Duda Kaya Itu Suamiku
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Riuhan serta suara langkah drap sepatu para siswa dan siswi nampak terdengar menghiasi lorong sekolah hingga menuju aula. Kini para siswa dan siswi yang telah menduduki kelas dua belas itu, nampak mulai memenuhi ruangan aula sekolah dengan duduk di antara banyaknya kursi yang telah disediakan.
Ya, di pagi hari yang cerah ini, adalah hari pengumuman kelulusan siswa dan siswi SMA 1Harapan. Mereka semua nampak begitu senang sekaligus deg - degan karena para guru masih akan mengumumkan kelulusan mereka. Begitupun dengan yang dialami oleh seorang siswi cantik ini, yaitu Nadira Ayu.
Ya, Nadira Ayu adalah salah seorang siswi yang berparas sangat cantik di sekolahnya. Banyak dari para siswa yang begitu mengagumi dirinya. Sosoknya yang pendiam dan sopan, membuatnya banyak di sukai oleh para siswa, namun Nadira, bukanlah gadis yang bisa dengan mudah ditaklukkan. Dirinya yang begitu baik dan sangat menghormati kedua orang tuanya, membuat Nadira merasa enggan untuk menjalin hubungan dengan pria manapun, karena itulah yang diminta oleh kedua orang tuanya.
" Kapan sih pemberitahuan kelulusan kita akan diumumkan, aku tak sabar sekaligus dag dig dug ini ". Seru Fitri pada kedua sahabatnya.
" Iya sama, aku juga begitu Fit, jantungku rasanya deg - degan terus dari tadi, untung jantungku ini ciptaan Tuhan, coba kalau buatan pabrik, pasti sudah copot ini ". Sahut Rika dengan memegangi dada sebelah kirinya.
" Ih, kamu apa sih Rik, terlalu lebay kamu, mau tahu kabar tentang kelulusan saja jantungnya sampai mau copot ". Sahut Fitri sinis, karena menurutnya temannya itu sangatlah berlebihan.
" Aduh Fit, maksudnya jantung mau copot itu hanya istilah saja, karena aku dari tadi memang deg - degan ". Ralat Rika, karena itulah maksud dari ucapannya.
Rika lalu menatap pada sahabatnya yang agak pendiam. Nampaknya sahabatnya terlihat tenang - tenang saja.
" Dira ". Seru Rika.
" Iya, ada apa Rik? ". Tanya Nadira dengan pandangannya yang langsung menoleh pada sang sahabat.
" Kamu dari tadi kenapa diam, memangnya kamu tak merasa deg - degan apa, kan hari ini pengumuman kelulusan kita ". Sahut Rika dengan masih menatap Nadira.
" Ya sebenarnya deg - degan juga Rik, tapi kan aku harus tetap tenang, yang terpenting apapun nanti hasilnya, ya harus diterima dengan baik ". Sahut Nadira dengan gayanya yang memang nampak selalu tenang.
" Huum... kamu memang benar Dira, mungkin karena akunya yang terlalu heboh ". Sahut Rika.
Dan akhirnya ketiga gadis remaja itupun menatap ke depan melihat para guru yang sudah bersiap memberikan pengumumannya.
" Baiklah anak - anak kami akan memberitahukan nya, selamat untuk semua anak - anakku, kalian semua dinyatakan lulus ". Seru bu Wulan.
Sontak semua siswa dan siswi yang ada ruangan aula itupun merasa sangat senang. Bahkan tak sedikit dari mereka ada sempat menjatuhkan air mata bahagianya.
" Alhamdulillah, akhirnya kita semua lulus, terima kasih ya Allah ". Syukur Nadira, sudah tak bisa digambarkan lagi bagaimana rasa bahagianya.
" Aku sangat senang, akhirnya kita semua bisa lulus bersama ". Seru Fitri.
" Iya aku juga senang, aku sudah tak sabar tahu ingin segera kuliah ". Sahut Rika.
