Ketika membuka matanya, Jian Lushi mendapati dirinya berada di hutan belantara, seorang diri.
Ternyata jiwanya bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis petani malang, yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan dirinya.
Setelah berhasil memutuskan hubungan dengan keluarga pemilik asli, Lushi bepergian jauh untuk memulai hidup baru.
Hingga akhirnya Lushi bertemu dengan seorang duda, yang terus memaksa ingin menikahinya.
"Jadilah ibu dari anak-anakku."
"Ayo menikah."
"Mulai sekarang, aku kekasihmu."
Mohon dukungannya... (dalam proses revisi)
Terimakasih...🫶🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Makan Malam Bersama
...----------------...
"Kak Lushi...."
Sebelum mobil berhenti, Yueyue sudah lebih dulu menjulurkan kepalanya dari dalam jendela, dan berteriak memanggil Lushi.
Dengan teriakan ini, bibi Sun, nyonya Luo, dan para tetangga, tahu kalau orang-orang di dalam mobil ini datang untuk mencari Lushi.
Benar saja, mobil itu berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah Lushi.
"Astaga... pengganggu pertama saja belum pergi, ini sudah datang pengganggu berikutnya. Arggh..." Lushi mendengus dalam hati.
Melihat pemandangan ini, nyonya Luo dan putranya saling lirik. Tanpa sadar Xiao Ming menarik ibunya, untuk memberikan ruang pada orang-orang yang ada di dalam
Setelah mobil berhenti, Yueyue langsung melompat keluar dan berlari menuju ke tempat Lushi berdiri.
"Kak Lushi... Yueyue sangat merindukan kak Lushi..." ucap Yueyue dengan manis, setelah berhasil memeluk paha Lushi. Gadis kecil itu mendongak, menatap Lushi dengan mata besar dan berairnya.
Sudut bibir Lushi berkedut saat mendengar ucapan Yueyue. Di saat dia ingin mengusir pengganggu, gadis kecil ini malah datang membawa rombongan.
Bagaimana tidak rombongan, jika selain kakak perempuannya, Zhuzhu. Gadis ini juga datang dengan nenek, nenek buyut dan kakek buyutnya.
Mereka semua turun dari mobil, dengan membawa hadiah di tangan mereka.
"Kak Lushi... Hari ini nenek, nenek buyut dan kakek buyut juga ingin datang ke sini. Mereka ingin bertemu kak Lushi, dan melihat jeruk dan manggis." ucap Yueyue semanis mungkin.
"Benarkah?" tanya Lushi dengan tersenyum canggung.
"Kak Lushi..." setelah turun dari mobil, Zhuzhu juga langsung berlari dan menyapa Lushi.
"Hai Zhuzhu... Kenapa kalian ramai-ramai, datang ke sini?" tanya Lushi basa basi.
Bersamaan dengan itu, para orang tua itu juga sudah dekat dengan tempatnya berdiri. Jadi mau tidak mau, Lushi harus menyapa mereka.
"Selamat sore tuan, dan nyonya nyonya," sapa Lushi, kemudian membungkuk sopan.
"Selamat sore, gadis Jian. Maaf jika kedatangan kami sangat tiba-tiba, dan mengganggu waktumu." nyonya Wu tersenyum, kemudian balas menyapa Lushi dengan anggun.
Kemudian nyonya Wu memperkenalkan nyonya tua Wu dan tuan tua Wu kepada Lushi, begitupun sebaliknya.
"Kami yang tua ini, hanya ingin bertemu denganmu dan mengucapkan terimakasih, karena kau sudah mau menolong Zhuzhu dan Yueyue." ucap nyonya tua Wu.
Lushi jadi tidak tega membiarkan kedua lansia ini berdiri lama di pinggir jalan. Apalagi tuan tua Wu sudah meminta sopir untuk kembali. Sangat tidak sopan rasanya, kalau Lushi langsung mengusir mereka.
Jadi dengan terpaksa, Lushi mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah.
Yueyue dan Zhuzhu langsung berlari dengan gembira menuju tempat manggis dan jeruk.
Sebenarnya nyonya Luo ingin ikut masuk kedalam rumah Lushi, tapi Xiao Ming segera menahannya.
"Kau ini kenapa? ayo, kita juga ikut masuk ke dalam. Ini kesempatan bagus untukmu..." desis nyonya Luo sambil melototi putranya.
"Ibu, jangan. Apa ibu tidak melihat siapa orang-orang itu?" bisik Xiao Ming.
"Ibu tidak peduli siapa mereka. Yang ibu pedulikan,, kau harus bisa menikahi gadis Jian." ucap nyonya Luo kekeh dengan keinginannya.
"Ibu, sekali ini saja dengarkan aku. Kita tidak bisa menyinggung orang-orang di dalam. Sebaiknya kita pulang saja." tegas Xiao Ming. Dia langsung menarik paksa ibunya.
