Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 01
Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang memiliki paras cantik meski dia sudah berumur kepala tiga.
Berry telah menggeluti dunia gelap saat dia berumur dua belas tahu. Perempuan itu hanya seorang anak yatim piatu yang telah terlantar sejak bayi di panti asuhan.
Dia tidak tahu siapa orang tuanya, Berry sejak kecil selalu merasa sedih jika membahas hal mengenai kedua orang tua nya.
Banyak teman sepantinya akan mengejek dan membully nya. Berry adalah anak yang pintar, selain itu dia juga sangat cantik membuat banyak pasangan yang selalu ingin mengadopsi dirinya.
Namun, setelah dia berpindah tangan dengan orang-orang yang mengadopsi nya. Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan yang baik, di antara mereka ada yang mengadopsi nya untuk di jadikan boneka pajang dari keluarga besar.
Ada juga yang menggunakan nya untuk memancing agar mereka segera memiliki anak setelah berkah itu muncul dia akan di pulang kan kembali ke panti asuhan.
Bahkan dia pernah di adopsi oleh pasangan gila yang sangat suka memukuli nya. Akibat sering nya dia di adopsi, hal itu membuat banyak anak panti membenci Berry.
Karena mengira Berry menjadi penghalang mereka tidak dapat di adopsi oleh pasangan-pasangan itu.
Padahal anak perempuan itu tidak pernah sama sekali mendapatkan kasih sayang dari keluarga yang telah mengadopsi diri nya.
Dengan pasangan terakhir yang mengadopsi Berry, anak itu kabur dari rumah karena sudah tidak tahan akan siksaan dari orang tua angkat nya.
Berry sempat kehilangan arah, dia tidak ingin kembali ke panti asuhan. Hal itu membuat nya luntang lantung di jalanan beberapa bulan hingga akhir nya dia di ajak oleh seorang pria misterius.
Pria itu mengatakan jika dia sudah lama memantau Berry sejak dia tinggal di jalanan.
Gadis remaja itu selalu memiliki caranya untuk bertahan hidup meski dia harus mempertaruhkan nyawa nya terkadang untuk mencuri makanan atau roti di toko.
Berry sempat curiga dan tidak ingin ikut dengan pria aneh itu namun karena bujukan tentang tempat tinggal dan juga makanan.
Berry menuruti nya dan pergi mengikuti pria aneh itu. Akhir nya, dia menjadi pembunuh bayaran seperti sekarang.
Setiap dunia bawah mendengar namanya, mereka akan sangat ketakutan. Siapa yang tidak mati di tangan Berry? Para penjabat korup? Anak pengusaha kaya atau pengusaha nya sendiri? Bahkan pemimpin gangster dan mafia kejam telah tewas di tangan wanita itu.
Itu sebabnya, dia memiliki banyak sekali musuh yang menyimpan dendam pada nya.
Hal itu juga yang membuat Berry ingin segera pensiun dari pekerjaan gelap nya. Dia sudah cukup berkecimpung di dunia bunuh membunuh itu.
Sudah tiba waktu nya untuk bersantai dan menikmati hasil kerja keras nya selama ini. Jadi, Berry meminta pada pria yang membawa nya saat itu untuk tidak lagi menerima layanan pembunuhan dari nya.
Meski pria itu awal nya menolak karena jasa Berry sangat di butuhkan tapi Berry memaksa karena dia sudah tidak ingin lagi menetap di dunia gelap itu.
Toh dia juga sudah memiliki banyak uang, tempat tinggal dan makanan sudah bukan menjadi masalah lagi baginya.
Pria itu mengalah, dia mengizinkan Berry untuk meninggalkan pekerjaan wanita itu. Dan sedikit saran, usahakan untuk tidak tinggal di kota-kota besar. Karena itu akan menimbulkan masalah untuk perempuan nya.
Masih banyak musuh Berry yang mengincar nya jadi lebih baik mencari aman. Berry menerima saran itu dan dia mencari tempat tinggal yang aman untuk nya.
Berry membawa koper nya berjalan, wanita yang memiliki warna rambut coklat madu percis sama dengan mata nya itu dengan penuh semangat keluar dari bandara. Dia menghentikan sebuah taksi dan menaikinya.
