Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #16
Eyang buyut menatap Al dengan serius, dia duduk di kursi goyang miliknya dan memangku sebelah kaki di atas paha. Eyang merasa jika Al adalah seorang anak pemberani, terbukti dari caranya menatap eyang buyut. Al tampak santai, tenang dan tidak gugup sama sekali.
"Kamu sudah bersekolah?" eyang mulai memberikan Al pertanyaan.
Al mengangguk. "Sudah, eyang buyut."
"Berapa usia kamu?"
"Lima tahun." jawab Al dengan singkat.
"Berarti kamu belum memasuki sekolah dasar?"
Al menggeleng untuk pertanyaan ini.
Eyang tersenyum dan ingin mencoba kemampuan Al dalam belajar, pertama eyang memberikan Al buku dan menyuruh agar Al membaca buku tersebut. Al pun membacanya dengan lancar tanpa berhenti.
Eyang tidak menyangka, di usia Al yang baru lima tahun tetapi Al sudah sangat lancar membaca tanpa mengeja.
Selanjutnya, eyang memberikan tantangan perkalian kepada Al.
"Apa kamu sudah belajar pertambahan, perkalian, atau pengurangan?"
"Mama sudah mengajari Al semua itu, eyang."
"15+18?"
"33" jawab Al dengan cepat.
Eyang benar-benar terkejut karena Al seperti tidak perlu berpikir lama untuk menjawab pertanyaannya.
"26-15?" eyang tersenyum tipis.
"11."
Eyang lagi-lagi terperangah mendengar jawaban benar yang Al berikan.
"20x5?"
"100."
Senyum di bibir eyang semakin lebar, baru kali ini cicitnya bisa menjawab semua pertanyaan darinya yang mungkin bagi anak seusia mereka pertanyaan eyang saat ini sangat sulit.
"Kamu menjawab semua dengan benar dan cepat, bagaimana jika aku memberikanmu pertanyaan yang lebih sulit lagi?" eyang semakin menantang Alvarendra.
"Al siap, eyang." Al masih santai duduk berhadapan dengan eyang.
"1ton x 400 : 5?"
(Rp.400. Empat ratus perak ya, bukan empat ratus ribu 🤭)
Al terdiam sejenak guna berpikir, eyang tersenyum ketika dia yakin jika Al pasti tidak bisa menjawab pertanyaannya yang cukup sulit kali ini.
Hitungan beberapa detik, Al langsung membuka mulut guna menjawab pertanyaan eyang buyut.
"80.000."
Eyang langsung terdiam dan seketika senyumnya pun ikut surut, dia benar-benar heran dengan otak Al yang mampu berpikir hanya dalam hitungan detik bisa menjawab pertanyaan yang cukup sulit bagi anak usia lima tahunan.
"Kamu sudah menjawab semua pertanyaanku dengan benar tetapi masih ada tantangan lain yang menunggumu."
"Al selalu siap, eyang." jawab Al dengan tegas.
Eyang sangat suka dengan ketegasan Al, dia mulai melayangkan pertanyaan untuk Al lagi.
"1 ton sama dengan berapa?''
"1 ton: 1.000kg, 1 ton : 10 kuintal, 1 kuintal: 100kg."
Eyang bertepuk tangan karena Al menjawab dengan benar dan lengkap.
"Benar-benar cerdas." eyang tersenyum lebar.
Al pun tersenyum senang karena dia bisa membuat eyang menyukainya.
"Sekarang aku akan memberikan pertanyaan tentang masalah politik, apa kamu siap? Aku ingin melihat sampai batas mana kecerdasanmu."
Al mengangguk cepat.
"Kapan pertama kali sumpah pemuda di bentuk?"
"27-28 Oktober 1928 di Batavia yang kini sudah menjadi nama Jakarta."
Eyang menggeleng salut.
"Sebutkan siapa tokoh pencetus sumpah pemuda yang kamu ketahui."
"Muhammad Yamin." jawab Al secepat kilat.
Eyang mengedipkan matanya berkali-kali ketika Al selalu mampu menjawab pertanyaannya padahal pertanyaan itu adalah pertanyaan untuk anak sekolah dasar.
"Pertanyaan terakhir, siapa presiden ke empat kita?"
"Abdurrahman Wahid."
