Disha sudah lama mencoba untuk menarik perhatian seorang Ryan Alister, tapi usahanya selalu gagal dan tanpa Disha ketahui ternyata Ryan sudah lama mengawasinya. Hingga akhirnya sebuah jebakan Disha persiapkan agar ia bisa mendekati Ryan, tapi ternyata jebakan itulah yang membawa Disha terjebak pada seorang Ryan Alister.
Bagaimana kisah keduanya? apakah masalah keduanya akan terselesaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menurut Lo Gimana?
"Bunga ini memang cantik, tapi bunga ini beracun," ucap Citra.
"Beracun maksudnya apa? kayaknya di tempatku ada bunga kayak gini deh dan gak beracun," tanya Disha.
"Memang sebenarnya bunganya tidak beracun, tapi disini bunga ini sudah beracun karena ya di racun," ucap Citra yang membuat Disha terkejut.
"Kenapa di racun?" tanya Disha.
"Ada alasan sendiri Nyonya dan ini sudah dilakukan Tuan besar sejak dulu," ucap Citra dam diangguki Disha.
Tanpa Disha sadari, Ryan mengawasinya dari jendela kamarnya, ia tersenyum ketika melihat Disha yang begitu penasaran dengan apa saja yang ada di taman.
"Cantik," gumam Ryan.
.
Hari ini Disha sudah bersiap untuk kembali bekerja setelah kemrin ia harus izin karena Ryan.
Disha berangkat dengan Pak Rudi karena Ryan yang sudah berangkat pagi sekali, entahlah apa yang diurus sampai jam 4 pagi sang suami sudah berangkat.
"Emang Kein grup lagi ada masalah apa gimana ya kok jam 4 udah berangkat aja," gumam Disha.
Taka lama setelah itu, ia pun sampai di kantornya dan segera keluar dari mobil yang di kendarai Pak Rudi lalu Pak Rudi pun pergi. Namun, baru saja Pak Rudi pergi, Toni sudah menghampirinya.
"Mbak Disha diantar siapa?" tanya Toni.
"Ah, diantar pacar, saya masuk ke kantor dulu ya" ucap Disha dan menunggalkan Toni.
"Mbak Disha punya pacar? aku kalah nih, tapi siapa pacarnya Mbak Disha sampai Mbak Disha naik mobil mewah?" tanya Toni.
Disha masuk ke dalam ruangannya dan mendapat tatapan tajam dari Bella yang sudah datang terlebih dahulu, "Kenapa kemarin lo gak masuk?" tanya Bella.
"Kan gue udah izin sakit," ucap Disha.
"Tumben lo sakit?" tanya Bella.
"Astaga Bel, namanya juga gue manusia jadi ya wajarlah kalau gue sakit," ucap Disha.
"Yakali aja, sebelum-sebelumnya aja lo walaupun sakit tetep masuk ya telat-telat dikit gitu, lo aja pernah gejala tipes tapi tetep masuk gitu," ucap Bella.
"Gue produktif sekali ya waktu itu," ucap Disha.
"Nah itu, makanya gue kan penasaran kok bisa lo izin sakit," ucap Bella dan Disha mengangkat bahunya.
"Baru juga pagi udah gosip aja," ucap Gio yang baru saja datang.
"Biarin aja sih," ucap Bella.
Saat tengah asik mengobrol karena belum jam masuk kerja tiba-tiba Shinta datang dan menghampiri Disha.
"Kenapa?" tanya Disha karena Shinta menatap tajam dirinya.
"Lo punya pacar?" tanya Shinta.
"Hah! Disha punya pacar! beneran Sha? siapa pacar lo? gue tau gak pacar lo?" tanya Bella yang terkejut mendengar pertanyaan Shinta.
"Kamu kata siapa aku punya pacar?" tanya Disha.
"Tadi gue pas berangkat Toni datang ke gue dan dia tanya lo beneran punya pacar terus juga siapa pacar lo, gue bilang dong kata siapa Toni tau soal lo punya pacar dan dia bilang lo sendiri yang bilang tadi pagi, beneran?" tanya Shinta.
"Hahaha, ya gak lah. Gue bilang kayak gitu karena gue udah mual banget sam Toni yang deketin gue terus," ucap Disha.
"Yakin lo?" tanya Shinta.
"I-iya," jawab Disha ya berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Parah sih lo, sekelas Ryan Alister gak di akui," bisik Gio.
"Jangan keras-keras," bisik Disha.