"Pak, alamat nya ini ya"Ucap wanita itu sambil memberikan sebuah kertas pada sang sopir taksi.
Supir pria tua itu mengambil nya dan melihat isi kertas tersebut, "Ini desa ya neng, Neng nya mau kesini?"Tanya pak supir pada Berry.
"Neng?!"
Berry menyelipkan rambut nya kebelakang telinga dan tersenyum malu. Padahal dia sudah berkepala tiga tapi supir nya mengira dia masih muda.
Berry menjadi senang akan hal itu, pertanda dia masih bisa mencari kekasih masa depan nya.
"Iya pak, saya memang sedang pindah ke desa. Hidup di kota sudah terlalu berat buat saya"Jawab Berry sopan sambil tersenyum kecil.
Dalam hati dia bergumam, "karena banyak yang mengincar nyawa ku."
Supir itu mengangguk paham, dia pun menghidupkan mesin mobil nya.
"Penghuni baru toh"Ucap pria tua itu. Dia
mengendarai taksi nya pergi meninggalkan bandara.
Berry mengangguk, "Memang bapaknya tinggal dimana, kalau boleh saya tahu?"Ucap Berry dengan ramah karena dia ingin memulai hidup yang baru.
Alangkah baik nya dia membuat orang-orang sekitar nya merasa nyaman dengan sikap ramahnya.
"Kebetulan kita tinggal di satu desa yang sama dengan alamat yang kamu berikan tadi"Jawab supir itu dengan kekehan pria tua seperti biasa nya.
Berry semakin merekahkan senyuman nya, "Wah, kita akan menjadi tetangga ya pak? Semoga kita saling tolong menolong kedepan nya ya pak"Balas Berry.
Supir itu tertawa melihat semangat dari penumpang yang akan merangkap menjadi tetangga nya nanti.
"Iya neng."Ucap nya dengan ramah.
"Ngomong-ngomong pak, saya sudah kepala tiga loh. Bukan anak muda lagi, apa saya terlalu cantik ya sampai di kira anak muda?"Ujar Berry sambil tersenyum malu-malu.
Supir itu cukup terkejut mendengar nya, "Loh, kamu sudah kepala tiga? Kok tidak kelihatan ya? Saya pikir kamu masih anak muda"Jawab supir itu dengan wajah kaget nya.
Berry terkekeh geli mendengarnya, "Bapak bisa saja"Katanya dengan senyum manis.
Kedua orang itu pun melanjutkan pembicaraannya sepanjang jalan, Berry menghela nafas lega. Ya, setidak nya ini
bukan hal buruk untuk memulai hidup yang baru.
***
Mungkin Berry terlalu berekspektasi besar pada kepindahan nya kali ini untuk tinggal di desa. Dia mengira rumah yang akan dia tempati nanti akan terlihat indah dan bagus seperti di bayangan nya.
Siapa suruh dia sangat suka menjejali otak nya dengan screen saver laptop yang memperlihatkan gambar pemandangan rumah-rumah indah di desa.
Kali ini dia sedikit menyesal karena terlalu mempercayai program sialan itu, Berry menghela nafas pasrah ketika melihat rumah barunya.
Rumah itu tidak terlalu besar, ya cukup untuk satu orang penghuni. Dengan pagar nya yang terlihat berkarat serta di kelilingi dengan tanaman merambat di sekitar nya.
Oh jangan lupa, banyak sekali rumput atau ilalang yang memenuhi taman ruang itu.
Setidaknya rumah itu memiliki tanah yang luas, dia bisa menanam sesuatu nanti disana.
Angin berhembus pelan menerpa helaian rambut nya, udara nya sangat segar. Tidak menyesal juga dia memilih tinggal di desa karena udara disini masih sangat bersih.
Berbeda dengan di kota yang penuh dengan polusi kendaraan.
Dia berjalan maju mendekati pagar rumah baru nya, sedikit tenaga untuk membuka pagar berkarat itu tapi dia tetap berhasil.
Berry merinding geli saat melihat seekor ulat bulu hitam yang bertengger di tanaman merambat itu.
Dia sedikit menjauh dari sana dan berjalan masuk ke dalam teras.
Rumahnya bagus hanya cat nya saja yang sedikit memudar. Mungkin efek termakan waktu.