Lalu ketiga sahabat yang sedang dilanda rasa bahagia itupun saling berpelukan dengan meluapkan emosi kebahagiaan nya. Akhirnya, perjuangan mereka selama tiga tahun dalam menempuh pendidikan sekolah menengah atas, telah membuahkan hasil yang begitu sangat membahagiakan.
*****
Senyum kebahagiaan masih terus terpancar di paras cantiknya. Selain dinyatakan lulus, dirinya juga dinyatakan sebagai salah seorang siswi dengan kelulusan nilai terbaik, tentu dirinya sangatlah bahagia, dan kebahagiaan ini pastinya akan semakin berlipat ganda kala dirinya memberikan kabar penting ini pada keluarga tercintanya.
" Assalamualaikum, selamat sore pak Ilham ". Sapa Nadira ketika dirinya sudah memasuki halaman rumahnya.
" Waalaikumsalam, selamat sore non Nadira ". Sahut sang security pak Ilham dengan senyuman ramahnya.
Lalu Nadira pun terus melenggang masuk ke rumahnya.
" Wah, ada apa dengan non Dira, kelihatannya sangat senang sekali, huum syukurlah, saya ikut senang non jika non Dira bisa tersenyum seperti itu ". Gumam pak Ilham dengan masih menatap punggung mungil Nadira hingga hilang di balik tembok.
Bukan tanpa sebab pak Ilham bermonolog seperti itu, pasalnya Nadira selalu diperlakukan layaknya bukan anak kandung bagi tuan dan nyonya nya, entahlah, pak Ilham sendiri juga tak paham, mengapa kedua majikannya itu bisa bersikap demikian pada putrinya sendiri.
Nadira terus melangkahkan sepasang kaki jenjangnya menuju ruang tamu, hingga di mana dirinya sampai di tempat yang dituju, nampak kedua orang tuanya dan juga sang kakak, terlihat menikmati tontotan tv mereka.
" Assalamualaikum pa ma, kak Siska, Dira sudah datang ". Serunya, lalu gadis remaja itupun langsung mencium punggung kedua tangan orang tuanya secara bergantian.
" Kak Siska ". Seru Dira yang ingin mencium tangan kakaknya.
" Apa sih kamu, jangan sok menghormati aku deh, kalau sudah salaman sama papa dan mama ya sudah, tidak perlu salaman sama aku lagi ". Sahut Siska ketus, bahkan raut wajahnya pun menunjukkan betapa tak sukanya ia pada Nadira.
Nadira yang diperlakukan seperti itu oleh kakaknya pun hanya diam. Sudah hal yang biasa jika kakanya Siska tak pernah bersikap baik padanya.
Nadira pun akhirnya duduk di samping sang papa. Nampaknya gadis itu sudah tak sabar ingin memberitahukan kabar tentang kelulusan terbaiknya pada sang papa dan juga mamanya.
" Pa ma, Dira punya kabar baik dan menggembirakan ".
" Pa, ma, kak Siska, Dira sudah dinyatakan lulus dari sekolah, dan apa kalian tahu, Dira memperoleh nilai terbaik di sekolah ". Seru Dira dengan rasa bahagianya.
" Benarkah nak, kamu lulus dengan nilai terbaik? ". Seru sang papa Yudi.
" Iya pa, Dira lulus dengan nilai terbaik di sekolah ". Sahut Dira lagi.
" Alhamdulillah, papa turut senang mendengarnya nak ". Seru Yudi, lalu ia pun memeluk putrinya Dira.
Jika sang papa Yudi begitu sangat senang dengan kabar prestasi yang sudah diraih oleh Dira, maka beda halnya dengan Santi sang mama dan juga Siska sang kakak. Dua wanita beda generasi itu nampak bersikap acuh dan tak peduli sama sekali dengan apapun yang telah diraih oleh Dira, lebih tepatnya, mereka sama sekali tak peduli dengan Dira.
