NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Lemahku

Pembalasan Istri Lemahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Paksa / Tukar Pasangan
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Elmu

Laras terbangun di tubuh wanita bernama Bunga. Bunga adalah seorang istri yang kerap disiksa suami dan keluarganya. Karna itu, Laras berniat membalaskan dendam atas penyiksaan yang selama ini dirasakan Bunga. Disisi lain, Laras berharap dia bisa kembali ke tubuhnya lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Elmu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Pertama yang Tertunda

Jam sembilan malam, Aksa terbangun dari tidurnya. Menoreh senyum mendapati punggung polos yang membelakanginya. Setelah pernikahan tanpa cinta itu, kini mereka melakukannya. Aksa tak henti mengulas senyum mengingat pergulatan panas mereka tadi.

Aksa beringsut mengecup pundak polos Laras dari belakang. Juga menghujani kecupan dari sisi belakang. Menaikkan selimut hingga menutupi bagian atas yang hampir terbuka.

Aksa beranjak turun. Memunguti pakaian yang tergeletak di bawah. Meletakkannya di ranjang pakaian kotor. Sementara itu, dia lanjut mandi. Dan setelah itu keluar. Ada hal yang ingin dia beli.

Tepat saat mobil Aksa keluar dari halaman, Laras menggeliat pelan. Meringis saat merasakan nyeri di bagian bawahnya. Dia masih belum sadar dengan yang baru saja terjadi.

Dingin, itu yang dia rasakan saat ini, selain nyeri. Laras menarik selimut untuk menghalau dinginnya. Tapi ... Kenapa rasanya aneh? Seperti ....

Laras terhenyak. Sontak matanya membuka. Mencerna yang dirasakannya. Melirik ke bawah, dan ....

"Aaaa ...." pekiknya, histeris.

Apa yang telah dilakukannya? Kenapa dia mengingkari janjinya sendiri? Ah!

Dia ... Melakukan sesuatu yang dihindarinya. Laras merutuki kebodohannya karna terbuai hingga melakukan itu.

Dia bermaksud ke kamar mandi, tapi kembali jatuh. Area bawahnya nyeri tak terkira. Wajar, itu pertama kali untuknya, dan pastinya untuk Bunga juga. Hal yang harusnya dia jaga sampai Bunga kembali, tapi malah dia langgar.

Laras membungkus tubuhnya dengan selimut. Dia ingin ke kamar mandi, tapi tubuhnya menolak. Apa yang harus dia lakukan? Aksa, entah kemana pria itu pergi setelah menggagahinya.

Pipinya terasa hangat. Laras menangis tanpa suara. Dia kecewa, kecewa pada dirinya sendiri. Tentu saja semalam mereka melakukannya dalam keadaan sadar. Dan gak mungkin dia menyalahkan Aksa atas apa yang terjadi semalam. Bukan Aksa yang memulainya, melainkan dirinya. Bahkan Aksa sempat meminta izin, dan dia mengiyakannya. Nafsu sialan, kenapa harus dia terbuai?

Laras mengusap kasar air matanya.

Tidak! Ini sudah terlanjur terjadi. Waktu gak bisa diulang, begitu juga dengan keadaannya. Sudah terlanjur. Percuma menyesalinya.

Dia meringis saat hendak berusaha turun. Rasanya kakinya kebas, sampai hampir terjatuh. Tapi Laras nekat. Menahan nyerinya. Dia cuma berhubungan, bukan lumpuh.

Laras hampir jatuh lagi, tapi dengan sigap seseorang menangkapnya.

"Kenapa gak menunggu aku pulang?"

Laras terkesip. Aksa.

Laras memalingkan wajahnya. Dia masih malu gara-gara tadi.

"Gak usah, aku bisa sendiri," ketus Laras. Hendak melepaskan tangan Aksa, tapi pria itu menahannya.

"Jangan keras kepala. Kamu seperti ini juga karna aku."

Dan, Laras gak bisa membantah lagi. Aksa membenarkan selimutnya, lantas membopongnya ke kamar mandi.

"Mau di bath up?" tawar Aksa.

Laras mengangguk. Sama sekali gak melihat Aksa. Wajahnya memerah panas.

Dengan hati-hati Aksa mendudukkannya di bath up. Lalu menyerahkan sesuatu.

"Katanya ini bagus untuk membuat lukanya cepat membaik. Pakai saja," ujar Aksa, menyerahkan salep.