Dia menggeret koper nya dengan sedikit susah payah karena rumput-rumput liar yang mengelilingi halaman.
Berry meletakkan koper nya, dia mengambil kunci rumah barunya dari dalam tas dan segera membuka pintu itu.
Krett
Berry terbatuk ketika udara lembab serta debu yang berterbangan di sekitar nya memasuki penciuman wanita itu.
"Pekerjaan lagi, aku harus membersihkan semua ini"Gumam Berry saat melihat betapa kotornya rumah yang akan dia huni ini.
Berry berjalan mendekati barang-barang seperti sofa atau meja yang di tutupi dengan kain putih.
"Berdebu sekali"Ucapnya pelan ketika dia memegang kain putih itu.
Wanita itu menggrrkan kedua tangan nya di pinggang dan menatap sekeliling rumah, "Ayo kita bersihkan rumah ini setelah itu kita akan mencari makan"Ujarnya dengan penuh semangat dan senyuman yang merekah.
Namun sedetik kemudian senyuman nya luntur di gantikan dengan wajah datarnya, "Sialan, aku kan sedang sendiri disini."Lanjutnya dengan pahit.
Dia mendengus dan segera melakukan pekerjaan nya yaitu membersihkan rumah baru nya.
***
Tidak terasa waktu berlalu dengan begitu, lambat. Untuk Berry tentu saja, sudah lima jam dia membersihkan rumah ini. Pinggang nya hampir saja patah, ya mungkin juga faktor usia.
Perut nya bergemuruh, "Duh laper banget"Gumam nya pelan, dia melihat sekeliling nya yang sudah bersih dan juga rapi.
Semua nya sudah di tatap dengan benar, sofa-sofa juga sudah ia buka penutup nya. Untung saja listriknya masih berguna jika tidak dia akan tidur tanpa penerangan malam ini.
Sebaiknya dia keluar untuk mencari makan, sekalian mencari kepala desa untuk melaporkan tentang kepindahannya sebagai penghuni baru desa ini.
Pertama tama, dia harus mandi. Tubuh nya sudah lengket karena keringat, Berry membongkar koper nya dan mengambil
handuk serta peralatan mandi nya yang lain.
Dia juga sudah membersihkan kamar mandi jadi dia akan nyaman menggunakan ruangan itu.
Beberapa menit kembali berlalu dan disinilah Berry tengah duduk di sebuah warung makan kecil di desa yang penuh dengan penduduk nya juga ikut makan disini.
Berry duduk sendiri di pojokan, dia makan dengan lahap tanpa perduli jika dia sudah di pandang dari awal dia menginjakkan kaki nya disini.
Terdapat sekumpulan ibu-ibu desa yang pasti nya gemar sekali menggosip, itu hal lumrah menurut Berry.
Mau dimana pun dia akan tinggal, orang-orang seperti itu pasti akan tetap ada. Entah merugikan atau tidak, terkadang ada gunanya juga mendengar gosip sekitar.
Meski kali ini dia yang di jadikan bahan gosip oleh ibu-ibu setempat. Dengan wajah penasaran serta nyinyir mereka, bisik-bisik pun tak kalah terlambat masuk ke pendengaran nya.
"Dia penghuni baru disini itu ya?"Bisik seorang ibu dengan wajah keriput serta daster merah cerah yang sanggup membutakan mata pada orang yang melihat nya.
"Dengar-dengar dia sudah kepala tiga tapi masih belum menikah dan punya suami. Meski cantik tapi tetap saja belum laku"Timpal ibu lain nya yang dengan wajah seperti tokoh antagonis dalam film azab yang sering Berry tonton.
Jangan salah, meski dia berprofesi sebagai pembunuh bayaran yang sudah pensiun saat ini, dia juga update soal film-film viral seperti itu. Apalagi soal azab, Berry suka menonton nya.
"Hati-hati Bu, biasa nya wanita seperti itu pasti akan menjadi perebut suami orang"Bisik ibu lain nya, kali ini tampilan nya seperti istri dari juragan kaya yang suka menjelekkan orang lain.
Lihat saja perhiasan-perhiasan itu, sangat
norak menurut Berry. Dia belum tahu saja kekayaan yang Berry miliki bahkan sanggup membeli seluruh desa ini.