"Kalian ngapain bisik-bisik? ada sesuatu yang gue gak tau ya?" tanya Shinta.
"Gak ada, udah ayo kita siap-siap mau jam kerja ini," ucap Gio.
Saat istirahat, Disha hanya pasrah saja ketika rekan-rekannya membawanya ke kantin padahal ia sudah membawa bekal dan akan memakannya di mejanya.
Ya, tiba-tiba saja hari ini Disha ingin membawa bekal, "Tumben lo bawa bekel sih, biasanya juga gak pernah?" tanya Dilla.
"Mungkin karena menunya enak, makanya gue bawa bekel terus tadi juga makannya dikit jadi gak semangat oh iya sekalian hemat uang soalnya gaji gue kena potong bulan ini," ucap Disha.
"Kasihannya temen gue," ucap Dilla.
"Eh, btw gue denger-denger kalau Kein grup gak jadi akuisisi perusahaan lo," bisik Gea.
"Kenapa gak jadi? bukannya pas kemarin datang Kein grup oke-oke aja ya?" tanya Shinta.
"Mana gue tau, kayaknya sih dia gak cocok sama kinerja perushaan sih," ucap Gea.
"Ya iyalah gimana mau cocok orang karyawan kita aka bukan lalu demo buat kenaikan gaji, jadi Kein grup ya pasti mikir-mikir mau mau akuisisi apa gak," ucap Bella.
'Apa karena aku? tapi masa bisa secepat ini Ryan buat batal akuisisi sih,' ucap Disha dalam hati.
"Menurut lo gimana?" tanya Bella pada Disha.
"Gimana apanya?" yanya Disha.
"Ya, batalnya Kein grup buat akuisisi perusahaan," ucap Bella.
"Ya gapapa, itu mungkin udah keputusan terbaik dari Kein grup. Lagian kan mereka belum tandatangan soal akuisisi," ucap Disha.
"Iya juga sih," ucap Bella.
.
Disisi lain, Ryan saat ini sedang berada di markas Dragon, ia benar-benar emosi hingga merusak markas yang sudah kosong itu. "Si*lan," umpat Ryan.
Bagaimana tidak emosi, Mark selaku ketua kelompok Dragon menyabotase kiriman persenjataannya sehingga persenjataan tersebut berhasil di curi oleh kelompok Dragon. Tentu saja Ryan mengalami kerugian, meskipun tidak terlalu besar tapi tindakan Mark merupakan tindakan yang tidak bisa di maafkan lagi dan tanda jika Mark ingin berperang dengan Ryan.
"Siapa yang membocorkan jadwal pengiriman barang?" tanya Ryan.
"Salah satu anak buah kita Tuan, dia diancam oleh Mark," ucap Jack dan menunjukkan sebuah video dimana Mark bertemu dengan salah satu anak buah Ryan.
"Brengs*k," umpat Ryan.
Meskipun Jack terkenal lebih kejam, namun diatas Jack masih ada Ryan. Mungkin orang-orang tudak akan percaya jika Ryan begitu menakutkan saat matah, orang luar hanya tau jika Ryan cuek, dingin dan tegas. Tapi, mereka tidak tau sisi lain dari Ryan bahkan Jack saja takut jika Ryan sudah marah seperti saat ini.
Ryan dan anak buahnya yang berada di markas Dragon pun langsung memutuskan kembali ke markas mereka dan begitu ia sampai di markasnya, Ryan melihat pengkhianat tersebut.
"Jadi, kau yang sudah membocorkan informasi ini ke Mark, apa keuntungan yang kau dapatkan?" tanya Ryan yang melihat pria tersebut.
"Maafkan saya, Tuan. Saya butuh uang saat itu," ucap pria yang udah babak belur itu.
"Apa kau tidak tau aturan yang ada disini? apa kaua meragukanku dalam memimpin?" tanya Ryan.
"Tidak, Tuan. Saya hanya tidak enak karena saya sudah sering merepotkan Tuan," ucap pria tersebut.
"Kau tau, aku akan kerja pada siapapun. Tapi, untuk anak buahku aku akan mempertimbangkan untuk tidak membunuh asalkan alasannya jelas dan alasanmu benar-benar memuakkan," ucap Ryan dan menembak pria tersebut hingga tewas.
"Cari tau keberadaan Mark, aku ingin memenggal kepalanya dan menginjak-injak kepala manusia itu," ucap Ryan.
"Baik, Tuan," jawab Jack.
.
.
.
Tbc...
