Kelanjutan dari cinta untuk wisyah.
Buku diary ku, Apakah kamu tahu.
Kini kesabaran ku telah diuji kembali setelah aku tahu tentang rahasia kenapa kedua orang tuaku berpisah. Kini aku harus dihadapkan dengan pernikahan yang tidak aku inginkan berkesan pemaksaan.
Pernikahan yang didasari perjodohan karena sahabat yang baru aku kenal dua bulan terakhir. Menikahkan aku dengan pria yang selalu menatap ku dengan tatapan kebencian, tanpa aku tahu apa sebabnya.
Apa karena masa lalu nya yang pernah di khianati oleh wanita, makanya setiap wanita pasti akan ditatap dengan kebencian termaksud diriku.
Sanggupkah aku bertahan atau aku harus berpisah seperti kedua orang tuaku yang tidak bisa mempertahankan rumah tangga nya.
Apakah aku bisa menghapus masa lalunya dengan kesabaran ku ini yang pada akhirnya akan membawa Cinta untuknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keberangkatan Fadil ke kota J.
Bunda Sisi yang melihat bagaimana sedihnya putra keduanya itu saat mendengar kalau kini gadis yang Fadil cintai telah resmi menjadi istri dari abangnya.
Bunda Sisi tau bagaimana sakitnya, tapi putranya masih bisa kuat menerima semuanya, Karena bunda Sisi tahu ini yang terbaik. Bunda Sisi bisa merasakan bagaimana sedihnya Fadil sekarang.
"Dil, apa kamu baik baik saja?" Tanya bunda Sisi lembut menatap kearah Fadil.
Fadil hanya mengangguk dengan senyuman dibibir nya."Ya bun, Aku ngga apa apa. Hanya saja aku terharu, karena sekarang abang bisa menikah."
Tapi lain di mulut maka lain di hati. Jika di mulut Fadil merasakan kebahagiaan, tapi tidak dengan hatinya yang sangat sedih saat melihat gadis yang dia cintai kini telah sah menjadi istri orang. Padahal Fadil sendiri yang meminta gadis itu, untuk menikah tapi entah kenapa Fadil merasakan nyeri pada dadanya.
"Ayo dek, kita keluar." Ajak Windi menatap Wiyah. Wiyah hanya mengangguk mengikuti ajakan Windi.
Windi menuntun Wiyah untuk keluar dari kamarnya menuju ruang tamu, tempat dimana akad nikah langsungkan. Saat Wiyah keluar, semua mata tertuju kepadanya yang kini berpenampilan berbeda, karena sekarang Wiyah terlihat jauh lebih cantik.
Fazar bisa melihat gadis yang baru saja sah menjadi istrinya terlihat begitu cantik. Sampai sampai Fazar menatap nya tanpa berkedip."Cantik." Gumam Fazar tanpa dirinya sadari. Sampai pikiran kembali sadar apa yang telah dia ucapkan barusan."Kenapa kamu mengatakan itu Zar! Ingat dia hanya gadis yang kamu nikahi karena adikmu!" Batin Fazar berusaha menolak dirinya, agar tidak memuji kecantikan dari Istrinya itu.
Bagaimana dengan Fadil. Fadil mengagumi kecantikan dari gadis yang di cintai kini sudah berstatus sebagai Istri dari abangnya.
Wiyah melangkah dengan sangat anggun ke arah Fazar. Sesampainya di samping Fazar, Wiyah duduk di sebelah pria yang kini sudah sah menjadi suaminya.
Fazar bisa melihat istrinya yang kini sudah berada di sampingnya, Sedangkan kepalanya masih dia tundukkan karena gugup.
Penghulu menyuruh Fazar untuk memasangkan cincin di jari manis Wiyah,
dan hal itu membuat Wiyah mengangkat kepalanya untuk menatap kearah Fazar yang kini telah sah menjadi suaminya.
Fazar ikut menatap kearah Wiyah.
Setelah itu mengambil cincin yang berada atas meja.
Mungkin seperti ini ya.
Fazar mengambil satu cincin untuk memasangkannya di tangan Wiyah. Pria itu menatap istrinya yang baru saja sah beberapa menit yang lalu.
Wiyah yang melihat itu tiba-tiba merasa ragu tapi tetap berusaha untuk mengangkat tangan nya secara perlahan.
Fazar yang melihat itu dengan lembut meraih telapak tangan Wiyah, lalu dengan perlahan memasangkan cincin kejari manis istrinya.