Tapi, dia tidak sombong seperti beliau yang seperti nya suka memamerkan uang nya yang tidak seberapa itu.
Mungkin karena pengaruh uang atau apa, semua ibu-ibu disitu mengangguk setuju dan patuh pada apa yang baru saja di ucapkan oleh nya.
Mereka semua menatap waspada pada Berry yang bahkan masih sibuk pada makanan nya. Berry menatap rendang jengkol yang tersisa sedikit di piring nya, dia baru tahu rasa jengkol akan seenak ini.
Kemana saja ia selama ini yang baru mengetahui makanan surga ini? Ya, begitu lah kira-kira isi pikiran Berry.
Sangat berbeda dengan tampilannya yang cantik dan terlihat tertutup. Isi otak nya hanya soal makanan, makanan, dan makanan.
"Jangan berbicara seperti itu, Bu. Tidak baik, kalian tidak mengenal nya tapi sudah menjelek jelekkan diri nya. Salah apa dia sama kalian hingga berani berkata seperti itu?"Ucap seorang ibu lain yang tadi sedang sibuk melayani pelanggan.
Iya, ibu itu adalah seorang pemilik warung makanan kecil yang ia datangi saat ini.
Berry seperti melihat cahaya cerah dari balik tubuh ibu baik tersebut, jadi seperti ini tampilan orang-orang baik ya?
Pantas saja jualan ibu ini sangat laku selain makanan nya enak, pemilik nya juga orang baik.
Tidak seperti ibu-ibu penggosip itu tidak memiliki apa-apa tapi sudah sangat sok.
Berry menyelesaikan makan nya dengan cepat, dia ingin segera tidur.
Tubuh nya sudah sangat lelah di tambah dia menjadi bahan pembicaraan yang tidak-tidak oleh tetangga barunya.
Padahal mereka belum saling mengenal tapi entah bagaimana orang-orang ini bisa menilai nya dengan buruk.
"Bu Arin jangan terlalu baik, ibu tidak lihat seperti nya dia sedang menggoda suami ibu dari tadi? Lihat saja, suami ibu bahkan tidak mau berpaling dari perempuan itu"Balas ibu yang lain dengan julid, dia tidak terima jika perkataan nya di bantah oleh orang lain.
Semua nya mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang sedang membuat kopi untuk pembeli, dia memang sedikit mencuri pandang sedari tadi pada Berry.
Tapi, hei, siapa yang sedang menggoda? Dia sibuk makan dan tidak sempat melakukan hal aneh seperti itu.
Bukan salah nya jika bapak itu mencuri-curi pandang ke arah nya. Dia sudah cantik dari lahir dan ini fakta yang tidak bisa di bantah.
Namun meski pemikiran nya murni bukan berarti orang lain akan sama seperti diri nya, lihat saja dia kembali menjadi bahan bisikan oleh ibu-ibu jahanam itu.
Berry hanya bisa termenung dengan bodoh, aku siapa?Aku dimana? Ya begitu lah isi otak wanita itu sekarang.
Berry menggeleng kan kepalanya, menghapus pikiran absurd nya. Dia berdiri dan berjalan ke meja kasir untuk membayar biaya makanan yang ia pesan tadi.
Kasir penjaga nya seorang pemuda berkulit coklat yang sedang sibuk menghitung penghasilan warung.
Berry mengetuk meja pemuda itu pelan, akhir nya pemuda itu pun berhenti dari kegiatan nya. Dia mengangkat kepala nya dan menatap Berry.
"Saya mau bayar."Ucap wanita itu dengan singkat, dia sudah malas dengan tatapan dari ibu-ibu di pojokan itu.
"Ah iya kak, tadi pesan apa saja?"Ucap pemuda itu dengan cepat, dia mengambil kalkulator nya.
Berry menyebutkan nama makanan apa saja yang ia pesan tadi setelah melakukan
pembayaran Berry segera pergi meninggalkan warung tersebut.
"Gila, aku di panggil kakak"Gumam Berry sambil terkekeh geli mengingat pemuda tadi.
"Andai dia tahu, umur ku bisa menjadi ibu nya. Pasti dia akan sangat terkejut"Lanjut Berry lagi.
Dia berjalan pelan menyusuri desa, udara nya sangat segar. Dia akan betah tinggal disini, seperti nya.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah