Prolog;
Agen rahasia dengan segudang bakat meninggal karena tertembak musuh. Tapi malah bangun di tubuh menantu bodoh dan menggemparkan semua orang dengan perubahannya.
Kok bisa bahasa inggris? Eh bisa juga bahasa Prancis?!
Bagaimana cara dia mengambil hati direktur eksekutif dari Prancis?
"Gawat, dia jadi lebih pintar, bagaimana kalau rahasia itu terbongkar?"
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Hukuman dari Ibu mertua
"Atau kau mau aku memberitahu seseorang kau menyimpan benda seperti ini dalam mobilmu," kata Kirana menarik sebuah stocking dan pengaman dari salah satu laci rahasia yang berukuran kecil di dalam mobil tersebut.
Sang pengawal hendak berbicara ketika Kirana mendahuluinya berkata, "Bagaimana aku bisa tahu? Jelas kau sudah tahu jawabannya!" Kirana menyimpan benda di tangannya ke dalam laci rahasia di sana Lalu memperbaiki posisi duduknya, "jangan lupa melaporkannya padaku setiap hari."
"Kau,," sang pengawal menggertakkan giginya, Dia sangat kesal pada perempuan itu.
Mobil akhirnya berhenti di halaman kediaman keluarga Mataram, dan Kirana mengulurkan tangan untuk membuka pintu tapi sebelum itu dia kembali menatap sang pengawal sambil berkata, "Jangan berpikir untuk ingkar janji!"
Setelah berbicara, Kirana pun mengarahkan tangannya ke arah CCTV dalam mobil lalu mencabut kartu memorinya.
"Aku akan menyimpan ini untuk memegang janjimu!" Ucap Kirana sebelum menutup pintu mobil dan berjalan meninggalkan mobil sang pengawal.
"Tidak ada perempuan bodoh seperti itu! Dia adalah setan!" Kata sang pengawal dengan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
Meski setiap kali dia melakukan sesuatu yang buruk dalam mobil dia akan mematikan kamera tersebut, tetapi apa yang terjadi sepanjang Kirana naik ke atas mobil telah terekam pada CCTV itu jadi dia tidak bisa mengelak lagi.
Saat sang pengawal sedang pusing di dalam mobil, pintu mobil tiba-tiba saja kembali terbuka memperlihatkan Kirana yang menatapnya sambil tersenyum.
Senyuman perempuan itu membuat sang pengawal merasa gugup, tentu saja ada sesuatu mengerikan dibalik senyuman itu.
'Perempuan setan!' geram sang pengawal dalam hati.
"Aku ingin minta tolong satu hal lagi padamu, tolong ambilkan CCTV di pelabuhan yang merekam kejadian Luna jatuh ke laut," ucap Kirana sebelum menutup pintu dengan pelan.
Setelah selesai, Kirana pun berjalan memasuki rumah dan perempuan itu langsung melihat ibu mertuanya telah menunggunya di sofa ruang tamu dengan sebuah tatapan setajam pedang bermata dua ditujukan padanya.
"Kemari kau!" Perintah Viola dengan suara yang tajam.
Kirana pun mendekati Ibu mertuanya lalu duduk di sofa, "Ada apa Bu?" Tanya Kirana membuat Viola benar-benar tercengang dengan tingkah menantunya.
Perempuan itu sudah berani duduk di sofa?!!
"Cepat berdiri! Jangan kotori sofa itu!" Teriak Viola.
Kirana memperhatikan sofa tempat ia duduk lalu melihat juga pakaiannya, "Apa gunanya Ibu menggaji pelayan di rumah ini kalau mereka tidak bisa membersihkan sofa yang kotor?" Gerutu Kirana semakin membuat darah tinggi Viola naik ke ubun-ubun.
"Jangan banyak membantah! Cepat berdiri!" Perintah Viola.
"Baiklah," kata Kirana sambil menghela nafas lalu perempuan itu pun berdiri dan pergi dari sana.
"Mau ke mana kau?!" Kembali teriak Viola.
Kirana menghentikan langkahnya lalu menatap Ibu mertuanya dengan tatapan tidak senang, "ibu memarahiku duduk di sofa karena takut kotor, jadi kenapa aku harus tetap tinggal di situ? Aku bukan pelayan di rumah ini yang harus berdiri saat berbicara pada Nyonya rumah ini!" Tegas Kirana sebelum melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Ibu mertuanya.
