Janda hanyalah statusku.
Nadira Ayu, seorang gadis muda yang berparas cantik. Tak pernah terbayangkan oleh Nadira, jika dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih begitu muda.
Lika liku serta permasalahan dalam hidupnya seolah telah berhasil membuatnya terlempar dari keluarganya sendiri. Hingga pada suatu hari, dengan tanpa sengaja, dirinya dipertemukan dengan seorang gadis kecil yang begitu cantik.
Dan alangkah terkejutnya Nadira, saat gadis kecil itu menginginkannya untuk menjadi sang mommy baginya. Namun sayang, daddy dari gadis kecil itu memandang dirinya dengan sebelah mata hanya karena ia berstatus sebagai seorang janda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Calon Mama Mertua
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Sang hati masih begitu sedih. Kesedihan itupun benar - benar telah tersirat nyata dan tergambar dari lingkaran hitam di sekitar kedua mata indahnya.
Hampir semalaman gadis cantik itu menangis. Dirinya begitu sangat sedih dan tak siap jika harus menikah di usianya yang begitu sangat belia. Masih sekitar lima bulan lagi usianya baru genap delapan belas tahun, tapi, pernikahannya sudah tinggal menghitung hari lagi. Jika Nadira tak memikirkan perasaan kedua orang tuanya, sudah pasti dirinya lebih memilih untuk pergi saja dari rumah ini.
Pagi ini Nadira benar - benar tak semangat melakukan pekerjaan rumahnya. Hati dan pikirannya benar - benar kalut memikirkan nasibnya yang seperti ini.
Seusai mencuci piring kotor di dapur, kini Nadira hendak melakukan pekerjaan yang lainnya, yaitu menyiram beberapa tanaman bunga yang tumbuh subur di halaman belakang rumahnya.
Nadira terus melangkah, hingga saat sepasang kaki jenjangnya itu melewati bagian ruangan tamu yang terhalang oleh dinding, samar - samar dirinya mendengar adanya suara yang begitu cukup familiar di indera pendengarannya.
Ya, Nadira sangat tahu betul siapa pemilik suara itu. Ternyata calon mama mertuanya itu sedang datang bertamu, dan ternyata sang mama dan sang kakak lah yang menemui calon mama mertuanya itu.
" Ada mama dan kak Siska yang sudah menemani mamanya kak Dani, jadi aku tak perlu menemuinya ". Gumam Nadira, lalu gadis remaja itupun berlalu menuju halaman belakang rumahnya.
" Bunga - bunga yang cantik, saatnya aku siram kalian ". Seru Nadira, lalu gadis itupun mulai menyiram tanaman bunga itu dengan air yang sudah mengalir dari dalam selang.
Untuk sesaat kesedihan yang dirasakannya menjadi hilang. Keindahan serta warna dari bunga - bunga itu seolah menjadi hiburan yang begitu menyenangkan untuk hatinya yang sedih.
" Nadira ". Panggil seseorang yang sangat ia tahu siapa orangnya.
" Kak Siska, ada apa kak, kenapa kakak ke mari? ". Sahutnya bertanya.
" Sudah jangan banyak bertanya, lepaskan pekerjaan mu itu, mama menyuruhmu untuk menemui calon mama mertuamu cepat ". Seru Siska tanpa bantahan.
Nadira langsung menurut saja, ia tak ingin jika sampai jadi sasaran kemarahan mamanya, apalagi papanya sedang pergi keluar untuk melihat tokonya, sudah pasti tak akan ada yang membelanya.
" Ini tante, Nadira nya ". Seru Siska dengan menuntun Nadira.
" Nadira, kemarilah nak, duduk di samping tante, tante membawa sesuatu untukmu sayang ". Seru Lusi sang calon mama mertua.
Nadira pun duduk di samping mama dari laki - laki yang akan menjadi suaminya itu. Jujur saja, sebenarnya Nadira merasa risih dengan situasi sekarang ini, namun demi menghormati para orang tua, dirinya harus tetap tenang dalam menghadapi mereka.
Lusi sang calon mama mertuanya itupun mengerahkan dua paperbag pada Nadira, nampaknya wanita paru baya itu sedang ingin melakukan pendekatan pada calon menantunya.
" Dira, dibukanya nanti saja ya sayang, semoga kamu suka hadiah dari tante ". Seru lusi tersenyum setelah memberikan dua paperbag itu.
Nadira hanya memberi respon senyuman saja pada calon mama mertuanya. Dirinya sama sekali tak berminat jika harus memulai pembicaraan dengan calon mama mertuanya, meski sebenarnya tante Lusi ini terlihat baik dan ramah padanya, namun tetap saja, masih butuh waktu bagi Nadira agar dirinya bisa menerima semua ini dengan sepenuh hatinya.
Perbincangan mereka masih terus berlanjut. Nadira pun hanya sesekali menjawab iya ataupun tidak, ketika tante Lusi menanyakan sesuatu padanya. Bahkan tante Lusi itupun banyak menceritakan tentang sikap putranya Dani yang selalu dirinya bangga - banggakan, dan Nadira yang mendengar bagaimana sifat dari calon suaminya itu, sedikit cukup senang, karena calon suaminya Dani sepertinya adalah sosok yang sangat baik dan bertanggung jawab.
Hingga hampir satu setengah jam mereka mengobrol, nampaknya tante Lusi sudah ingin mengakhiri silaturahmi nya, mungkin karena ia masih ada kepentingan lain sehingga ingin menyudahi pertemuan ini.
" Ya sudah jeng, Dira, Siska, kalau begitu saya pamit dulu ya, sepertinya saya sudah harus pulang ". Seru Lusi.
" Aduh jeng, kenapa terburu - buru sih jeng, kami masih ingin bicara loh dengan jeng Lusi ". Sahut Santi.
" Ya lain kali saja ya jeng, sudah, jeng Santi tak perlu khawatir, nanti kalau anak kita sudah menikah, pasti saya dan keluarga akan lebih sering silaturahmi ke mari jeng ". Sahut Lusi dengan memberi pengertian.
" Baiklah jeng, yang dikatakan jeng Lusi memang benar, aduh kalau begitu saya sudah tak sabar ingin kedua anak kita cepat - cepat menikah jeng ". Sahut Santi dengan senangnya.
" Iya jeng, ya kita doakan saja agar semuanya berjalan lancar sehingga apa yang kita inginkan tercapai, amin ". Sahut Lusi.
Dengan bergantian Lusi pun memeluk dan mencium calon besan dan juga calon menantunya Nadira sebelum akhirnya wanita paru baya itupun benar - benar pergi dari kediaman pak Yudi.
Kini hanya tinggallah Santi sang mama, Siska sang kakak, dan Nadira sendiri di rumah itu.
" Kamu itu bagaimana sih Dira?, ada calon mama mertuamu datang kemari harus kamu sambut dengan suka cita, ini malah memasang wajah murung seperti itu, dasar anak tak tahu sopan santun ". Kesal Santi.
" Iya ma, memang anak ini tak punya sopan santun, apa susahnya sih tersenyum pada calon mama mertua sendiri ". Timpal Siska yang membenarkan kalimat mamanya.
Nadira yang mendengar ocehan kesal dari sang mama dan juga kakaknya pun hanya diam. Dan dari sikap mereka berdua sangat jelas di mata Nadira, jika, ternyata mamanya dan juga kakaknya sangat ingin dirinya pergi dari rumah ini. Entahlah, apakah perasaannya ini benar atau tidak, tapi yang pasti, itulah yang dirinya rasakan.
*****
Suasa alam sekitar terasa mulai hangat. Mungkin karena waktu sudah memasuki sore hari wajar saja memang jika rasa panas pun berubah jadi menghangat.
Di dalam kamarnya, Nadira memperhatikan beberapa hadiah yang diberikan oleh tante Lusi tadi, ternyata isinya adalah beberapa perlengkapan make up, parfume, dan juga dua buah syal yang sangat indah.
" Tante Lusi baik sekali, maafkan Dira ya tante yang sudah bersikap sedikit acuh tadi ". Lirih nya.
Tak ada kegiatan rumah apapun pada sore ini, karena semua pekerjaannya telah selesai Nadira lakukan.
Nadira mengedarkan pandangan nya ke arah jendele, entah mengapa dirinya seolah mendengar suara motor yang sangat ia kenal betul siapa pemiliknya, namun kedatangan motor itu masih berada di balik pintu gerbang halaman depan rumahnya.
" Suara itu, seperti suara motor Fitri? ". Gumamnya dengan masih menatap halaman rumahnya.
Dan ternyata benar, kedua sahabatnya lah yang datang. Mereka sepertinya masih berbicara dengan pak Ilham di depan sana. Karena tak sabar ingin menemui kadua sahabatnya, Nadira pun segera keluar dari kamarnya.
Gadis remaja itu melangkah dengan sedikit cepat untuk menyambut kedatangan kedua sahabatnya itu di teras rumahnya.
" Terima kasih ya pak Ilham, kalau begitu kami permisi masuk dulu ". Seru Fitri, lalu gadis itupun kembali melajukan motornya hingga sampai di garasi rumah Nadira.
" Rika, Fitri ". Seru suara seorang gadis yang sangat Rika dan Fitri kenal.
" Nadira ". Sahut keduanya, lalu Rika dengan Fitri pun meletakkan helm mereka sebelum akhirnya melangkah mendekati Nadira.
" Kamu sudah ada di luar saja, kamu tahu ya kalau kita mau datang ke sini? ". Seru Fitri setelah berada di dekat sahabatnya.
" Tadi aku di kamar, dan tak sengaja aku seperti mendengar suara motor mu, ya jadinya aku keluar ". Sahut Nadira.
" Hihihihi... Dir - Dir, sampai sebegitu pekanya kamu sama kedatangan kita, bahkan suara motor ku pun sampai kamu kenali ". Seru Fitri dengan tawanya yang sedikit geli.
" Hahahaha... iya benar sekali ". Timpal Rika yang tak kalah gelinya.
" Ya sudah masuk dulu, kalian datang ke sini tanpa memberitahuku pasti ada yang ingin kalian bicarakan ". Ajak Nadira.
Dan ketiga gadis remaja itupun masuk bersama. Nadira melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk membuatkan minuman penyejuk untuk kedua sahabatnya, sedangkan Fitri dan Rika sudah duduk di ruang tamu.
Tak butuh waktu lama, si gadis cantik Nadira pun keluar dengan tiga gelas jus jeruk dan juga kue lapis legit di nampannya.
" Fitri, Rika, ini di minum dulu minumannya, ini rasanya enak loh ". Seru Nadira dengan meletakkan minuman dan makanan ringan itu di atas meja.
" Terima kasih ya Dir ". Seru Rika.
" Iya, jangan lupa kue lapis legitnya juga di makan, ini enak loh, aku sendiri yang buat tadi pagi ". Seru Nadira lagi.
" Wah wah wah, kamu ini Dir dalam hal membuat makanan juga pintar, pintar bersih - bersih rumah, pintar masak, hemm... kamu itu seperti perempuan yang sudah siap jadi istri tahu ". Seru Rika.
Deg...
Hati Dira langsung tertegun setelah mendengar ucapan sahabatnya. Apa yang dikatakan oleh Rika, itu memanglah benar. Dirinya memang seperti perempuan yang sudah siap menikah, karena pada kenyataannya, tak lama lagi, dirinya memang akan segera menikah.
" Dir, kita ke sini ada yang mau kita bicarakan sama kamu, ini tentang kuliah kita ". Seru Fitri.
" Huum betul ". Dehem Rika karena gadis itu sedang mengunyah kue.
" Lalu? ". Tanya Dira singkat.
" Loh, kok malah lalu sih Dir, ya kita harus kuliah lah, itu kan kesepakatan kita dari awal jika kita lulus SMA kita akan kuliah di universitas yang sama, dan menurutku Universitas I, itu adalah salah satu universitas terbaik di daerah kita, bagaimana, kamu mau kuliah di sana? ". Jelas Fitri.
" Tidak ada kuliah ". Sentak suara yang cukup nyaring dari seberang ruangan sana.
Sontak saja Fitri dan juga Rika pun langsung menoleh ke arah sumber suara, dan ternyata mama Dira lah yang menyentak mereka.
" Tante apa kabar ". Seru Fitri.
" Baik ". Sahut Santi ketus.
Baik Fitri maupun Rika sudah tahu bagaimana sifat mama Dira. Jadi mereka sudah paham jika si tante Santi ini, memang tak akan pernah bersikap lembut pada teman - teman Dira.
Namun terasa ada yang mengganjal dalam benak mereka saat ini, apa tadi maksud tante Santi yang mengatakan tidak ada kuliah, memangnya Dira tak akan kuliah?.
" Kenapa kalian menatap tante seperti itu?... oh tak apa, aku sudah paham kenapa kalian bingung ".
" Baiklah, akan tante beri tahu sekarang, dengarkan ya, Nadira itu tidak akan kuliah, kenapa?... karena Nadira akan segera menikah ". Pungkas Santi.
Deg...
"'Apa?... ". Fitri dengan Rika begitu sangat terkejut bukan main. Bahkan mereka membelalakkan kedua bola matanya tak percaya. Benarkah sahabatnya ini akan segera menikah?, tapi, mengapa secepat ini?.
" Dir, benar kamu akan menikah Dir? ". Tanya Fitri dengan masih tak habis pikir.
" Iya Dira, kamu benar mau menikah?... yang benar saja Dir, ingat loh, kamu itu masih sangat muda, masih belum delapan belas tahun, dan kamu sudah akan menikah? ". Timpal Rika yang juga merasa tak habis pikir dengan Nadira.
" Fitri, Rika, bukannya tante sudah memberitahu kalian, kenapa kalian masih bertanya lagi? ". Tegas Santi.
" Bu-bukan seperti itu tante, hanya saja kita sangat terkejut... ba-bagaimana bisa Dira akan menikah secepat ini, terus kuliahnya bagaimana?, dan setahu kami, Dira akan kuliah dengan mengikuti tes IQ di kampus agar mendapat beasiswa pintar, tapi kalau Dira sudah menikah kan, tak akan dapat beasiswa lagi tante ". Seru Fitri yang menjelaskan.
" Kalian ini tak mendengar ucapan tante tadi ya, tak ada kuliah, Nadira tidak akan kuliah, karena Nadira akan segera menikah ". Pungkas Santi lagi dengan sejelas - jelasnya.
Nadira hanya bisa terdiam dan menunduk. Bahkan cairan bening itupun sudah hampir memenuhi setiap sudut kedua bola mata indahnya, hanya dengan satu kedipan saja, maka, cairan bening itupun langsung luruh membasahi kedua pipi putihnya.
" Jadi tante ingatkan pada kalian, jangan lagi kalian bahas soal kuliah - kuliah karena Dira tak akan kuliah ". Lanjutnya lagi.
Sang sahabat Rika dan juga Fitri pun merasa sangat kasihan pada Dira. Sangat terlihat jelas jika sahabatnya ini sedang menahan kesedihannya.
Sebenarnya apa yang telah terjadi, mengapa tiba - tiba Nadira ingin menikah?, dan apa yang terjadi pada hari ini, benar - benar sangat jauh dari impiannya.
Bersambung..........
Hai kakak - kakak, ini adalah karya kedua Author, semangat membaca ya.
🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