Karena suatu kejadian yang tidak terduga, Carlina harus melahirkan anak kembar yang super jenius.
Carlina sendiri tidak tahu, siapa ayah dari anaknya tersebut. Namun kemunculan dua anak kembar tersebut membuat Arthur harus menyelidiki kejadian 8 tahun lalu itu.
Akankah semuanya terungkap? Apa sebenarnya hubungan mereka?
Penasaran? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Carlina masih bisa tenang-tenang saja, meskipun sudah ditampar beberapa kali oleh Salsa.
Kemudian Salsa memerintahkan kedua orang suruhannya untuk melecehkan Carlina. Carlina masih tersenyum.
"Kalian ingin layanan dariku? Aku layani, tapi dengan syarat buka ikatan tali ini." Carlina.
Kedua pria itu saling pandang, mereka tersenyum senang. Sementara Salsa duduk manis dikursi sebagai penonton.
"Bagaimana Nona?" tanya salah satu pria itu.
"Terserah kalian, yang penting kalian puas," jawab Salsa.
Keduanya semakin mendekat untuk membuka ikatan tali yang melilit ditubuh dan tangan Carlina.
Namun belum sempat keduanya menyentuh Carlina, sudah terjadi keributan di luar. Ternyata Arthur dan anak-anak sudah datang.
Rafael, Axelle, Virendra, Keenan dan Carlos sudah keluar lebih dulu. Mereka dengan berani tanpa perhitungan langsung melawan 3 pria yang berjaga di luar.
Carlos tidak kebagian, lalu ia langsung masuk kedalam. Dan melihat sang mama terikat di kursi.
"Berhenti!"
Carla dan Carlos langsung berlari menerjang dua orang yang hendak melecehkan mamanya.
Salsa melongo ditempatnya, ia hendak kabur namun diluar juga terjadi perkelahian. Arthur segera membuka ikatan Carlina.
Kemudian Arthur hendak menangkap Salsa yang bersiap-siap hendak kabur. Namun segera dihadang oleh Arthur.
"Hubby, yang ini bagian ku, suamiku duduk manis saja menjadi sutradara nya," ucap Carlina.
Arthur menghela nafas. "Lah, malah aku yang tidak kebagian," gumamnya.
Arthur hanya duduk dikursi bekas Carlina diikat. Ia hanya menjadi penonton. Melihat istrinya dan anaknya melawan penjahat.
Carla tanpa ampun menghajar satu orang, dan Carlos pun sama. Sementara di luar, tiga orang pria sudah babak belur dihajar empat bocah.
Salsa mundur saat Carlina mendekat, ia melihat tatapan Carlina berubah dari tadi. Tatapan seperti seorang yang punya dendam.
"Mana keberanian mu? Ayo tunjukkan! Jangan cuma bisa memerintahkan orang lain," tanya Carlina.
Salsa menggeleng dan terus mundur hingga punggungnya membentur tembok gudang tersebut.
Carlina mengepalkan tangannya kuat kemudian mengayunkan ke wajah Salsa. Salsa memejamkan matanya pasrah.
Namun setelah beberapa detik pukulan itu tidak mengenai wajahnya. Ia membuka matanya mengintip.
Ternyata kepalan tangan Carlina tinggal beberapa centimeter saja dengan wajahnya. Carlina tersenyum mengejek.
"Takut? Mengapa takut, hmmm. Bukankah kamu calon tunangan suamiku? Mengapa tidak minta bantuan dari dia?"
Salsa terdiam, ia benar-benar melihat sisi berbeda dari Carlina. Carlina malah terlihat santai saja.
"Apa dia seorang psikopat?" batin Salsa.
"Kamu salah mencari lawan, wajahmu yang mulus ini, sebentar lagi akan menjadi cacat," ucap Carlina sambil mengelus pipi Salsa.
"Tidak! Jangan ... ampun ... Tolong bebaskan aku, aku tidak akan ganggu kalian lagi." Namun permohonan Salsa malah membuat Carlina tertawa.
Sementara para bocil sudah berdiri dibelakang Arthur, mereka sudah selesai menghajar lima pria itu.
Dan Rafael sudah menghubungi polisi agar segera datang. Mereka juga ngeri mendengar tawa Carlina.
"Persis mama jika marah saat diganggu musuh," ucap Axelle.
"Iya, mama juga begitu," ujar Virendra.
Ya, semenjak mereka menikah dengan keluarga Henderson, mereka belajar ilmu beladiri atas saran mertuanya.
Karena keluarga Henderson banyak musuh yang tidak diduga-duga. Jadi mereka berlatih hingga menjadi kuat.
