Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Dicuekin
Keesokan harinya Risma bangun pagi seperti biasa untuk menyiapkan sarapan. Tadi malam dia kurang tidur karena terus kepikiran dengan perkataan Ririn, sehingga kepalanya sedikit pusing.
Pukul tujuh pagi mereka sarapan bersama. Radit masih saja cuek pada Risma. Selama sarapan tak sekali pun Radit menoleh pada Risma. Dia hanya berbicara pada anak- anak saja, seolah Risma tidak terlihat olehnya.
"Ibu, ibu kenapa, kok muka ibu pucat, apa ibu sakit...?" tanya Rafa yang sejak tadi memperhatikan sang ibu. Mungkin Rafa heran melihat sang ibu yang biasanya banyak bicara sekarang jadi pendiam.
"Ah nggak kok, ibu nggak papa..." jawab Risma sambil tersenyum pada Rafa. Sebenarnya dia merasa sedih, Rafa yang masih kecil saja lebih perhatian dari pada suaminya sendiri.
Radit lalu menoleh ke arah Risma.
"Kenapa Ris, kamu lagi nggak enak badan...?" tanya Radit.
"Nggak kok mas, aku baik- baik aja..." jawab Risma lalu melanjutkan makannya.
Anak- anak pun melanjutkan makan sambil ngobrol dengan Radit. Risma diam sambil memperhatikan wajah Radit yang ganteng yang selama pernikahan begitu dia cintai. Tiba- tiba Risma teringat oleh apa yang dikatakan oleh Ririn lewat pesan.
' ada dua kemungkinan ,pertama suamimu tidak mencintaimu, dan yang kedua suami mempunyai wanita lain'
"Apa benar apa yang dikatakan oleh Ririn...? Kalau selama ini kamu tidak pernah mencintaiku mas...apakah sikap cuek dan dingin kamu itu karena kamu tidak pernah punya perasaan apapun terhadap aku mas...?" batin Riska sambil menatap Radit dari samping.
Tiba- tiba Risma merasa sedih dan ingin sekali menangis. Dia lalu membawa piring yang masih berisi makanan ke dapur.Risma meletakkan piringnya begitu saja di tempat cuci piring karena dia sudah tidak berselera untuk makan. Risma lalu masuk ke kamar mandi di dekat dapur. Di dalam sana Risma menyalakan kran supaya menyamarkan suara tangisnya agar tidak terdengar dari luar kamar mandi.
"Kalau apa yang dikatakan oleh Ririn itu benar, berarti selama ini aku hanya mencintai mas Radit sendirian...? Selama ini aku hanya bertepuk sebelah tangan....? Hik...hik...." Risma terus menangis.
"Tok..tok... Ibu... Ibu lagi ngapain...?" terdengar Rafa mengetuk pintu kamar mandi.
Risma segera menghapus air matanya kemudian mencuci muka.
" Perut ibu mules nak, ibu lagi buang air..." jawab Risma.
Risma terus mencuci mukanya agar tidak terlihat seperti orang yang habis menangis. Kemudian Risma mengeringkan wajahnya dengan handuk. Risma lalu keluar dari kamar mandi.
"Ris, aku sama anak- anak mau ke rumah Umi..." ucap Radit.
"Aku ikut ya mas..." sahut Risma.
Radit menatap wajah Risma beberapa saat.
"Tumben kamu mau ikut, biasanya nggak mau..." ucap Radit.
Risma menghela nafas panjang.
"Ya, aku udah lama nggak main ke rumah Umi..." sahut Risma.
"Ya udah, kamu siap- siap aja..." ucap Radit.
Risma pun mengganti baju, setelah itu mereka pergi ke rumah orang tua Radit menggunakan mobil. Lima belas menit kemudian mobil mereka sudah sampai di halaman rumah bu Ratna.Rafa dan Sabila segera turun dari mobil menghampiri sang nenek yang sedang menyiram tanaman dengan seorang perempuan cantik , masih muda memakai hijab warna coklat.
"Mas, itu siapa yang sedang bersama Umi...?" tanya Risma.
Radit melihat ke arah bu Ratna lewat jendela mobil.
"Oh, itu anaknya saudara jauh Umi, namanya Eva...." jawab Radit.
