Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. SMDH
Males banget tau Cha sekelompok Hasan sama Fathur anjir mereka tu beban banget Cha, sumpah!
Kayesha mengeluh sedikit sambil meminum jus alpukatnya dengan raut muka masam terlihat badmood.
"Ga cuman lo kali, Sha, gue juga anjir. Ini Bu Eka ga salah ngasih tugas banyak banget mana deadline nya besok anjir, beliau tu kadang kidding anjir ngasih tugas ga neko-neko langsung sebanyak buih lautan."
"Iya makanya, gue juga bingung, terus ini ngerjainnya mau dimana ni? Yang lebih deket dari sekolah aja sih gue rasa, jadi biar cepet juga," saran Kayesha.
"Dimana ya? Rumah gue pada acc ga ni?"
Kayesha mengangguk, "gue sikat aja sih tapi yang cowo-cowo tuh, lo tau kan Fathur sama Hasan suka ribet malahan bisa ga dateng kalo kejauhan."
"Iya juga sih..."gunam Ocha.
"Gimana kalau dirumah gue aja?" Ocha mengangkat sebelah alisnya.
"Hah? Rumah lo yang mana?"
"Maksud lo?" Kayesha malah bertanya balik.
"Dongo, rumah lo sama nyokap bokap atau sama Azzam?"
Kayesha terkekeh ia lupa, "yang sama si itu, soalnya kalau dirumah nyokap bokap gue acc aja tapi gue ga mau takut ngerepotin mana ada Zayyan kan juga."
"Yaudah gas, langsung pas abis pulang atau ganti baju dulu?"
"Seterah kalian aja, yang pasti setengah enam udah dirumah gue, anggap lah jam 9 atau setengah 10 malem tugasnya kelar," Ocha mengangguk paham.
"Sip, ntar gue kasih tau Hasan sama Fathur, lo jangan lupa shareloc rumah juga di grup nanti gue bikin, biar ntar kita-kita gampang kerumah lo."
\~•\~
Mas abis ini balik ke rs lagi mas?
Azzam mengangguk sambil menyetir dengan sebelah tangannya.
"Nggih, sayang, maaf ya sayang soalnya banyak yang mas urusin tuh pasien-pasien yang kecelakaan sekeluarga," Kayesha ngeri mendengarnya.
"Oh iya mas aku mau minta izin, aku ada tugas bahasa Indonesia sekelompok bikin naskah nanti buat tampil, mau kelarin malam ini soalnya deadline
nya besok dikumpul biar di koreksi sama guru ku, misalnya aku ngajak kelompok aku ngerjain naskah dirumah gapapa, mas?"
"Berapa orang? Sapa aja itu orangnya?"
"Aku, Ocha, Fajar sama Hasan."
Azzam sebagai pria dewasa tanpa babibu langsung mengangguk.
"Iya sayang, boleh kok kerjain aja dirumah kita, tapi maaf ya sayang kalo mas ga bisa bantu beberes soalnya mas harus balik lagi ke rumah sakit," Kayesha dengan senang hati mengangguk.
"Yeay, makasih ya mas, yaudah nanti aku shareloc ke grupchat aku."
"Nggih, sayang aku, dari jam berapa sayang kerja kelompoknya?" Azzam tersenyum kecil lalu ia meletakkan telapak tangannya yang besar dan berurat itu disebelah paha Kayesha.
Duh salting gue batin Kayesha, ia mencoba menahan blushing nya.
"Dari jam setengah enam sampai kelar, target sih jam 9 atau setengah 10 udah kelar."
"Oalah gitu? Yaudah semangat ya sayang, nanti beresin juga ya rumah, mas ga nyuruh ini sayang tapi buat kamu sama temen-temen kamu biar leluasa bikin naskahnya—— iya, jangan lupa juga ya sayang sholat Ashar, Maghrib sama Isya nya, awas kalau kelupaan, berhubung juga ada temen-temen kamu yang cowok, kamu pakai baju yang tertutup ya sayang mas."
Mulai possessive ya dia batin Kayesha lagi.
"Iya mas pasti kok itu, nanti kalau udah temen-temen aku pulang baru ganti baju lagi."
\~•\~
Kalian duduk sini ya, gue bikinin minum dulu.