Mau tidak mau nyonya Luo mengikuti putranya untuk pulang. Besok dia pasti akan datang lagi ke rumah gadis Jian.
Bibi Sun dan tetangga yang lain, sudah tidak terlihat lagi.
Di dalam rumah, Lushi sudah mengeluarkan minuman, buah, camilan, dan makanan ringan untuk tamunya.
Karena tamunya ada anak-anak, orang dewasa dan juga lansia. Akhirnya Lushi membuatkan minuman sederhana, berupa teh madu, yang bisa di nikmati semuanya.
"Oh gadis Jian, kenapa teh buatanmu sangat enak dan menyegarkan?" tanya tuan tua Wu setelah mencicipi teh buatan Lushi.
"Ini hanya teh biasa. Jika kakek suka, silakan minum lebih banyak. Nanti aku akan mengemasnya untukmu." ucap Lushi tenang.
Karena tuan tua Wu meminta Lushi, agar memanggilnya kakek saja. Maka panggilan untuk nyonya tua Wu dan nyonya Wu, juga berubah menjadi nenek dan bibi.
Karena Lushi merasa tidak masalah dengan panggilan itu, maka dia mulai mengganti panggilannya. Tidak melulu memanggil tuan tua, nyonya tua, terus.
Sebenarnya tehnya sendiri sudah enak, karena di tanam di tanah hitam yang ada di ruangannya. Apa lagi, Lushi menambahkan sedikit air spiritual, saat menyeduh teh tadi. Jelas saja rasanya jauh lebih enak, menyegarkan, dan yang pastinya baik untuk kesehatan.
Entah kenapa saat melihat wajah pucat nyonya tua Wu, dan cara berjalan tuan tua Wu yang sedikit kurang normal. Lushi jadi ingat kakek dan neneknya di kehidupan sebelumnya. Lalu terbersit keinginan untuk sedikit merawat mereka.
"Hahaha... baiklah baiklah.. Kalau begitu aku tidak akan menolak niat baikmu." ucap tuan tua Wu tanpa malu.
Nyonya tua Wu hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, melihat tingkah suaminya yang tidak tau malu.
Lushi pikir, setelah mereka melihat-lihat kebun sayuran dan tanaman herbal, mereka akan pulang. Tidak taunya mereka masih betah tinggal di rumahnya. Karena sopir mereka belum datang menjemput.
Bukankah seharusnya sopir yang menuruti perintah majikannya. Kenapa ini, majikan yang sepertinya mengikuti kemauan sopir. Aneh.
Jadi Lushi meninggalkan tamu-tamunya, kemudian dia ke dapur untuk memasak menu makan malam.
"Oh gadis Jian, maafkan kami karena banyak merepotkanmu. Sebenarnya kami sudah meminta supir untuk segera datang menjemput. Tapi entah kenapa sampai sekarang, dia belum juga datang." ucap nyonya Wu penuh penyesalan.
Saat ini dia juga di dapur, untuk membantu Lushi memasak. Sebenarnya dia tidak enak jika harus makan di rumah Lushi. Tapi kedua mertuanya tidak mungkin berjalan jauh.
"Tidak apa-apa, bibi." jawab Lushi sambil tersenyum. Kemudian melanjutkan kegiatan memasaknya.
Setelah satu jam berkutat dengan peralatan dapur, akhirnya berbagai macam menu masakan terhidang di atas meja makan. Ada nasi putih, tumis daging sapi lada hitam, ayam goreng, telur dadar crispy, tumis lobak wortel, tumis bayam, dan sup ikan tahu putih.
Lushi langsung memanggil semua orang, untuk segera datang ke meja makan.
"Waah... Banyak sekali makanannya..." ucap Yueyue dengan air liur hampir menetes. Yang lain juga menatap masakan di atas meja, dan ingin segera mencobanya.
Zhuzhu bahkan sudah langsung duduk di kursinya.
"Aromanya sangat menggugah selera." puji nyonya tua Wu.
"Benar. Gadis Lu benar-benar pandai memasak." imbuh nyonya Wu.
"Nenek, bibi, jangan memujiku. Ini hanya memasak rumahan sederhana." jawab Lushi cepat.
Ketika mereka akan memulai makan, terdengar suara mesin mobil berhenti di depan rumah Lushi. Benar saja, tak berselang lama terdengar ketukan.
"Aku akan membukakan pintu dulu." ucap Lushi kemudian langsung keluar rumah.
Awalnya Lushi hanya ingin membuka pintu gerbang, dan memberi tahu sopir keluarga Wu, agar menunggu mereka makan malam dulu.
Tapi ternyata yang datang bukan sopir.
"Untuk apa kau kesini?"
"Apa kau tidak merindukan kekasihmu?"
...----------------...
perasaan baru baca bentar tau2 dah selesai aj nih chapter /Sob/
nak mau lagi /Whimper/