"Kok aku baru lihat dia sih...?" tanya Risma.
"Kan orang tuanya tinggal di kampung, jarang main ke sini. Lagian kamu ini memang nggak tahu tentang saudaranya Umi dan Abah kan. Kamu kan jarang main ke rumah Umi, nggak dekat juga sama Umi jarang ngobrol. Kamu kalau ketemu sama Umi cuma berdebat terus nggak pernah akur..." jawab Radit.
"Kok kamu ngomong kayak gitu sih mas, aku kan nanya sama kamu baik- baik. Kenapa malah jawabannya ke mana- mana..." Risma jadi kesal.
Radit menghela nafas panjang.
"Ya udah kita turun aja..." Radit membuka pintu mobil tidak ingin berdebat dengan Risma.
Walapun kesal Risma mengikuti Radit menghampiri bu Ratna sambil menenteng kantong plastik berisi buah sebagai oleh- oleh buat mertua.
"Assalamualaikum Umi...." ucap Risma dan Radit.
"Waalaikumsalam..." sahut Umi dan Eva.
"Oya , Eva kenalin nih, istrinya mas Radit namanya Risma, kamu belum pernah ketemu kan..." ucap bu Ratna pada Eva.
"Halo mbak Risma..." Eva tersenyum sambil mengulurkan tangan mengajak salaman.
Risma pun berjabat tangan dengan Eva.
"Hai Eva...." ucap Risma.
"Mas..." Eva menyalami Radit dan mencium punggung tangannya.
"Ayo kita masuk..." ucap bu Ratna.
Mereka pun masuk ke dalam rumah. Sedangkan Rafa dan Sabila sudah masuk lebih dulu ingin menemui Akbar untuk main PS. Pak Salim sedang duduk santai di ruang tengah menikmati kopi sambil baca koran.
Risma dan Radit menyalami pak Salim.
"Abah ini, masih setia aja baca koran. Padahal kan sekarang jaman sosial media. Abah bisa melihat berbagai berita di sana, jadi nggak usah repot- repot tiap hari beli koran..." ucap Radit.
"Tau tuh Abah, nggak kekinian banget jadi orang. Ketinggalan jaman..." sahut Akbar yang sedang bermain PS bersama Rafa dan Sabila.
"Kalau semua orang baca berita lewat sosial media, kasihan dong tukang koran jadi nggak laku. Makanya Abah tiap hari beli koran supaya dagangan mereka tetap laku...." ucap pak Salim.
Mendengar jawaban pak Salim, Radit hanya tersenyum saja.
"Mas Radit mau kopi, nanti Eva bikinin..." tanya Eva.
"Boleh..." jawab Radit sambil tersenyum pada Eva.
"Mbak Risma mau kopi juga atau teh...?" tanya Eva.
"Nggak , nggak usah nanti aku ambil sendiri saja kalau haus..." jawab Risma.
"Oh, ya udah...." Eva lalu pergi ke dapur membuatkan kopi untuk Radit.
"Mi, ini ada buah buat Umi..." ucap Risma memberikan kantong plastik berwarna putih kepada ibu mertuanya.
"Taruh saja di meja ..." sahut bu Ratna sambil fokus merajut.
Risma menghela nafas panjang melihat sikap sang ibu mertua yang sepertinya tidak menyukai kedatangannya.
"Mas Radit, ini kopinya Eva taruh di meja ya..." ucap Eva sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja.
"Iya, makasih Eva..." sahut Radit yang sedang asik melihat adik dan anak- anaknya main PS.
Tak lama kemudian Anggi adik perempuan Radit datang bersama Aryo sang suami, dan kedua anaknya yaitu Bayu dan Adam.
"Assalamualaikum..." ucap Anggi dan Aryo.
"Waalaikumsalam...."
"Hei ada Eva...ya ampun...." Anggi langsung cipika cipiki dengan Eva.
"Kapan datang...?" tanya Anggi.
"Kemarin mbak..." jawab Eva.
"Kok nggak ngabari kalau kamu ke sini ,aku kan kangen sama kamu, udah lama kan kita nggak ngobrol...." ucap Anggi.
"Maaf ya mbak, Eva lupa nggak ngabari mbak Anggi...." sahut Eva.