Kayesha pergi ke dapur untuk membuat minuman kepada teman-teman kelompoknya yang berada diruang tamu yaitu Ocha, Fathur dan Hasan.
"Gila, gede juga rumah Kayesha yang kedua," Fathur memandangi sekelilingnya.
"Emang Kayesha tuh sendirian disini?" Kepo Hasan pada Ocha.
Ocha yang bingung harus merespon apa, ia hanya mencuekinya saja.
"San kita liat kesana yok, penasaran gue sama keluarga Kayesha." Fathur mengangguk.
Fathur dan Hasan pun seperti room tour dirumah Kayesha dan Azzam itu, mereka tidak mengetahui bahwa Azzam adalah suami Kayesha sekaligus pemilik utama rumah ini. Sebelum kerja kelompok, Kayesha mengatakan bahwa ini adalah rumah kedua orangtua nya yang cukup sepi karena jarang ditinggali.
Eh sini Thur, ini apaan dah? Ini Kayesha kan? Eh itu juga ada Ocha anjir.
Hasan menarik kerah baju Fathur dari belakang, pandangan mereka terfokuskan kepada sebuah foto pernikahan, yang membuat mereka shock mempelai wanita disana adalah Kayesha, mereka mencoba menangkalnya tapi itu benar-benar mirip dengan Kayesha.
"Hah, anjir-" Hasan menutup mulut Fathur.
"Stt... diem! Gue ada ide buat ngepastiin itu bener Kayesha atau ngga," Hasan membisiki Fathur.
•
•
•
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat, tugas naskah mereka baru saja selesai pada waktu itu karena membuat naskah memanglah sangat sulit, apalagi 90% uring-uringan saja.
"Huh— capek juga gue, Sha."
"Sama gue juga."
Fathur dan Hasan saling melihat-lihatan saja, isi pikiran mereka nampaknya sedang satu server.
"Kayesha—"
Baru saja Hasan ingin memanggil Kayesha tiba-tiba ada seseorang datang dari pintu luar ke ruang tamu, lelaki itu bertubuh tinggi dan gagah, mengenakan pakaian dokter.
Assalamualaikum.
Azzam pun agak sedikit kaget juga kalau ternyata teman-teman Kayesha masih ada disana, ia tak sempat mengabari Kayesha karena handphonenya lowbat dan Kayesha juga tadi bilang kalau target selesai tugas adalah jam 9 sampai setengah 10, jadi Azzam pikir pasti Kayesha sudah sendirian dirumah.
"W-wa'alaikumussalam."
Fathur dan Hasan saling melihat-lihatan lagi, dugaan mereka pasti benar tak salah lagi.
Kebetulan sekali Azzam membawakan sekotak martabak manis dan martabak telor special, ia dengan ramah lalu memberikannya kepada Kayesha.
"Dimakan ya, yang lain juga," Azzam tersenyum kecil kepada teman-teman Kayesha.
Azzam pun pergi dari sana menuju kamar untuk mengganti baju, seketika Hasan langsung mencerocos Kayesha.
"Deg-deg an amat lo, takut ya?"
Kayesha yang agak panik mengangkat alisnya, "takut apaan?"
Fathur dan Hasan tertawa, "santai aja kali Sha, gue sama Fathur ga cepu kali, iya kan bre?"
"Yo'i, Sha, sans lah. Yaudah ayo di makan yok martabaknya keburu dingin," Kayesha hanya ternganga saja, kalau dipikir-pikir seperti Fathur yang tuan rumah.
Ocha menatap Kayesha, Kayesha sebaliknya juga.
Hasan dan Fathur benar-benar lahap memakan dua jenis martabak itu, seperti orang yang belum makan seminggu, iya mungkin.
"Wah gila martabaknya enak banget cuy, laki lo emang beli dimana Sha?"
Kayesha kaget, ia sudah menduga pasti Hasan dan Fathur mencurigainya.
"Apa sih lo, laki apaan?"
"Ck! Parah lo, suami sendiri ga diakuin, suami lo udah bela-belain bawa martabak gini, effort ini tuh Sha," kata Fathur.
"Kalian tuh sok tau anjir," timpal Ocha.
"Alah, sok-sok an lo Cha! Gue aja ngeliat lo kok di foto nikahan Kayesha haha, make up lo tuh menor pas disitu kaya nenek lampir," ejek Hasan.