Para pelayan yang melihat kejadian itu sangat terkejut, mereka syok sekali melihat Kirana baru saja membantah perintah Nyonya rumah tersebut.
"Seret perempuan itu kemari!" Teriak Viola penuh amarah membuat para pelayan dengan cepat berlari mengejar Kirana.
Tetapi Kirana yang melangkah dengan cepat telah memasuki kamarnya dan mengunci pintu kamar sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.
Buk buk buk!
Pintu kamar Kirana dipukul oleh para pelayan, "buka pintunya sekarang!"
"Buka pintunya!"
"Kau diperintahkan untuk kembali menemui Nyonya!"
Suara pelayan dari seberang pintu diabaikan oleh Kirana hingga akhirnya suara itu perlahan-lahan menghilang.
Seorang pelayan berlari ke lantai 1 menemui Viola, "dia tidak mau membuka pintu kamarnya," ucap Sang pelayan.
"Dasar Perempuan bodoh!" Viola menggertakkan giginya dengan kesal, "ambil kunci serep kamar itu!" Perintah Viola.
"Baik," kata sang pelayan segera berlari dari sana mendapatkan kunci serep dan kemudian memberikannya pada Viola.
Viola pun dengan cepat naik ke lantai 2 dan berhenti di depan kamar Kirana.
Clek!
Pintu dengan cepat terbuka membuat Viola menatap perempuan telah terbaring di tempat tidur dengan deru nafas yang teratur.
"Bawakan air!" Perintah Viola.
"Baik," ucap salah seorang pelayan segera berlari dari kamar mendapatkan segelas air dingin dari kulkas.
Pelayan itu pun dengan cepat menyerahkan air tersebut pada Nyonya rumah.
Viola dengan penuh amarah mendekati Kirana dan langsung menyiramkan air dingin tersebut ke wajah Kirana hingga membuat Kirana dengan cepat duduk di atas ranjang.
Kirana menyeka wajahnya yang terasa begitu dingin sebelum akhirnya dia menatap Ibu mertuanya dengan bingung, "ada masalah apa denganku?" Tanya Kirana yang saat ini kesabarannya telah habis menghadapi Ibu mertuanya.
Viola juga merasakan hal yang sama, ia tidak bisa menahan tangannya bergerak di udara dan mendaratkan sebuah tamparan di pipi Kirana.
Plak!
"Beraninya perempuan bodoh sepertimu berbicara lantang di hadapanku dan membantu ucapanku?! Kau pikir dirimu siapa?!" Teriak Viola pada Kirana.
Kirana tersenyum tipis dengan tamparan yang baru saja ia dapat, meski biasanya tamparan seperti itu tidak akan terlalu sakit di tubuh lamanya, namun karena ini adalah tubuh yang baru dan lemah maka rasa sakitnya menggigit di pipi.
"Ibu benar,"
"Jangan panggil aku ibu!" Sela Viola.
"Baiklah, Nyonya, aku akan patuh," ucap Viola.
Meski telah mendengar menantunya akan patuh padanya, Tetapi entah kenapa Viola masih belum merasa puas, perempuan itu berjalan dari kamar itu dan menyerahkan kuncinya pada salah seorang pelayan, "kurung dia di kamar dan Jangan beri makan dan minum!" Perintah Viola.
"Baik," jawab sang pelayan dengan cepat mengunci pintu kamar Viola dan membiarkan perempuan itu sendirian dalam kamar.
Setelah semua orang pergi, Viola pun duduk di ranjang sambil mengepal kuat tangannya dan menoleh ke arah pintu yang terhubung dengan kamar suaminya.
Dua kamar yang bersebelahan itu memiliki pintu yang terhubung untuk menipu tuan besar ketika Tuan besar tinggal di rumah sehingga tuan besar selalu berpikir dia dan suaminya tidur satu kamar, namun sebenarnya tidak.
'Ini benar-benar buruk, hah,,' Kirana menghela nafas sebelum perempuan itu membersihkan tempat tidurnya dan kembali membaringkan tubuhnya untuk beristirahat.
Atooo anak buahnya si Yuwen?
Btw jangan2 itu anak asisten kan dah lama nikah ga bs hamil…