Begitu juga dengan anak-anak mereka, semua diajarkan ilmu beladiri sejak dini. Karena orang tuanya tidak bisa menjaga mereka saat berada di luar.
Meskipun ada pengawal bayangan, namun mereka tetap mengajari anak-anak ilmu beladiri.
"Hmmm, aku mulai dari mana?" tanya Carlina.
Salsa menggeleng cepat, ia benar-benar ngeri melihat keberanian Carlina. Tadi bukan main berani saat Carlina diikat. Sekarang malah menciut melempem seperti kerupuk disiram air.
"Mama cepetan, hajar saja nanti keburu polisi datang!" pekik Carlos.
"Iya Ma, patahkan saja tangan dan kakinya biar lumpuh!" pekik Carla.
Salsa semakin ketakutan mendengar kata lumpuh. Carlina mengepalkan tangannya kembali.
Kali ini dia tidak ingin main-main lagi, Carlina pun mengembalikan tamparan Salsa dengan tinjuan dan tendangan.
Sadis memang, tapi begitulah Carlina yang sekarang jika diusik. Dulu ia memang lemah dan tidak bisa apa-apa selain pasrah.
Sekarang keadaannya sudah berbeda. Bahkan jika kakaknya berulah lagi pun dia akan bertindak.
Salsa menangis meminta untuk dilepaskan. Namun Carlina baru melepaskan setelah Salsa babak belur.
Salsa terbaring dilantai, wajahnya terluka karena bogem mentah dari Carlina. Bahkan hidung oplas nya mungkin patah.
Tidak berapa lama polisi pun datang menyergap tempat itu, polisi pun membawa ke-enam penjahat itu.
"Terima kasih tuan Arthur, kami baru menerima laporan dari tuan kecil," ucap polisi.
Saat polisi ditelepon, mereka malah bilang anak kecil jangan bercanda. namun setelah menyebutkan keluarga Henderson barulah polisi bertindak.
Karena laporan anak kecil hanya dianggap main-main. Jadi setelah menggunakan nama keluarga Henderson para polisi baru bergerak cepat.
"Sama-sama Pak, hukum mereka dengan setimpal, karena telah menculik istriku," ujar Arthur.
Polisi pun mengangguk, kemudian pergi dari tempat itu. Arthur belum menyadari jika pipi Carlina merah.
"Aww ...." Carlina memegangi pipinya, karena suaminya tidak peka.
"Sayang kamu gak apa-apa?" tanyanya setelah istrinya meringis.
"Sakit, kekasihmu ehh calon tunangan mu menamparku beberapa kali," ucap Carlina bertingkah manja.
Carla dan Carlos yang tahu drama sang mama pun mengajak yang lainnya keluar.
"Sumpah sayang, aku tidak punya hubungan apa-apa dengannya."
"Tapi dia bilang, katanya ...." Carlina tidak meneruskan ucapannya karena bibirnya sudah dibungkam oleh Arthur.
Carlina pun membalasnya, beruntung para bocil sudah didalam mobil. Mereka menunggu disana.
"Sakit ya? Kita ke rumah sakit ya?"
Carlina menggeleng. "Antar aku ke restoran, mobilku ada di sana."
"Tidak perlu, aku akan menyuruh penjaga mengambilnya."
Kemudian Arthur menelpon penjaga, dengan cepat penjaga mengambil mobil milik Carlina. Kemudian Arthur mengajak Carlina untuk pulang.
Carlina duduk didepan memangku Carla. karena dibelakang sudah penuh oleh para bocil.
Mereka demi ingin ikut, sampai rela berdesak-desakan di kursi penumpang belakang.
"Kalian mau diantar ke rumah masing-masing atau ke sekolah?" tanya Arthur.
"Kerumah Om saja, nanti papa dan mama jemput kami di rumah Om," jawab Keenan.
"Baiklah kalau begitu, tapi kalian telepon orang tua kalian dulu," kata Arthur.
"Nanti saja, setelah puas di rumah Om, baru kami telepon mama," ujar Rafael.
Arthur hanya menghela nafas. "Masih ada satu yang perlu di urus, meskipun tidak terlalu berbahaya, namun ia ikut andil juga," batin Arthur.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, karena penumpangnya anak-anak, jadi tidak boleh terlalu laju.
Salah satu dari mereka perutnya bunyi, karena memang waktunya makan siang. Arthur mencari tempat makan terlebih dahulu.
Kebetulan ia juga lapar saat ini, jadi ia singgah di rumah makan pinggir jalan. Tempatnya cukup ramai pengunjung.
Arthur pun memarkirkan mobilnya ditepi jalan, karena tempat parkir terlihat sudah penuh.
Yg aq nyaho mh kreker rasa keju 😁😁😁