Sumpah, wajah Laras makin memerah. Aksa sedetail itu.

"Aku tadi keluar untuk membelinya. Tapi ternyata kamu sudah bangun duluan," jelasnya. Laras tak menjawab. Dan agaknya Aksa peka.

"Em ... Aku keluar dulu. Panggil saja kalau sudah selesai, atau butuh bantuan."

Laras tak menjawab. Tapi Aksa anggap sebagai jawaban iya.

Aksa berbalik, tapi sebelum menutup pintunya, dia berkata, "aku minta maaf, tidak bisa menahan diri. Aku membuatmu menyesalinya. Maaf ..."

Dan begitu pintu tertutup, Laras kembali meneteskan air mata. Kata-kata Aksa menusuknya. Dia yang salah, tapi justru Aksa yang meminta maaf. Apa dia egois karna menjadikan dirinya korban? Padahal dia yang memancing.

.

.

Canggung.

Sebenarnya kalau Aksa, dia tetap mengajak bicara Laras. Sikapnya sama sekali tak berubah. Dia tetap perhatian, bahkan dengan detail kecil pun. Hanya saja, Laras yang belum siap untuk biasa saja dengan Aksa. Dia banyak diam, dan hanya menjawab pertanyaan atau tawaran Aksa dengan gelengan atau anggukan. Dan itu berlangsung sampai dua hari.

Keterlaluan, Laras sadar akan hal itu. Tapi dia belum bisa mengimbangi kegundahan hatinya. Dia merasa dirinya tidak suci. Melakukannya di luar nikah, padahal tubuh yang dipakainya adalah tubuh Bunga. Bagaimana kalau Bunga marah padanya? Karna telah lancang mendahului.

Selama dua hari pula, Laras tidak berangkat kerja. Hanya Aksa. Aksa juga yang menyuruhnya istirahat. Dan dia tidak menolak atau mengiyakan dengan kata. Melainkan dengan sikap yang diperlihatkannya.

Aksa, tetap membubuhinya dengan perhatian. Pria itu selalu mengirim pesan menawari apa yang dia inginkan untuk dia bawakan pulang. Dan Laras hanya membacanya tanpa membaca. Tapi, Aksa tetap membawakan sesuatu. Membeli semua yang dia tawarkan tadi. Laras semakin merasa bersalah pada Aksa. Aksa korbannya, tapi justru memposisikannya sebagai pelaku. Laras menarik napas panjang. Haruskah, dia sudahi saja egonya?

Laras menutup ponselnya, tanpa membalas pesan Aksa.

.

.

Deru mobil memasuki pekarangan. Aksa membawanya ke garasi. Mematikan mesinnya begitu sampai. Lantas melangkahkan kaki panjangnya menapaki lantai.

Dia selalu membawa kunci cadangan, jadi tak perlu menganggu Laras, atau bi Imah jika pintu sudah dikunci.

Tangan kanannya memegang tas kerja, sementara tangan kirinya menenteng beberapa porsi jajanan yang dibelinya.

Aksa berhenti di depan kamar Laras, Menarik napas sejenak sebelum kemudian mengetuk pintunya.

"Ras, tolong buka pintunya," ujarnya disela ketukannya.

Tak berapa lama, terdengar handel diputar, dan pintu terbuka. Menampakkan sosok Laras.

"Aku gak tahu yang kamu pengenin, jadi aku beli semuanya," ujarnya, menyodorkan kantong jajanan dengan senyum simpulnya.

Laras gak langsung menerimanya, melainkan sempat diam.

Aksa menggaruk tengkuknya, salah tingkah karna ulurannya diabaikan.

"Em .... Gak cocok, ya? Atau, aku belikan yang lain saja? Atau ----" ucapannya terjeda, berubah menjadi senyum terkulum. Laras menerimanya.

"Kalau begitu, aku ke kamar. Jangan lupa di makan."

Laras tak menjawab. Aksa berbalik, ke kamarnya.

Laras mendesah pelan. Menatap kantong jajan dari Aksa. Perasaan bersalahnya semakin menyiksa. Dia ingin biasa saja, tapi egonya lebih dominan. Membuatnya kesulitan untuk menjadi biasa lagi.

Laras menutup pintunya. Meletakkan kantong jajanan itu ke nakas. Memandanginya lama.

Entahlah. Dia bingung dengan perasaannya sendiri.

1
kuncayang9
keren ih, idenya
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!