Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.
Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.
Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.
"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."
"minggir lo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Barter
Minggu pagi. Alena berdiri di depan rumahnya dengan tas kecil di punggungnya. Ia memesan ojek online melalui ponselnya, lalu beberapa menit kemudian, motor berhenti di depannya.
"Alena, ya?"
Alena mengangguk kecil. "Iya, Pak. Ke lokasi ini, ya."
Alena memberikan alamat tongkrongan Ghost Riders yang ia temukan semalam. Ia naik ke motor, menghela napas panjang sebelum pengemudi mulai melaju.
"Oke, Alena. Santai. Ini cuma buat belajar. Nggak perlu marah-marah dan jangan sampe mereka bikin lo kesel. Fokus aja."
Pengemudi mulai membawa motor keluar dari kompleks perumahan. Alena duduk diam di belakang, memandangi jalan dengan tatapan datar, tapi di dalam pikirannya ada perasaan campur aduk.
Motor melaju melewati jalan yang mulai ramai. Alena mencoba menenangkan dirinya dengan berdoa dalam hati.
"Ya Tuhan. Semoga mereka nggak nyebelin. Dan semoga... Kael nggak banyak gaya. Please banget."
Sementara itu di sebuah kafe kecil milik Luka. Area outdoor dihiasi dengan meja kayu sederhana dan suasana santai di bawah pohon rindang. Ghost Riders sedang menikmati waktu mereka.
Ezra dan Bayu bermain catur di salah satu meja, sesekali saling mengolok permainan masing-masing. Leo membaca buku tebal sambil bersandar santai di kursi. Luka sibuk membersihkan meja yang berantakan, sementara Kael duduk di bangku panjang, memetik gitar dengan melodi santai.
"Bay, raja lo udah kejebak. Mau nyerah sekarang atau nanti?"
"Sabar, ini strategi gue! Lo cuma nggak liat langkah jenius gue." Jawab Bayu sambil berpikir keras.
"Langkah jenius lo biasanya muncul waktu game over, Bay." Sahut Leo tanpa mengangkat pandangan dari buku.
Semua tertawa, kecuali Kael yang tetap fokus pada gitarnya. Luka menatap Kael dengan senyum jahil.
"Mikirin Alena lagi?"
Kael tersenyum kecil, pura-pura santai. "Nggak ada yang gue pikirin."
Di depan kafe, Alena turun dari ojek. Ia meminta bantuan pengemudi untuk membantunya melepas pengait helm, kemudian menyerahkan helm ke pengemudi dan membayar lewat aplikasi. Sebelum masuk, ia berdiri sebentar, merapikan bajunya dan menarik napas panjang.
"Fokus, Alena. Ini cuma barter. Lo nggak minta tolong gratisan."
Ia mendorong pintu kafe yang mengarah langsung ke area outdoor. Begitu pintu terbuka, Ghost Riders yang sedang bercanda langsung terdiam ketika melihat Alena berdiri di sana. Semua menatapnya dengan ekspresi terkejut.
Ezra berbisik ke Bayu. "Itu... Alena, kan?"
"Ngapain dia ke sini?"
Kael berhenti memetik gitar, menatap Alena dengan alis terangkat. "Lo salah tempat, ya?"
Alena berjalan mendekat, mencoba menutupi rasa enggan yang sebenarnya ia rasakan. Ia menatap mereka semua dengan ekspresi datar, lalu bicara tanpa basa-basi.
"Gue butuh bantuan kalian."
Semua terdiam. Mereka saling melirik, bingung dengan ucapan Alena.
"Bantuan apa? Jangan bilang lo mau gabung jadi bagian geng kita." Ucap Kael.
Luka tertawa kecil "Ini kafe, El. Semua orang bebas ke sini, inget?"
Semua tertawa kecil, tapi Alena langsung memotong pembicaraan.
"Bu Merah bilang kalian semua pintar. Nilai gue lagi turun, dan kalo nggak berubah, gue bakal dikeluarin dari kelas unggulan. So, gue mau barter." Jelasnya dengan nada serius, menahan gengsinya.
Kael menyipitkan mata, penasaran. "Barter? Maksud lo?"
Alena menghela napas, bicara dengan tegas. "Gue bakal ngajarin kalian soal cinta. Sebagai gantinya, kalian ngajarin gue pelajaran sekolah."