"Ya udah nggak papa, nanti kita jalan- jalan yuk, kita makan baso sambil ngobrol..." ucap Anggi.
"Wah asik tuh, Umi ikut dong..." sahut bu Ratna.
"Umi , ikutan aja deh..." ucap Anggi.
"Biarin lah..." sahut Umi.
"Iya nanti Umi ikut..." jawab Eva.
Anggi dan Eva pun lalu ngobrol berdua. Sedangkan Umi masih fokus merajut. Radit lalu pindah duduk di sofa bersama Abah dan juga Aryo. Sedangkan Risma hanya diam sendiri seperti tidak ada yang memperdulikannya.
"Risma, kamu buatkan Aryo kopi tuh. Sekalian tuh buah yang tadi kamu bawa kamu cuci dan masukkan ke dalam wadah, trus bawa ke sini buat makan bareng- bareng ..." ucap Bu Ratna.
"Iya Mi..." jawab Risma lalu mengambil buah yang tadi dia bawa membawanya ke dapur.
"Ini kopinya mas Aryo..." ucap Risma.
"Makasih Risma..." ucap Aryo sambil tersenyum manis pada Risma dan mengedipkan satu matanya.
Risma pun kaget dengan apa yang dilakukan oleh Aryo. Untung saja Radit dan pak Salim tidak melihat semua itu. Risma lalu kembali ke dapur mengambil buah yang sudah dicuci ada jeruk dan juga apel.
"Bude Risma , Adam minta jeruknya dong..." ucap Adam anak bungsu Aryo.
"Iya ini sayang ambil..." sahut Risma.
Adam pun mengambil buah jeruk lalu mengupas dan memakannya.
"Bude, kok jeruknya asem sih.... ih nggak enak... Adam nggak doyan..." Adam melempar jeruk itu ke lantai.
"Masa sih asem, kata abang penjualnya tadi manis...." sahut Risma mengambil jeruk yang dilempar oleh Adam.
"Ya jelas asem lah, tampilannya aja kayak begitu. Kalau jeruk yang manis itu warnanya nggak kuning cerah begitu. Warnanya kuning agak oren...." sahut bu Ratna.
Risma pun hanya diam karena merasa malu sudah membeli jeruk yang salah.
"Adam sayang, kalau Adam mau buah ambil saja di kulkas, di sana ada anggur hijau yang manis, tante Eva yang bawa kemarin. Sana ambil sayang di kulkas ya..." ucap Bu Ratna.
"Iya nek..." adam lalu lari menuju kulkas mengambil anggur.
"Mas Bayu, mas Rafa, Sabila, mau anggur nggak , ini manis banget lho..." Adam membawa satu kotak Anggur hijau.
"Mau...mau...." Bayu, Rafa dan Sabil menghampiri Adam dan mengambil anggur.
"Iya manis..." ucap Sabila.
Setelah puas makan anggur , anak - anak pun kembali main PS. Sedangkan om Akbar pergi keluar karena dijemput oleh temannya main.
"Sabila , Rafa gantian mainnya dong...." ucap Bayu.
"Iya nih nggak mau gantian..." sahut Adam lalu mengambil stik PS dari tangan Sabila. Dan Adam mengambil dari Rafa.
Rafa hanya diam saja stik PS nya diambil bayu. Sedangkan Sabila merengek pada sang ibu.
"Ibuuuuu, stik PS nya diambil sama mas Adam...." rengek Sabila.
"Udah nggak papa kan kamu sudah lama mainnya..." ucap Risma.
"Tapi ade masih mau main...."
"Udah sih ah, nggak boleh lama - lama main PS...." ucap Risma.
"Kenapa sayang...? " Eva mendekati Sabila.
"Tante, Ade mau main PS...." jawab Sabila.
"Oh mau main PS, gantian dulu ya sayang, nanti abis mas Bayu sama mas Adam selesai main, Sabila main lagi..." ucap Eva dengan lembut.
"Main game di komputer om Akbar saja di kamar..." sahut bu Ratna.
"Sabila mau, main game di komputer om Akbar...?" tanya Eva. Sabila mengangguk.
"Ya udah, kita ke kamar om Adam ya..." ucap Eva menuntun Sabila ke kamar Akbar.
