Sebuah Seni Dalam Meracik Rasa
Diajeng Batari Indira, teman-teman satu aliran lebih suka memanggilnya Indi, gadis Sunda yang lebih suka jadi bartender di club malam daripada duduk anteng di rumah nungguin jodoh datang. Bartender cantik dan seksi yang gak pernah pusing mikirin laki-laki, secara tak sengaja bertemu kedua kali dengan Raden Mas Galuh Suroyo dalam keadaan mabuk. Pertemuan ketiga, Raden Mas Galuh yang ternyata keturunan bangsawan tersebut mengajaknya menikah untuk menghindari perjodohan yang akan dilakukan keluarga untuknya.
Kenapa harus Ajeng? Karena Galuh yakin dia tidak akan jatuh cinta dengan gadis slengean yang katanya sama sekali bukan tipenya itu. Ajeng menerima tawaran itu karena di rasa cukup menguntungkan sebab dia juga sedang menghindari perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya di kampung. Sederet peraturan ala keraton di dalam rumah megah keluarga Galuh tak ayal membuat Ajeng pusing tujuh keliling. Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyai Gendeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bar Lady
"Hai Indi, makin cantik aja."
"Weeeiisst Indi kekasihku, kapan kita bisa jalan bareng?"
"Ndi, lo dipanggil Om Johan tu!"
Sudah berapa sapaan dan celetukan nakal yang Ajeng dengar malam ini ketika ia baru saja menjejakkan kaki di room khusus karyawan bar tempatnya bekerja.
Ajeng membuka jaket, memakai kaus crop top yang menunjukkan pusarnya lalu meraih celemek apron bartender. Malam ini ia tidak memakai seragam seperti biasa. Kebetulan, ada acara ulangtahun anak orang kaya yang diadakan di dalam bar dan mereka para pegawai diwajibkan memakai pakaian bebas yang menarik.
Celana jeans ketat Ajeng menjadikan tampilannya nampak santai tapi juga sedap dipandang mata. Ajeng juga akan melakukan atraksi atas permintaan bosnya. Ia menguncir rambut panjangnya yang bergelombang menjadi bentuk ekor kuda.
Sepanjang lorong menuju meja bar ia membalas sapaan para karyawan dan pengunjung yang kebetulan sedang lewat di sana.
"Bos!" Ajeng menepuk pundak Johan, pengelola club malam yang sedang menunggu dirinya di meja bar.
"Dateng juga lo. Malam ini yang punya party minta lo atraksi sebagus mungkin buat dia dokumentasi acaranya." Om Johan mulai menjelaskan maksud dan tujuannya menunggu Ajeng malam ini.
Ajeng mengangguk paham. Ia melihat sekeliling, meja DJ dengan panggung cukup besar dan luas juga table-table yang telah terisi pengunjung. Asap rokok mulai memenuhi ruangan, Ajeng mulai standby di posisinya.
"Hai, Indi, biasa ya. Dua gelas."
Ajeng membentuk jari melingkar dengan tiga jari tegak mengatakan oke. Sang pelanggan melihatnya meracik minuman dengan antusias. Ajeng mulai meraih sebotol minuman beralkohol dari speed rail dan meletakkan gelas di atas bar mat. Ia mulai sibuk dengan cocktail shaker juga mengambil beberapa bongkahan es batu dari ice bucket lalu meraih bar spoon untuk mengaduk minuman. Ajeng meletakkan satu gelas minuman yang sudah jadi ia racik di atas servis mat.
Beberapa tamu mulai merapat ke bar, menyaksikan bartender cantik itu memberikan aksi kecil dengan cocktail Shaker juga jigger. Ia tersenyum setiap kali mendapati para pelanggan menatap kagum ke arah lalu tak segan merogoh kocek lebih sebagai tips.
"Gila, keren banget lo makin hari!" puji salah satu bartender pria yang juga sedari tadi menyaksikan aksinya.
"Ya dong, Indira gitu loh!" balas Ajeng membuat teman satu profesinya tertawa.
Suasana club malam ternama itu semakin padat, asap rokok dan para perempuan dengan baju kurang bahan semakin menambah panas suasana.
Indi berdecak kesal ketika ia melihat sepasang muda mudi sedang asyik berciuman di depan meja barnya. Sungguh pemandangan tak indah baginya yang sedang jomblo menahun.
"Sialan, yang kayak gini nih gue sebel!" gerutu Ajeng.
"Makanya, Ndi, pacaran! Jadi lo bisa cip*kan kayak mereka," sambar temannya.
Ajeng mendengus kesal. Ia mengangkat jari tengah mengarahkannya ke arah teman yang tadi mengejek dirinya.