Suasana langsung hening. Ghost Riders terkejut dengan usul itu. Mereka saling pandang, lalu serempak menoleh ke arah Kael.
Ezra tertawa kecil. "Ngajarin soal cinta?"
Luka mengusap dagunya, tersenyum jahil. "Lo serius, Len? Apa pentingnya buat kita belajar gituan?"
"Karena gue yakin kalian nggak ngerti. Kalian cuma tahu cara bikin drama, bukan cara memahami perasaan." Jelas Alena dengan nada tajam, mencoba mempertahankan rasa percaya diri.
Ghost Riders terdiam sesaat, lalu tertawa kecil. Kael menatap Alena dengan senyum tipis, sedikit terhibur dengan keberaniannya.
"Jadi, barter, ya? Lo ngajarin kita cinta, kita ngajarin lo pelajaran?"
Alena mengangguk, menatap Kael tajam. "Iya. Itu kesepakatannya."
Kael berpikir sejenak, memainkan gitar di tangannya dengan santai. Lalu ia menatap teman-temannya seolah meminta pendapat.
Luka menyeringai, angkat bahu. "Gue sih setuju."
Ezra tertawa. "Gue penasaran apa yang bakal Alena ajarin. Gue setuju."
Semua pandangan kembali ke Kael, yang akhirnya mengangguk dengan senyuman miring.
"Oke, deal. Mulai sekarang, kita punya kesepakatan."
Alena menghela napas lega, meskipun sedikit kesal melihat senyuman Kael. Ghost Riders bersorak kecil, merasa ini akan jadi permainan menarik. Alena, di sisi lain, mulai meragukan apakah keputusan ini akan berjalan lancar.
"Oke. Tenang Alena, semoga mereka ga nyebelin." Ucap Alena dalam hati.
Alena duduk bersama Ghost Riders, memulai kesepakatan yang tak terduga di antara mereka.
...----------------...
Meja panjang diatur dengan beberapa buku, kertas, dan kalkulator. Ghost Riders duduk mengelilingi meja bersama Alena, yang duduk di tengah dengan wajah sedikit tegang. Kael memimpin sesi belajar sambil memegang spidol kecil untuk menjelaskan di papan tulis mini.
Kael menatap Alena dengan serius. "Oke, sekarang kita masuk ke materi yang lebih sulit. Kita bahas tentang Integral. Ini pelajaran penting buat ujian, jadi lo harus paham."
Alena berusaha serius, tapi sedikit terlihat bingung. "Integral? Maksudnya apa sih? Kayak... menjumlahkan luas area, gitu?"
Bayu tertawa sambil melihat Alena. "Itu juga salah satu cara buat ngebayangin Integral, tapi intinya lo ngerjainnya pake rumus khusus."
Leo dengan gaya tenang, mengatur buku pelajaran di meja. "Integral itu sebenernya 'anti-turunan.' Jadi, kalo turunan itu lo nyari kecepatan dari posisi, Integral itu lo nyari posisi dari kecepatan."
Alena mencoba memahami. "Anti-turunan? Jadi kebalikan dari turunan? kenapa rumusnya panjang banget?"
Kael menyunggingkan senyum, mulai menulis rumus di papan tulis kecil.
"Gini, Alena. Lo cuma perlu paham cara mengaplikasikannya. Misalnya, integral dari x². Hasilnya adalah ⅓ x³, yang artinya kita nambahin pangkatnya, terus bagi dengan pangkatnya."
Alena menulis di kertasnya, terlihat sedikit pusing dengan penjelasan rumus. Luka, yang sudah mulai bosan menunggu, menggelengkan kepala, tapi tetap memperhatikan.
"Jangan pusing, Alena. Ini pelajaran emang rumit, tapi intinya pelan-pelan. Semua orang di sini pernah ngalamin susahnya belajar." Ucap Luka dengan nada bercanda, mencoba menenangkan.
Alena mengangguk, mencoba memusatkan perhatian. "Oke, oke. Jadi gue tinggal ngapalin rumusnya aja?"
Kael mencerna pertanyaan Alena, lalu memberikan penjelasan lebih rinci. "Rumus itu cuma alat, Alena. Lo harus ngerti konsepnya dulu, baru rumusnya bakal gampang. Coba kita ambil soal. Misalnya, integral dari 3x² dx. Pahami dulu, baru ngerjain."