*****
Hembusan angin malam terasa mulai menyapu setiap bagian kulit indahnya. Mulai terasa dingin, itulah yang Dira rasakan. Tak ingin jika tubuh mungilnya semakin kedinginan, Dira si gadis remaja itupun mulai menutup jendela kamarnya.
Dira mulai duduk di kasur empuknya, tubuhnya pun ia sandarkan di sandaran kasur yang terpasang kokoh itu. Nadira menatap lurus ke depan, pikirannya kini menerawang mengingat masa - masa kecilnya hingga saat ini.
Dan tanpa terasa, air mata itu kembali terjatuh menetes membasahi kedua pipi putihnya. Nadira berusaha mengingat - ngingat akan perhatian mamanya yang manakah yang pernah dirinya rasakan?, namun, tak ada satupun perhatian dari sang mama yang pernah dirinya rasakan.
Nadira selalu berharap jika dirinya bisa disayang, diperhatikan, dan dipedulikan oleh mamanya, tapi, rasanya itu hanyalah sebuah keinginan saja, keinginan yang begitu ingin didapat dari mamanya sendiri yang mungkin tak akan pernah ia dapatkan.
Terkadang Nadira berpikir, apakah mamanya itu benar mama yang sudah melahirkannya?, lalu mengapa mamanya tak pernah memperlakukannya layaknya putrinya sendiri?, apakah dulu sewaktu mamanya mengandung dirinya karena terpaksa?, sehingga dari keterpaksaan itulah mamanya tak bisa menyayangi nya hingga sekarang.
" Ma, Dira juga ingin di sayang sama mama, Dira juga ingin bagaimana mama bisa menenangkan disaat Dira sedang sedih, Dira juga ingin ma ". Gumam Nadira sedih dengan air matanya yang masih setia mengalir.
Nadira masih menangis larut dalam meratapi nasibnya. Hingga dirinya merasa lelah menagis, Nadira pun memutuskan untuk tidur saja, karena esok pagi, Nadira tak bisa berdiam, karena dirinya masih harus bekerja untuk selalu membuat tempat tinggalnya ini selalu bersih dan rapi, lebih tepatnya, Nadira menjadi seorang pembantu di rumahnya sendiri.
*****
Hari libur sekolah, tak membuat si gadis cantik Nadira juga bisa berlibur. Melakukan pekerjaan rumah tangga di rumahnya sendiri adalah hal yang sudah rutin dirinya lakukan. Seperti di pagi hari ini. Usai dengan sholat subuhnya, Nadira langsung menuju dapur untuk membuatkan sarapan bagi keluarganya, hingga waktu sudah hampir menjelang pagi, gadis cantik itu melanjutkan pekerjaannya untuk membersihkan rumah.
Berkeringat di pagi hari adalah hal yang biasa baginya. Meski rasa lelah selalu dirinya rasakan, namun Nadira tetap senang, karena apa yang dilakukannya demi keluarga tercintanya.
" Sabar Dira, tinggal sedikit lagi, pasti setelah ini akan selesai ". Gumam Nadira di sela - sela aktivitas menyapunya.
Nadia terus menyapu lantai rumahnya yang cukup luas itu dengan penuh ketelatenan, hingga tak lama dari itu...
" Dira ". Panggil Yudi.
Dira pun langsung menoleh pada papanya.
" Iya pa, ada apa? ". Sahutnya.
" Letakkan dulu sapu itu nak, ada yang ingin papa dan mama mu bicarakan ". Jelas Yudi.
" Baiklah pa ". Sahut Nadira dengan langsung meletakkan sapunya.
Nadira langsung mengikuti saja langkah papanya itu menuju ruang tamu, entah apa yang ingin dibicarakan oleh papa dan juga mamanya, nampaknya terlihat begitu serius.
" Duduklah nak ". Seru Yudi lagi.
" Ada apa pa ma, kenapa papa dan mama terlihat sangat serius? ". Sahutnya yang ingin memastikan.