Eyang beranjak dari kursi lalu berjalan mendekati Al.
"Kamu benar-benar anak genius, Al. Eyang tidak menyangka jika kamu bisa menjawab semua pertanyaan dari eyang. Nah, karena kamu sudah mau menjawab pertanyaan yang eyang berikan bagaimana jika eyang memberikan kamu sebuah pilihan?"
"Al menjawab pertanyaan eyang bukan karena sebuah imbalan, Al bisa menjawab pertanyaan itu karena Mama selalu mengajarkan pada Al tentang semua pelajarannya.
"Eyang yakin jika Mama kamu adalah wanita hebat karena dia memiliki putra yang mempunyai pemikiran se-genius dirimu."
"Mama Al memang wanita hebat, maka dari itu Al tidak pernah membantah ucapan Mama. Al tidak ingin membuat Mama sakit hati ataupun bersedih." ucap Al bijak dan berpikiran seperti orang dewasa.
Eyang sangat salut dengan Al, dia mengelus pucuk kepala Al.
"Eyang ingin memberikan kamu hadiah saja kalau begitu."
Al tidak ingin memilih maka dari itu eyang memutuskan untuk memberikannya sesuatu. Eyang berjalan ke lemari yang ada di dalam ruangan itu, dirinya membuka lemari tersebut dan mengeluarkan sesuatu.
"Ini untukmu."
Al menerima pemberian dari eyang, dia membuka kotak yang berada di tangannya.
Betapa terkejutnya Al ketika eyang memberikan dia sebuah ponsel keluaran terbaru dan limited edition. Al beberapa kali melihat iklan ponsel itu di televisi tetapi hanya ada beberapa buah saja yang keluar setelah itu tidak akan keluar lagi. Hati Al sangat senang dan gembira, dia berdiri lalu memeluk tubuh eyang.
"Ini untuk Al, eyang?"
"Simpan dan pergunakan dengan baik. Eyang yakin jika kamu mampu menggunakan ponsel itu dengan benar karena kamu adalah anak genius."
Al tersenyum lebar.
Mereka keluar dari ruangan itu, terlihat Abi sangat khawatir dengan Al tetapi dia yakin jika Al mampu karena tidak ada suara tangisan saat Al ada di dalam bersama dengan eyang buyut.
Al menghampiri sang Papa lalu dia memeluk tubuh Papanya.
"Pa, lihat apa yang Al dapatkan dari eyang buyut." Al menunjukkan itu kepada Abi.
Abi membuka kotak ponsel tersebut dan matanya mendelik ketika melihat apa yang ada di dalam kotak itu.
"Ini—?" ucapan Abi terpotong karena eyang menyelanya dengan cepat.
"Ya, itu adalah ponsel keluaran terbaru dan sangat sulit di dapatkan. Desainnya juga di rancang khusus oleh perancang yang sangat hebat. Aku memberikan itu karena anakmu sangat genius, dia benar-benar cerdas."
Abi tersenyum ke arah Al, dia memeluk tubuh Al seraya mengembalikan kotak ponsel itu kepada Al.
"Eyang, jika eyang memberikan ini kepada Al apakah cicit eyang yang lain tidak akan iri?" Abi risau jika Al akan dibenci oleh anak-anak saudaranya.
"Kamu tidak perlu risau, aku akan mengatakan pada mereka jika Al mampu membuatku kagum akan kepintarannya."
Abi menghela nafas lega. "Apa kamu senang?" tanyanya sambil menunduk, melirik Al yang terus menatap kotak ponsel barunya.
Al mengangguk cepat. "Al sangat bahagia, Pa. Al akan menjaga dan menggunakan ponsel ini dengan baik, dulu Al sangat ingin memiliki ponsel ini karena sangat canggih tetapi Al sadar jika keuangan Mama hanya cukup untuk kebutuhan hidup, maka dari itu Al mengabaikan keinginan."
Eyang mengelus pucuk kepala Al. "Abi, bawa wanita yang sudah melahirkan anak genius ini. Aku ingin bertemu dengan wanita hebat itu, dia benar-benar mendidik putranya dengan sangat baik."
"Abi akan mencoba untuk membujuk Anaya nanti, eyang."
Eyang mengangguk dan mereka tersenyum bersamaan.
•
•
**TBC
😍😍😍💖💖💖💖