Alena menatap soal itu dengan seksama, lalu mencoba mengerjakan dengan bantuan Kael.
"Oke, jadi hasilnya 3x³/3. Berarti hasilnya x³?" Ucap Alena dengan semangat, setelah beberapa saat mencoba.
Kael tersenyum puas, memberikan anggukan bangga. "Benar. Lo udah mulai paham sekarang, Ale."
Ezra dan Bayu saling melirik, sedikit terkejut melihat Alena cepat memahami pelajaran meskipun sebelumnya dia merasa kesulitan.
"Keren juga lo. Gue pikir bakal butuh waktu yang lama buat ngajarin lo." Ucap Bayu.
"Dia cuma butuh orang yang tepat untuk ngajarin dia, contohnya Kael?" Jawab Ezra setengah bercanda, setengah serius.
Semua tertawa, sementara Alena tersenyum bangga, meskipun masih agak gugup. Ia merasa sedikit lega karena akhirnya bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
"Thanks, ternyata, nggak sesulit itu."
Kael dengan senyum tipis. "Jangan senang dulu. Masih ada banyak soal yang lebih susah, Alena."
Luka menepuk bahu Kael. "Jangan bikin dia takut, El. Semua butuh waktu, yang penting lo udah mulai ngerti."
"Yok, belajar lagi." Sahut Ronan.
Satu jam setelah pelajaran. Suasana terlihat masih santai, dengan buku pelajaran yang tersebar di meja dan anggota Ghost Riders yang bergiliran mengajari Alena. Alena sedikit lebih rileks, meskipun terkadang masih terlihat bingung dengan beberapa materi.
"Oke, Alena. Sekarang kita bahas tentang logaritma. Sederhananya, logaritma itu kayak kebalikan dari eksponensial." Jelas Bayu dengan serius, sambil menunjuk soal.
Luka mencoba menjelaskan dengan lebih sederhana. "Coba bayangin aja, lo punya angka 10 yang dipangkatin jadi 100. Nah, logaritma itu nyari angka pangkatnya."
Ezra dengan penuh perhatian, membantu menjelaskan. "Misalnya, log10 100 itu sama dengan 2, karena 10² \= 100."
Alena mencoba memproses penjelasan itu, mengangguk pelan. "Jadi logaritma itu nyari pangkatnya, ya?"
Sementara itu, Kael terlihat berdiri di pinggir, menatap Alena dengan senyum kecil di wajahnya. Ia kemudian mengangkat tasnya, pergi menuju counter kafe untuk memesan makanan untuk Alena.
Beberapa menit kemudian, Kael kembali membawa satu piring makanan dan minuman, meletakkannya di meja dengan cekatan. Suasana langsung sedikit berubah, dan dia memberi isyarat untuk berhenti sejenak.
"Stop dulu belajarnya. Alena perlu istirahat. Gue udah pesen makanan buat dia."
Ghost Riders mengangguk dan berhenti sejenak, membiarkan Alena makan. Kael dengan penuh perhatian menyodorkan makanan dan minuman untuk Alena.
"Makan dulu." Ucap Kael dengan nada lembut.
Alena terkejut melihat perhatian Kael, tapi akhirnya menerima dengan senyum kecil. "Makasih."
Kael tersenyum tipis, terus memandang Alena dengan perhatian.
Alena mulai makan, sedikit kikuk karena merasa Kael terlalu memperhatikannya. Namun, ia tetap melanjutkan makan dengan tenang. Ghost Riders yang lain mengamati mereka, dan meskipun penasaran, mereka memilih untuk diam dan memberikan ruang.
Luka berbisik pelan pada Bayu. "See? Kata penasaran itu cuma buat nutupin rasa suka dia."
Bayu dengan tatapan cermat, membalas bisikan. "Betul."
"Kael punya cara sendiri buat bantu Alena belajar... dengan cara yang lebih... personal." Bisik Ezra bercanda, sambil melihat ke arah Kael.
Ronan tertawa kecil, ikut bercanda "Lo semua terlalu peka."
Kael terus memandangi Alena, meskipun ia berusaha terlihat santai dan tidak terlalu memperlihatkan perhatiannya. Alena, yang sedang makan, perlahan mulai merasa lebih nyaman, meskipun masih ada rasa canggung di udara.
Beberapa menit berlalu, dan suasana menjadi lebih tenang. Semua orang duduk kembali di tempat mereka, Alena sedikit lebih tenang dengan makanan di depannya, dan Kael tersenyum puas melihatnya.
