lewat mendengar ketukan pinti dia langsung membukanya, di lihatnya Burhan sedang berdiri di depan pintu.
Deg!!
Cindy sangat terkejut, tiba-tiba saja ada orang yang paling ia hindari dan tak mau ia temui ada di hadapannya saat ini.
"Kau? mau apa kau kemari? Perasaan tidak ada yang sakit di rumah ini." Tanya Cindy beruntun.
"Aku datang kemari ingin memeriksa hatimu, mengecek apakah disana tertera namaku di dalamnya atau tidak? Jika belum ada, maka aku akan mengisinya dengan cintaku padamu." Gombal Burhan.
Cindy memutar bola matanya jengah, setiap kali bertemu sahabat kakaknya yang satu ini selalu saja merayunya, namun Cindy tak pernah menggubrisnya perasaannya hanya terpaku pada satu nama yaitu Satria.
"Mau masuk enggak nih? Kalau kagak gue tutup lagi nih pintu." Sewot Cindy.
" Oh Cindy kau seperti Candy yang manis rasanya, oh pujaan hatiku sudi kah kau menjadi belahan jiwaku." Bukannya menjawab Burhan malah bersajak di depan pintu.
"Gak SUDI." Tekan Cindy berlalu meninggalkan Burhan yang dianggapnya sudah gila.
Sejak memasuki sekolah menengah, Burhan selalu berusaha mendekatinya. Awalnya Cindy menyukai Burhan namun saat dia tau kelakuannya yang suka menggoda satu wanita ke wanita lainnya dia menjadi risih melihatnya. Tapi berbeda dengan Burhan, dia selalu berusaha mendapatkan hati Cindy sudah lama sekali namun selalu saja di tolaknya. Dari kejauhan Adel tertawa melihat dan mendengar secara langsung percakapan antara Burhan dan Cindy.
"Oh Dokter .. Kenapa kau masih berdiri di sana, tidakkah kau masuk ke dalam istana ini?" Ucap Adel menirukan suara Burhan.
Adel tertawa sambil memegangi perutnya, Cindy menyumpal mulut Adel dengan roti agar diam. Burhan mengira kalau tidak ada yang melihat kelebayannya, hingga akhirnya dia malu setengah mati.
"Masuklah Pak Dokter, jangan terus berdiri di depan pintu nanti kakinya keram loh." Ledek Adel.
Burhan tersenyum kikuk, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion Wiguna.
'tunggu dulu, bukannya dia yang waktu itu di rumah sakit ya?' Tanya Burhan dalam hatinya.
"Kau mau bertemu siapa?" Tanya Adel.
"Ekhemmm ... Aku mau bertemu dengan Albert." Jawab Burhan berdehem menetralkan suaranya, dia harus tetap terlihat berwibawa bukan.
"Dia ada diatas, kau ke atas saja." Ucap Adel.
Burhan menganggukkan kepalanya, dia pun naik ke lantai atas dimana kamar Albert berada. Namun sebelum naik, dia mengedipkan matanya ke arah Cindy yang di balas dengan kepalan tangan oleh pujaan hatinya.
"Jangan terlalu membenci seseorang, nanti jatuh cinta repot sendiri." Ledek Adel.
"Diem kagak?! Amit-amit banget gue suka ama tuh upil, mending ama yayang Satria, dia mah baek orangnya gak kayak dia geser sana geser sini iddiiih males banget." Cerocos Cindy. Dia mengetuk kepalanya menggunakan kepalan tangannya.
"Hahahaha.. Jadi, Burhan yang lu maksud tuh yang ini, emang bener sih waktu bokap di bawa ke rumah sakit dia liatin gue mulu terus di kerjain sama si Farid." Ucap Adel diringi tawanya yang khas.
Cindy mencubit lengan Adel yang terus menertawakannya, dari dulu mereka selalu bersama Adel, Cindy, Farid, Nabila dan Luna kelimanya satu sekolah, berbeda dengan Cindy keempat yang lainnya tidak melanjutkan pendidikannya hanya sampai sekolah menengah. Mommy Indah dulu mendaftarkannya ke sekolah elit, namun sekolah elit itu terkesan monoton dan kegiatannya lebih banyak, jadinya Cindy merengek sampai mengancan tidak mau melanjutkan sekolahnya kalau tidak di pindahkan ke sekolah biasa.
Burhan mengetuk pintu kamar lalu membukanya, dia menyembulkan kepalanya di balik pintu dan melihat sekeliling kamar mencari sosok Al, dilihatnya Al sedang duduk bersandar di kepala ranjangnya. Perlahan Burhan berjalan mendekati Al, pasalnya selain kondisi Albert yang tak menentu dia juga takut kena marah karena dia terlambat datang.
"Kenapa kau terlambat?" Tanya Al datar.
'Nah kan, firasat gue gak meleset' Batin Burhan.
"Kemarin banyak pasien yang harus di operasi, beberapa Dokter bedah sakit dan berhalangan hadir jadi dengan terpaksa aku yang menanganinya sebagai penanggung jawab di rumah sakit." Jawab Burhan dengan jujur.
"hem" jawab Al singkat.
Al menggeser tubuhnya dan membuka laci di sampingnya mengambil botor kecil berisikan serbuk yang di temukan oleh Adel kemarin, Al memberikan botol itu kepada Burhan yang langsung di terima oleh Burhan sendiri.
"Apa ini?" Tanya Burhan memutar-mutar botol kecil di tangannya.
"Bawa botol itu kepada professor Alexander, cek dengan teliti serbuk apa itu lalu kirimkan laporannya padaku." Titah Albert.
Mendapat perintah dari Al Burhan langsung menganggukkan kepalanya, dia memasukkan botol kecil tersebut ke dalam tasnya.
"Apa ada lagi yang kau butuhkan?" Tanya Burhan.
"Tidak ada." jawab Al dingin.
'Anak setan! Udah gitu aja, kan bisa japri ke siapa kek, buang-buang waktu saja bestie gue satu ini.' Bagin Burhan.
"Kalau begitu aku mau bertanya, apa kau tahu siapa wanita yang sedang bersama adikmu?" Tanya Burhan.
"Untuk?" Tanya Al seraya memicingkan matanya curiga.
"Ya untuk aku dekati lah, siapa tahu jodoh ya kan? ikhtiar namanya, Bro." Ucap Burhan sambil menaik turunkan Alisnya.
Albert mengernyitkan dahinya, dia tidak tahu wanita mana yang di maksud oleh Burhan. Seingatnya di rumah ini hanya ada ibunya, Adel, Cindy dan pelayan wanita, tidak mungkin Burhan menyukai pelayan.
"Wanita rambut kucir kuda, kaos oversize, celana jeans, lesung pipi di bagian pipi kirinya?" Tebak Al.
Albert menggambarkan ciri-ciri Adel pada Burhan, karena tebakannya pasti wanita yang di maksud Burhan itu adalah istrinya.