"B*ngs*t, lo San," Ocha mengacungkan jari tengahnya pada Hasan.
Kayesha terdiam, pantes aja Hasan sama Fathur tau ternyata dua jin itu berkeliling rumahnya dan menemukan foto nikahannya pikir Kayesha.
"Okay gue jujur, ga ada yang bisa gue tutup-tutupin lagi. Mau di sogok berapa biar tutup mulut?"
"Gausah banyak-banyak lah Sha, seratus ribu bagi dua itu cukup kok hehe buat sekali makan sama ongkos bensin, ntar gue bagi dua sama Fathur, ya kan Thur?"
Fathur yang asik makan mengacungkan jempolnya.
"Okay, pas kalian mau pulang gue ambilin dikamar, gue lagi males jalan."
Singkatnya mereka pun bercerita-cerita sedikit, apalagi Kayesha, supaya Hasan dan Fathur tidak salah paham, ia menjelaskan dari a sampai z about kronologi asal muasal ia dan Azzam itu dengan dibuat sesingkat-singkatnya.
Untungnya Fathur dan Hasan sama sama paham, mereka juga tahu bahwa Kayesha anak baik yang tidak mungkin menikah tanpa alasan, ternyata dibalik itu ada cerita yang menyedihkan.
Tak terasa waktu terus berjalan, kini jam menunjukkan pukul 11 malam, Fathur dan Hasan pun bersiap akan pulang, sedangkan Ocha tepat sekali ada ayahnya yang langsung datang menjemput waktu itu juga.
Kayesha pergi ke kamar untuk mengambil duit di dompetnya, dikamar ternyata ada Azzam yang menonton televisi.
Udah pada pulang kah sayang?
Kayesha menggeleng, "itu baru mau pulang mas, si Hasan sama Fathur, kalau Ocha pas banget tadi baru aja dijemput papanya."
"Terus itu ngapain ngambil duit?"
"Aduh gimana ya—— intinya Fathur sama Hasan udah tau kalau aku udah nikah gegara liat foto nikahan kita, terus aku mau ngasih ini nih ke mereka biar jadi tutup mulut," Azzam ber oh ria lalu bangkit dari kasur.
"Yaudah ayo mas temenin, lagian temen kamu juga udah tau kan sama mas?" Kayesha mengangguk, mungkin supaya Azzam lebih sopan saja ketika temannya ingin pulang.
Tak lupa juga Azzam membawa dompetnya, ia pun pergi dari sana dengan Kayesha menuju pintu luar. Disana sudah ada Hasan dan Fathur yang sedang berdiri menunggu Kayesha.
"B-bang kami izin pamit pulang ya bang," kata Hasan sopan sekaligus ragu dan takut kepada Azzam.
"S-saya juga, bang," akhirnya Hasan dan Fathur salim kepada Azzam, tapi Azzam dengan senang hati saja.
Kayesha melihat itu menahan tawa ngakaknya, melihat temannya yang dikelas sangat bandel dan nakal, tapi kini tunduk dengan Azzam.
"Waduh kalian hati-hati ya sudah malam begini, rumah kalian jauh kah?" Tanya Azzam.
"Engga bang, saya deket kok dari sini satu kilo," balas Hasan.
"Saya juga bang," Azzam terkekeh mendengarnya.
Azzam mengeluarkan dompet tebalnya itu, ia mengambil lima lembar uang berwarna merah itu, lalu menyerahkannya ke Fathur. Oh jelas, Fathur dan Hasan tentu tidak menolak.
"Waduh kebanyakan ini bang, gausah repot-repot lah bang."
"Gapapa ambil aja, itu dibagi dua ya. Itung-itung buat ongkos bensin, sama jajan juga —— oh iya, tolong jangan kasih tau sapa sapa juga ya?" Azzam tersenyum lagi.
Fathur dan Hasan menelan saliva susah, tapi senang juga menerima uang 500 ribu.
"Siap bang, makasih ya bang."
"Iya bang, makasih ya bang."
Azzam mengangguk.
"Kalau gitu saya sama Fathur pulang dulu bang —— Sha, thanks ya," Kayesha mengangguk.
"Tiati kalian berdua," Fathur dan Hasan bersamaan mengacungkan jempolnya lalu pergi dari sana dengan membawa tas sekolah mereka.