Wiyah bisa merasakan getaran aneh saat Fazar menyentuh tangannya dan memasangkan cincin itu kejari manisnya, karena hal itu membuat Wiyah menatap Fazar lalu meraih tangan Fazar, setelah itu menciumnya seperti yang dilakukan istri lainnya.
Sedangkan Fazar mengangkat tangan kirinya lalu menyimpan nya di atas ubun-ubun istrinya, untuk melantunkan sebuah doa di atas ubun-ubun istrinya.
Sekarang giliran Wiyah yang memasangkan cincin ke jari Manis Fazar, Walaupun dengan ragu Wiyah memasangkan cincin itu ke jari manis Fazar. Wiyah menatap suaminya itu walau ragu.
Setelah cincin itu terpasang, Fazar memegang bahu istrinya lalu mencium kening istrinya dengan lembut. Semua yang berada di ruangan itu tersenyum sambil bertepuk tangan.
Fadil yang melihat itu merasa begitu sangat sakit di bagian dada kirinya, Tapi mau bagaimana lagi kisa cinta nya tidak seindah yang dia pikirkan.
🌹🌹🌹🌹🌹
Acara terus berlanjut, Kini semua yang berada di ruangan itu mengucapkan selamat untuk kedua pengantin baru, termasuk bunda Sisi yang begitu sangat senang dengan pernikahan keduanya.
" Selamat sayang. Bunda ngga nyangka kalau kamu bisa menjadi menantu bunda." Ucap bunda Sisi begitu sangat bahagia sampai-sampai membuat bunda Sisi memeluk Wiyah dengan sayang lalu mencium kening menantunya itu.
Wiyah yang di pelupuk bisa merasakan kehangatan pelukan seorang bunda yang selama berapa tahun ini ia tidak dapatkan, Walaupun kakaknya Windi selalu memeluknya memberikannya pelukan kasih sayang seperti ibu nya, tapi pelukan itu tidak senyaman pelukan dari ibunya.
Bunda Sisi melepas pelukannya, menatap kearah menantunya yang hanya tersenyum." Selalu bahagia nak." Ucap bunda Sisi.
Bunda Sisi beralih menatap kearah Fazar."Bahagiakan dia Zar, Jangan pernah membuatnya menangis atau membuatnya terluka!" Ucap Sisi yang seperti memperingatkan putranya itu. Sedangkan Fazar hanya mengangguk dan mengatakan saja
Kini giliran Haidar yang datang menemui adiknya itu."Jadilah istri yang baik dek, dan tidak membantah perkataan suamimu. Jangan meninggikan suara ke suamimu ketika kamu sedang marah atau kesal, turuti apa kemauan suamimu dan selalu berada di sampingnya ketika dirinya sedang jatuh. Bangunkan dia dengan caramu, temani dia dan jangan tinggalkan dia sendiri dan jadilah istri yang membawa suaminya ke surganya Allah." Nasehat Haidar membuat Wiyah hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Mata Wiyah mulai berkaca-kaca karena begitu sangat bahagia mendapatkan kakak seperti Haidar yang selalu mengingatkan sesuatu hal yang penting seperti ini.
Haidar menatap kearah Fazar."Tuan, tolong jaga adik saya. Jangan sakiti dia dan jika dia salah tolong tegur dia dengan cara yang lembut." Ucap Fazar menatap kearah Fazar sambil menengkupkan kedua tangannya di atas dada.
Fazar hanya mengangguk lalu memegang tangan Haidar."Saya akan menjaganya karena sekarang dia adalah istriku." Jawab Fazar berusaha untuk tersenyum walaupun terasa sangat kaku.
"Terimakasih, tuan."
Windi menatap adiknya itu."Jadilah istri yang baik dek, Bahagiakan suaminya. Jadilah obat dari semua lukanya." Nasehat Windi lalu memeluk tubuh adiknya itu.
Wiyah membalas pelukan dari Windi."Iya kak, Aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuk suamiku dan menjadi obat untuk setiap luka nya." Jawab Wiyah. Windi melepaskan pelukannya lalu melihat kearah Fazar."Jaga dia, tuan, berikan dia penjelasan jika dia berbuat salah." Ucap Windi melihat kearah Fazar. Sedangkan Fazar hanya mengangguk.
Setelah keluarga yang lain. Kini giliran Rido, Zain, Dokter Faris dan juga Fadil yang masih berada di posisinya yaitu di atas kursi roda.
"Selamat tuan, Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah." Doa Zain, Fazar hanya tersenyum.
"Selamat bang." Ucap Rido memeluk Fazar seperti pria pada umumnya. Fazar hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Rido.