"Oke malam ini, Tuan Galuh berulang tahun yang ke dua puluh sembilan tahun. Wow, kita bikin acara malam ini dahsyat. Satu persembahan dari gue buat Galuh, selamat ulang tahunnya Jamrud yang udah gue remix keren! Lets get the party! One two three, hari ini , hari yang kau tunggu bertambah satu tahun usiamu, bahagialah kamu!"
Iringan musik DJ dengan lagu selamat ulang tahun mulai memenuhi ruangan. Semua orang bernyanyi juga bergoyang mengikuti alunan musik. Ajeng tak terlalu memperhatikan si pemilik acara yang sedang bersama teman-temannya dalam satu lingkaran table khusus yang sudah dipesan. Selain minuman-minuman beralkohol, ada beberapa kue ulang tahun dengan lilin juga di sana.
Ajeng masih duduk santai sesekali ikut bergoyang di seputaran meja bar. Ia sedang menunggu giliran untuk menunjukkan atraksi hebatnya malam ini.
"Lo tahu gak yang punya acara malam ini orangnya?" tanya Riko, teman sesama bartender yang bertugas malam ini bersama Ajeng.
"Gak tahu dan gak mau tahu," balas Ajeng sedikit berteriak karena musik yang semakin menghentak.
"Tuh," Riko menunjuk seorang lelaki yang tengah dikelilingi teman-temannya, juga beberapa perempuan yang terlihat memeluk lelaki itu. Ajeng bergidik ngeri. Ia paling tidak suka lelaki murahan.
Meski samar karena kerlap kerlip cahaya lampu disko, Ajeng bisa melihat perawakan lelaki itu. Tinggi, tegap dan tampan. Ya, tampan, seperti wajah lelaki playboy. Tak menarik sama sekali bagi Ajeng.
"Anak orang kaya, Ndi. Gue denger, dia masih ada keturunan bangsawan jawa gitu deh."
Ajeng menoleh, menatap sekilas Riko lalu melengos lagi. Tetap saja baginya tak menarik.
"Alah, tampang penjahat wanita gitu."
Riko tertawa renyah mendengar nada santai Ajeng yang kini sudah sibuk lagi dengan peralatan bartender. Banyak pelanggannya malam ini. Ia benar-benar akan bekerja lebih keras dari malam biasa.
Musik semakin menghentak, Ajeng akan memulai atraksinya sebentar lagi. Dari kejauhan ia melihat Vira datang bersama Koko. Temannya yang centil itu melambai-lambai ke arahnya.
"Gila, rame banget!" seru Vira sembari menggamit lengan koko ke sana kemari. Kelihatan koko tidak terlalu menyukai tempat itu saat ini. Wajahnya mirip kue serabi tidak jadi, gak ada manis-manisnya.
"Udah selesai lo atraksi sama beha kupu-kupu?" tanya Ajeng kepada Vira yang sudah menggelayut manja di leher koko.
"Udah dong. Koko itu kuat banget sekarang, jadi pengen goyang mulu!"
Ajeng melempar bulatan tisu ke wajah Vira yang nampak mesum-mesum kampret saat ini. Terkutuklah Vira beserta beha kupu-kupunya! Ajeng mengumpat dalam hati.
Ia meninggalkan Vira dan koko yang sudah saling bergerak nakal bersama pengunjung lain. Ajeng bersiap untuk atraksinya malam ini. Di samping DJ, Ajeng mulai menunjukkan atraksi di atas panggung dengan music DJ mengiringi. Seruan namanya mulai terdengar. Ia mulai melakukan atraksi juggling dengan beberapa botol.
Terlihat ia begitu mahir memainkan dan memutar botol sesuai pola yang dipelajarinya selama ini. Tangannya begitu lentur dan lampu sorot yang menyorot ke arahnya membuat Ajeng nampak begitu memukau seluruh tamu yang menyaksikan atraksinya.
Di antara orang-orang yang sedang menyaksikan Ajeng, Galuh juga menatap lekat bartender seksi itu.
"Siapa tuh?" tanya Galuh pada temannya yang sudah mulai mabuk.
"Oh, itu Indi. Bartender perempuan andalan di club malam ini. Mau dikenalin?"
Galuh menggeleng lalu matanya kembali fokus kepada Ajeng. Meski memukau, perempuan yang akrab dengan dunia malam sama sekali bukan tipenya. Galuh kemudian tenggelam dengan minuman bersama teman-temannya hingga menjadikannya sedikit mabuk saat ini. Sejenak, Galuh bisa melupakan kesuntukan juga kehidupan monotonnya di rumahnya yang megah dan penuh aturan ini itu. Aturan bagaimana cara ia bicara, makan dan sebagainya. Beruntung urusan buang air besar tak diatur juga. Coba kalau iya, berarti ia harus menghitung jumlah feses yang keluar berikut mengamati konsistensi bentuk dan warnanya apakah padat atau cair khas orang diare. Sungguh edan untuk dibayangkan!