"Tunggu Eva..." ucap Risma. Eva dan Sabila pun berhenti
"Nggak usah, Sabila udah lama kok main game nya , udah cukup..." lanjut Risma sambil menarik tangan Sabila.
"Ibuuu.... Ade mau main game ...." Sabila menangis.
"Risma, biarin aja kenapa sih, namanya juga anak kecil, sekali- kali main game kan nggak papa. Kasihan dia, kamu ini apa- apa dilarang...." ucap bu Ratna.
"Tapi Mi, kalau Sabila kelamaan Main game nanti jadi keterusan pengin main terus. Nanti jadi malas belajarnya..." sahut Risma.
" Ya ampun Risma, dia kan nggak tiap hari main ke sini, ya nggak papa lah mumpung lagi di sini dipuas- puasin mainnya. Nanti di rumah juga nggak main lagi...." ucap bu Ratna.
"Ini kenapa sih Ribut- ribut...?" tanya Radit menghampiri bu Ratna dan Risma.
"Tuh si Risma, Sabila pengin main game saja nggak boleh. Heran Umi sama si Risma itu, anak kecil kok apa- apa dilarang. Biarin aja kenapa sih, jaman sekarang anak- anak memang sukanya main game...." jawab bu Ratna.
"Ya udah sana main tapi jangan lama- lama ya..." ucap Radit sambil mengusap kepala Sabila yang dibalut kerudung.
"Mas..." ucap Risma.
"Sudah lah, biarin Sabila main..." ucap Radit.
"Ayo, Sabila main game sama tante Eva ya..." ucap Eva.
"Iya tante..." jawab Sabila lalu masuk ke kamar Akbar. Risma lalu menatap wajah Radit dengan kesal. Sedangkan Radit hanya cuek saja kemudian kembali duduk bersama Pak Salim dan Aryo.
"Ngapain si Ris, hal sepele kayak gitu aja diributin, lebay banget...." ucap Anggi.
"Tau tuh..." sahut bu Ratna.
Bi Ratna dan Anggi lalu meninggalkan Risma ke ruang makan kemudian duduk di kursi meja makan dan ngobrol di sana. Sedangkan Risma dicuekin dia duduk di karpet di belakang Bayu dan Adam yang sedang main PS. Rafa lalu mendekati sang ibu.
"Ibu nggak papa...?" tanya Rafa berbisik pada Risma. Risma menoleh pada sang anak sulung. Risma tersenyum sambil menggelengkan kepalanya menandakan bahwa dia baik- baik saja.
Tiba- tiba ponsel Risma berbunyi menandakan pesan masuk.Risma lalu mengambil ponselnya di dalam tas selempangnya dan membuka pesan masuk.
"Sayang, kamu baik- baik aja kan..? Yang sabar ya 😘"
Iya, itu adalah pesan dari Aryo. Setelah membaca pesan tersebut Risma pun langsung menghapusnya. Dia merasa geli mendapat pesan itu dari adik iparnya itu.
"Bu, kita pulang aja yuk..." ucap Rafa.
"Iya..." jawab Risma.
Risma lalu bangun dari duduknya kemudian menghampiri Radit yang sedang berbincang dengan pak Salim dan Aryo.
"Mas, kita pulang yuk..." ucap Risma.
Radit menolah pada Risma, tanpa menjawab pertanyaannya.
"lho kok pulang sih nak, nanti saja pulangnya abis makan siang. Umi tadi udah masak banyak lho buat makan siang...." ucap Pak Salim sambil tersenyum hangat pada Risma.
"Ngapain sih kamu buru- buru ingin pulang...? Suami kamu masih ngobrol kok diajak pulang. Tadi ngapain ikut kalau mau buru- buru pulang..." sahut bu Ratna yang sudah ada di belakang Risma.
"Tapi Rafa minta pulang Mi...." ucap Risma.
"Halah kamu ini, orang kamu sendiri yang mau pulang kok...." sahut bu Ratna.
"Umiiii...." ucap Pak Salim.
Bu Ratna hanya melirik ke arah pak Salim, merasa kesal kalau sang suami selalu saja membela Risma.
Bersambung...
Gilak sih Radit jahat banget jadi suami
semoga ja si Radit dpt karmanya