Rido melihat kearah Wiyah."Selamat ya kakak Ipar." Ucap Rido sambil menengkupkan kedua tangannya dan Wiyah membalasnya dengan cara tersenyum dan melakukan hal yang sama seperti Rido.
"Selamat bro, Atas pernikahan Lo." Ucap Dokter Faris yang memeluk Fazar seperti Rido tadi.
"Makasih Ris, Lo sudah mau menemani kami." Jawab Fazar yang kembali tersenyum.
Dokter Faris melihat kearah Wiyah, dengan tersenyum tanpa mengatakan apapun.
Setelah semua orang. Kini giliran Fadil yang datang mengunakan kursi roda dan di dorong oleh bodyguardnya, menghampiri Fazar."Selamat bang, atas pernikahannya. Makasih abang sudah mau mengabulkan permintaanku dan impianku." Ucap Fadil tulus tidak lupa dengan senyumannya yang penuh luka disana.
"Tidak usah berterimakasih Dil, karena abang akan melakukan apapun itu yang terpenting kamu bisa sembuh."
"Selalu bahagiakan dia bang." Ucap Fadil kembali dengan mata tertuju kearah Wiyah, yang membuat Fazar hanya menganggukkan kepalanya saja.
Fadil kembali melihat kearah Wiyah."Selamat Wiyah. Maaf soal yang kemarin."
Wiyah hanya tersenyum."Iya kak Fadil. Kak Fadil ngga salah di masalah kita kemarin." Jawab Wiyah."Cepat sembuh kak Fadil."
" Makasih Wiyah." Rasanya Fadil ingin memeluk gadis itu, Tapi sepertinya tidak mungkin, karena Fadil tidak akan bisa melakukan hal itu.
🍁🍁🍁🍁🍁
Setelah acara ijab Kabul selesai, kini giliran Fadil yang akan pergi ke kota J untuk melakukan pengobatan.
Keberangkatan Fadil ke kota J, akan di antar oleh bunda Sisi dan Juga Rido. Karena Fazar yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya selama tiga atau empat bulan kedepannya karena sedang ada kendala di pekerjaan nya.
Sedangkan Fazri sedang bersekolah, membuat Fazri tidak bisa ikut bersama dengan bunda nya dan juga kakaknya di kota J.
Pengantin yang baru saja sah beberapa jam yang lalu kini berada di dalam mobil untuk mengantarkan kepergian ketiganya ke bandara. Apalagi kepergian mereka mungkin lebih lama karena menemani Fadil untuk berobat.
"Kenapa kalian harus ikut? Seharusnya kalian beristirahat, Karena kalian pasti lelah setelah acara ijab qobul tadi. Seharusnya itu kalian beristirahat bukannya ikut ke bandara." Omel bunda Sisi, yang begitu sangat protes dengan kelakuan Fazar. Bukannya beristirahat saat selesai melakukan ijab qobul. Malahan putranya itu ikut mengantarkan mereka ke bandara. Bahkan Fazar langsung membawa istrinya untuk ikut.
Fazar yang mendengar omelan dari bundanya itu hanya bisa menghembuskan nafas sabar." Ngga apa-apa Bun. kami juga tidak terlalu cepak, maka dari itu aku ingin mengantarkan kalian langsung ke bandara aku ingin memastikan kepergian adikku."
Bunda Sisi mengerti, bagaimana kwartirnya Fazar kepada adiknya, Tapi yang membuat bunda Sisi protes, karena Fazar membawa istrinya yang pasti saja sangat lelah karena baru saja selesai menjalankan pernikahan mereka beberapa jam yang lalu."Bunda tahu Zar. Kamu pasti kwartir dengan kondisi Fadil makanya kamu ingin memastikan kalau Fadil sesampai di bandara dengan selamat. Tapi kamu juga baru saja menikah, pasti tau kalau istrimu itu pasti lelah kan. Seharusnya itu kamu tidak mengajaknya untuk ikut mengantarkan kami kendaraan." Jelas bunda Sisi sambil melihat kearah Wiyah yang dari tadi mendengarkan perbincangan mereka tanpa mengatakan apapun.
Fazar menoleh dan menatap kearah istrinya yang duduk di sebelahnya. Fazar masih ingat ketika dirinya memaksa istrinya itu, untuk ikut mengantarkan keberangkatan bunda dan saudaranya ke bandara, sampai-sampai melupakan rasa lelahnya.
"Maaf ya sayang, kamu harus ikut karena suamimu itu." Ucap bunda Sisi tidak enak hati saat menatap kerah Wiyah.