Yudi tak langsung menyahut pertanyaan Nadira, untuk mengucapkan semuanya sangatlah butuh kehati - hatian agar Nadira tak merasa dirampas kebahagiaan nya.
" Nadira ". Seru Santi pada akhirnya.
" Iya ma ada apa?, Nadira sudah di sini ". Sahut Nadira lagi, sungguh Nadira merasa bingung dengan sikap kedua orang tuanya.
" Mama tidak suka berbasa - basi, kamu tahu itukan, jadi dengarkan mama baik - baik ".
" Satu minggu lagi, kamu harus menikah dengan Dani ". Jelas Santi.
Deg...
Bak mendapat sambaran petir yang begitu dahsyat. Nadira sangat terkejut bukan main. Apa yang dirinya tak salah mendengar?. Nadira terdiam membeku. Apa yang diucapkan oleh mamanya bagai sebuah belati tajam yang telah menikam begitu hingga ke dasar hatinya. Mengapa mamanya berkata seperti itu?.
" Ma, apa maksud mama, apa maksud mama yang mengatakan jika Dira harus menikah? ". Sahut Nadira, bahkan derus nafasnya pun mulai naik turun.
" Kamu memang harus menikah Dira, agar mama dan papamu tidak terbebani lagi karena harus mengeluarkan biaya untuk keperluan hidupmu ". Sahut Santi dengan tanpa perasaan.
Hati Nadira begitu sangat tersayat. Apa yang diucapkan oleh mamanya benar - benar telah membuat torehan luka yang begitu sangat mendalam. Bagaimana bisa mama kandungnya sendiri berkata seperti itu?, jadi selama ini orang tuanya merasa terbebani karena harus membiayai hidupnya?.
Yudi yang melihat kesedihan Nadira sebenarnya merasa tak tega, namun harus bagaimana lagi?, dirinya juga tak bisa berbuat apa - apa.
" Jadi enak kan, kalau kamu menikah, semua kebutuhanmu, suamimu yang akan menanggung semuanya? ". Lanjut Santi lagi.
" Tapi ma, Dira belum ingin menikah, Dira masih ingin kuliah ma ". Sahutnya sedih, bahkan kedua bola mata indahnya itupun nampak siap menjatuhkan air matanya.
" Apa kuliah?, kamu pikir kuliah itu tidak butuh biaya?, masih untung papa sama mama menyekolahkan kamu hingga lulus SMA, kalau tidak, akan jadi apa kamu ". Sahut Santi dengan nada kesalnya.
" Tapi ma, Dira masih belum siap untuk menikah, tak apa jika mama dan papa tak mau menguliahkan Dira, tapi, tolong jangan suruh Dira untuk menikah, Dira mohon ma pa ". Sahutnya memohon, bahkan air mata itupun benar-benar telah terjatuh.
" Sudah - sudah jangan menangis, pokoknya mama tidak mau tahu, minggu depan, kamu sudah harus menikah dengan Dani ". Pungkas Santi, lalu ia pun segera pergi dari ruangan itu.
Nadira menangis dengan begitu terisak. Dadanya juga terasa begitu sesak. Sakit, ini benar-benar menyakitkan. Bagaimana bisa kedua orang tuanya tega memutuskan hal besar secara sepihak seperti ini dengan tanpa memikirkan perasaannya. Bahkan papa nya pun, sosok yang selama ini masih bisa dirinya jadikan sebagai tempat sandaran, juga tak bisa berbuat apa - apa. Sungguh Nadira tak pernah membayangkan jika masa depan yang dirinya impikan akan berjalan dengan baik malah harus bernasib seperti ini.
Bersambung..........
Hai kakak - kakak, semangat membaca ya.
🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Riyana Rika
baru awal sdh sedih sja Thor.. semangat Dira pasti km bsa 💪
2023-09-30
1
Kezia Dk
seperti nya dia bukan anak kandung dech .... 🤭🤭
2023-09-29
0
sherly
aneh.. apa Nadira hanya anak papa Yudi dgn yang lain...
2023-09-29
0