"Kalau udah selesai makan, kita lanjut lagi. Jangan buru-buru, santai aja."
Alena mengangguk pelan.
Ghost Riders memilih untuk diam, tetap mengamati situasi dengan perhatian. Sementara Kael, meskipun terlihat tenang, tetap memperhatikan Alena dari sudut matanya.
...----------------...
Setelah sesi pertama belajar dengan serius, sekarang giliran Alena yang mengajari Ghost Riders. Meja masih penuh dengan buku dan beberapa secangkir minuman. Suasana sekarang terasa lebih santai, tapi semua mata tertuju pada Alena yang mulai menjelaskan.
"Oke, sekarang giliran gue ngajarin kalian soal... cinta." Ucap Alena dengan suara agak ragu, tapi berusaha percaya diri.
Semua anggota Ghost Riders berhenti sejenak, memperhatikan dengan serius. Kael, yang awalnya tampak santai, mulai mengubah ekspresi wajahnya, menatap Alena dengan penuh perhatian.
Alena menghela nafas napas, mencoba menjelaskan dengan tenang. "Cinta itu.., nggak cuma soal perasaan suka atau tertarik doang. Tapi juga soal saling ngerti, saling dukung, dan nggak cuma mikirin diri sendiri."
Luka menoleh ke arah Kael. pelajaran ini seharusnya hanya untuk Kael, karena Kael lah yang harusnya belajar soal perasaan dia.
Luka tersenyum tipis. "Jadi, cinta itu lebih dari sekedar suka-sukaan aja?"
Alena mengangguk, mencoba menjelaskan lebih lanjut. "Iya, cinta itu butuh komitmen, kepercayaan, dan... ya, kadang butuh pengorbanan. Kalau lo cuma mikirin gimana biar seneng sendiri, itu namanya bukan cinta."
Ezra mengangkat tangan, bertanya dengan serius. "Tapi gimana kalau cewek itu susah dimengerti? Kayak, suka bilang nggak apa-apa, padahal sebenarnya ada apa-apa?"
Alena tertawa kecil. "Cewek emang gitu, seringnya nggak ngomong langsung. Tapi lo harus belajar baca situasi, jadi pendengar yang baik, dan sabar. Jangan buru-buru nyerah."
Bayu terlihat penasaran. "Berarti kalau gue sering gombalin cewek, itu nggak cukup buat bikin dia suka beneran?"
"Gombal?'' Alena mendengus pelan. "Itu cuma trik murahan. Kalau lo mau bikin cewek suka, jadi diri lo sendiri aja. Cewek bakal lebih respect sama cowok yang jujur dan tulus."
Ronan menatap Alena dengan serius. "Jadi intinya, kalau mau jadi cowok yang baik, kita harus peka sama perasaan cewek?"
"Exactly," jawab Alena cepat. "Kalau cewek lagi diem, lo jangan langsung ambil kesimpulan. Tanyain pelan-pelan, atau kasih dia ruang buat cerita. Yang penting, jangan maksain dia buat ngomong kalau belum siap."
Kael, yang selama ini diam, perlahan mulai berubah ekspresi. Kadang ia tersenyum tipis, kadang tertawa pelan, dan kadang menatap Alena dengan tatapan penuh perhatian. Semua anggota Ghost Riders menyadari perubahan ekspresi Kael, tapi mereka memilih untuk diam.
Leo berbisik pada Luka, sambil mengamati Kael. "Dia belajar cinta dari cewek yang dia suka."
Luka tersenyum nakal, melihat ke arah Kael. "Awas aja habis ini, masih remidial sama kisah percintaannya sendiri."
Alena melanjutkan penjelasan, tanpa sadar bahwa Kael terus memperhatikannya. Kael tampak lebih fokus, meskipun ada senyum kecil di bibirnya, dan sesekali ia tertawa pelan saat Alena memberikan contoh-contoh lucu tentang perasaan.
Kael, yang dari tadi diam, tiba-tiba tersenyum kecil. "Jadi menurut lo, cinta itu lebih ke pengertian daripada perasaan aja?"
Alena menatap Kael sebentar sebelum menjawab. "Iya, pengertian itu fondasinya. Perasaan aja nggak cukup kalau lo nggak ngerti pasangan lo."