"Tidak apa-apa Bun. Aku senang bisa mengantarkan kak Fadil pergi ke bandara dan Kak Fazar juga tidak memaksakanku untuk ikut." Jelas Wiyah. Walaupun sebenarnya Fazar yang memaksanya untuk ikut. Tapi Wiyah tidak mempermasalahkan itu, karena Wiyah juga merasa senang bisa ikut mengantarkan keberangkatan Fadil.
"Kamu sangat sabar sayang dan mengerti suamimu. Bunda semakin bersyukur kalau kamu adalah menantunya bunda." Ucap Sisi seperti begitu sangat bangga dengan menantu nya itu.
Pantas saja Fadil sangat mengagumi sosok seperti menantunya dan tidak ingin melihat gadis itu untuk menikah dengan orang lain. Ternyata sebaik ini gadis pujaan hati Fadil, sampai-sampai membuat Fadil menyuruh abangnya untuk menikahi gadis pujaan hati ternyata karena ini alasnya.
Sedangkan Fadil yang dari tadi mendengarkan perbincangan dari belakang hanya mendengarkan saja tanpa ikut menyambung.
Fadil yang duduk di depan berdampingan dengan supir hanya bisa melihat kearah depan, Tanpa mengeluarkan satu kata pun. Karena bosan, Fadil membuka ponselnya untuk melihat sosial medianya yang selama seminggu lebih tidak ia buka.
Saat Fadil sedang melihat-lihat, tidak sengaja Fadil menekan satu lagu, yang langsung berputar begitu saja. Di tambah dengan suara ponselnya yang tidak ia kecilkan membuat lagu itu bisa terdengar oleh ketiganya.
Lagu yang hampir sama dengan cerita Fadil membuatnya Fadil begitu sangat sedih saat terhanyut dalam lagunya.
( Cinta yang luar biasa )
Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa geloranya hati ini tak ku
sangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu
Hari hari berganti
Kini cintapun hadir
Melihatmu memandangmu bagai bidadari
Lentik indah matamu
Manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu anggung terikat
Rasa ini tak tertahan
Hati ini slalu untukmu
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cinta ku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Terimalah cintaku yang luar biasa tulus padamu.
Lagu yang begitu sangat penuh makna di kehidupan percintaan Fadil yang begitu sangat rumit, Tapi Fadil begitu ikhlas menerimanya.
Fazar dan bunda Sisi bisa mendengar lagu itu yang memiliki arti tersendiri untuk Fadil.
Termasuk Fazar yang begitu sangat mengerti apa arti dari lirik lagu itu.
🌹🌹🌹🌹🌹
Sesampainya di bandara, Fazar mengantarkan kepergian keluarga nya dengan pelukannya hangatnya.
"Hati hati Bun, kalau sudah sampai langsung kabari." Ucap Fazar sambil mencium punggung tangan bunda nya.
"Iya Zar, nanti bunda kabari kalau sudah sampai di kota J." Jawab Sisi."Bunda titip menantu bunda ya. jangan sakiti dia!" Ucap Sisi kembali sambil menatap anaknya itu dengan sedikit ancaman.
"Iya Bun."
Bunda Sisi beralih kearah menantunya." Bunda berangkat ya sayang. Kalau kamu di sakiti oleh suamimu langsung lapor ke bunda, biar bunda yang urus." Wiyah hanya mengangguk mengiyakan.
"Iya bunda." Jawab Wiyah tersenyum. Bunda Sisi memeluk tubuh Wiyah setelah itu melepaskan nya kembali. Padahal baru saja menjadi menantunya, Tapi bunda Sisi harus meninggalkan menantunya.
Kini giliran Fadil dan Rido yang berpamitan ke Fazar dan Wiyah. Fadil yang mengunakan kursi roda, harus di bantu oleh bodyguardnya yang lain.
"Aku berangkat bang, doain yang terbaik agar, aku bisa sembuh seperti sediakala." Ucap Fadil berpamitan kepada Fazar.
Fazar membungkukkan tubuhnya untuk menatap kearah Fadil lebih dekat lagi."Hati-hati Dil. Abang akan selalu mendoakanmu yang terbaik, agar kamu bisa sembuh seperti sediakala. Maaf abang ngga bisa menemanimu saat melakukan pengobatan di kota J." Jawab Fazar yang begitu sangat sedih karena tidak bisa mengantarkan Fadil untuk berobat ke kota J."Insya Allah, kalau perkejaan abang sudah selesai, Abang akan menyusul kalian kesana." Ucap Fazar kembali. Fazar memeluk Fadil kembali sebelum adiknya benar-benar pergi."Cepat sembuh, kami akan menunggumu di sini." Fadil hanya mengangguk mendengar permintaan Fazar.
Fazar melepaskan pelukannya lalu beralih ke Rido."Abang titip Fadil, kalau terjadi sesuatu langsung kabari Abang."
"Iya bang, Aku akan mengabari abang jika terjadi sesuatu. Kalau gitu Kami pergi." Pamit Rido yang mendapatkan anggukan dari Fazar.
"Zar, Bunda pergi. Assalamualaikum."
Ketiganya pergi bersama dengan para bodyguardnya yang lain ke Jet pribadi miliki Fazar.
Sedangkan Fazar dan Wiyah terus melihat kearah ketiganya, yang kini sudah menghilang dari pandangan mereka.
Setelah kepergian Fadil dan bundanya, Fazar menoleh kearah istrinya. Tatapan yang tadi biasa saja, kini berubah menjadi menyeramkan. Sedangkan Wiyah yang menyadari tatapan itu menjadi takut sendiri.
Fazar melangkah meninggalkan Wiyah tanpa mengatakan sesuatu dan Wiyah yang menyadari itu dengan cepat mengikuti langkah suaminya."Kak Fazar tunggu! Kakak mau kemana?" Tanya Wiyah di sela-sela langkahnya.
Fazar yang mendengar panggilan itu mengehentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap kearah Wiyah."Kenapa kamu mengikuti?!" Tanya Fazar dengan tatapan yang begitu sangat menyeramkan.
Wiyah yang melihat tatapan Fazar, seketika nyalinya langsung menciut dan menundukkan kepalanya"Maaf kak." Jawab Wiyah menundukkan kepalanya karena takut dengan tatapan Fazar.
"Hahaha!" Fazar tertawa sinis saat mendengar jawaban dan panggilan dari istrinya itu." Apaaa?! Kak Fazar? Panggilan yang bagus! Tapi kamu lupa aku menikahi kamu karena apa?!" Tanya Fazar dengan tersenyum sinis. Senyumannya yang begitu sangat menyeramkan, membuat Wiyah semakin menunduk takut."Aku menikahi kamu karena permintaan adikku! Jadi jangan harap aku akan menganggapmu sebagai istriku! Kamu hanya wanita sok suci yang mau menjebak adikku karena harta!" Ucap Fazar menatap Wiyah dengan benci."Jadi jangan pernah memanggil ku dengan sebutan menjijikan itu!" Ucap Fazar memperingati, dengan penuh penekanan didalam bicaranya. Setelah mengatakan itu, Fazar melangkah meninggalkan Wiyah yang masih menundukkan kepalanya. Pria itu meninggal gadis yang baru saja sah menjadi istrinya dengan hati yang kembali terluka tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Ya Allah, Kenapa harus begini. Baru saja satu hari kami menikah, Tapi aku sudah mendengar kata-kata kasar dari suamiku." Lirih Wiyah, dengan air mata yang kini mengalir, karena merasa sakit pada dadanya, karena luka yang suaminya berikan.
Saat Wiyah mengangkat kepalanya, Wiyah bisa melihat kalau orang-orang di bandara itu memerhatikan dirinya.
Merasa di perhatikan. Wiyah cepat-cepat penghapus air matanya dan kembali melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan bandara itu.
"Ya Allah. Kuatkanlah hati ini, Saat aku berusaha untuk merebut hati suami ku." Batin Wiyah di sela-sela langkahnya."Aku harus bisa mencintaimu karena kamu adalah suamiku, sebesar apapun kamu membenciku." Batin Wiyah yang berusaha untuk menguatkan dirinya setelah kejadian tadi.
Sesampainya di parkiran Wiyah sudah tidak melihat keberadaan mobil Fazar di sana. Wiyah yakin kalau suaminya itu pasti sudah meninggalkannya di bandara, tanpa mengantarkannya kembali kerumah.
Wiyah yang melihat taksi lewat langsung menghentikannya, agar dirinya bisa pergi ke rumah kakaknya Haidar.
"Pak, Jalan X." Ucap Wiyah yang sudah berada di dalam mobil.
" Baik mbak."
Kuat ketika aku harus di hadapkan dengan persoalan yang begitu sangat rumit di kehidupan ku. Disaat aku harus bisa menghadapi setiap masalah yang aku hadapi dengan tenang dan kuat. Membuatku percaya kalau aku bisa menyelesaikan setiap masalah yang aku hadapi.
Bersambung.
Harap bijak dalam membaca karena
Banyak typo yang bertebaran.
Jangan lupa like komen dan vote nya biar author Makin semangat buat up.
semoga Anknya cewek.....
Fazar psti bahagia bngt....
gmna jga dgn Nadila....