Kael mengangguk pelan, masih dengan tatapan penuh perhatian, tapi ekspresinya sedikit berubah, seolah merenung.
Ezra, Bayu, dan yang lainnya mengamati situasi ini dengan diam, terkadang saling melirik, tapi tidak ada yang berani bertanya lebih jauh. Mereka sadar bahwa Kael sedang mendengarkan Alena dengan cara yang berbeda.
"Yah, itulah yang gue tau tentang cinta. Kalo kalian ada pertanyaan lagi, tanya aja." Ucap Alena sedikit canggung, merasa ada yang aneh dengan suasana.
Kael senyum tipis, mengangkat alis. "Lo tau banyak soal ini, Alena."
Semua terdiam sejenak, sementara Kael tetap memandang Alena dengan tatapan yang agak sulit dibaca. Alena sedikit tersipu, tidak tahu harus merespon apa.
Setelah selesai belajar, suasana mulai tenang. Semua orang sedang berkemas, mempersiapkan diri untuk pulang. Alena sudah merapikan tasnya, tampak sedikit lelah tapi puas. Ghost Riders duduk di meja, melihatnya bersiap-siap untuk pergi.
Alena berdiri, menatap mereka sambil membawa tas. "Thanks, buat hari ini. Gue pergi dulu."
Kael tiba-tiba berdiri. "Gue anter."
Alena menatap Kael dengan wajah datar, sedikit terkejut dengan tawaran tersebut.
"Nggak usah, gue bisa pulang sendiri."
"Dan gue nggak akan biarin lo pulang sendirian? Gue bisa anter lo. Atau lo mau minta temen-temen gue yang anter?" Kael berusaha meyakinkan, dengan senyum tipis.
Ghost Riders yang lain saling melirik, merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu.
"Gue nggak bisa, mau jemput nyokap." Ucap Leo cepat, mencoba memberi alasan.
"Gue sih bisa aja, tapi Ezra juga nebeng gue." Tambah Bayu.
"Gue mau jaga kafe sorry ya Al." Ucap Luka yang sebenarnya sangat tidak enak.
Alena, yang mendengar alasan itu, menghela napas panjang, merasa sedikit kesal dengan situasi ini.
"Gue bisa pulang sendiri kok."
"Lo nggak bisa pulang sendiri. Gue nggak bisa biarin lo pulang sendirian." Ucap Kael.
"Gue nggak perlu dianter!" Tegas Alena.
Kael, yang mulai merasa sedikit cemas karena Alena tetap keras kepala, akhirnya berbicara dengan nada yang lebih lembut, tapi tetap memaksa.
"Gue cuma mau pastiin lo aman. Pulang sama gue, oke?" Ucap Kael dengan nada sedikit memaksa tapi tetap penuh perhatian.
Alena melihat Kael yang berdiri di depannya dengan tatapan yang lebih serius dan penuh perhatian, dan akhirnya ia menghela napas panjang, agak kesal dengan sikap Kael, tapi ia tahu Kael tidak akan membiarkannya pergi tanpa ada yang mengantarnya.
Alena menyerah, sedikit kesal tapi akhirnya setuju. "Fine. Gue ikut lo."
Ghost Riders menghela napas lega, saling melirik satu sama lain dan tersenyum melihat akhirnya Kael berhasil memaksa Alena.
Kael segera keluar menuju motor besar miliknya, sementara Alena mengikuti di belakangnya dengan ekspresi campur aduk. Kael mengambil helm dan memakaikannya ke kepala Alena dengan lembut.
"Lo nggak bisa pulang tanpa ini." Ucap Kael dengan senyum kecil, sambil memakaikan helm.
Alena sedikit tersentuh dengan perhatian Kael, namun ia cepat tersadar akan kenyataan bahwa Kael adalah pria yang sering mengganggu hari-harinya dengan sikap menyebalkannya.
"Kael.. Lebih baik lo menyebalkan dari pada lo harus bersikap kaya gini!" Ucap Alena dalam hati, sedikit kesal tapi juga bingung dengan perasaannya.
Kael membantunya naik ke motor, memegang tangannya dengan lembut tapi tegas, memastikan Alena nyaman sebelum menyalakan motor.
Kael menoleh ke belakang. "Siap, kita jalan. Nggak usah khawatir, gue bakal pastiin lo sampai rumah dengan selamat."
"Buruan!"