Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB KEADAAN RAHMA MENYEDIHKAN.
Setelah keributan selesai dan keadaan juga sudah konduktif, akhirnya beberapa warga sudah mulai pulang ke rumah masing-masing.
Begitu juga dengan Siska yang sudah bersiap-siap ingin pulang ke rumah dan membawa semua barang perabotan milik Rahma.
"Kalau begitu saya pulang dulu ya Pak RT, maaf karena saya sudah membuat keributan di komplek ini. Untuk masalah ini biar saya yang akan menyelesaikan dengan suami saya, setidaknya saya sudah bisa membawa hak saya pulang ke rumah."
"Saya juga minta maaf karena tidak bisa membantu ibu Siska untuk menyelesaikan masalah ini karena saya tidak ingin masuk lebih dalam, dan untuk Bu Rahma lebih baik Ibu pulang dulu ke rumah orang tua untuk memberitahukan masalah ini."
"Lalu barang-barang perabotan saya bagaimana?"
"Untuk masalah itu lebih baik bu Rahma berbicara saja dengan ibu Siska. Apalagi warga terus saja mendesak saya untuk mengusir ibu dari kompleks ini."
"Saya harus berbicara bagaimana lagi Pak RT. Dari awal saya sudah mohon-mohon sama Mbak Siska untuk tidak membawa barang perabotan saya, tapi dia keras kepala, maka dari itu Pak RT. Tolong bantu saya katakan kepadanya untuk tidak membawa barang-barang milik saya. Saya butuh itu semua." Rahma terus saja meminta pertolongan kepada Pak RT, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak, pada akhirnya Rahma pun menyerah karena tidak bisa melakukan apa-apa dan dia pun merelakan barang-barang miliknya di bawah pergi oleh Kakak madunya.
"Kamu sudah kelewatan, Mbak. Untuk masalah ini akan aku adukan kepada Mas Danu dan kamu akan diceraikan olehnya."
"Silakan saja kamu adukan sama Mas Danu, saya tunggu aduan kamu."
Akhirnya Siska membawa pergi barang milik Rahma. Melihat barang kesayangannya sudah pergi menjauh, ia hanya bisa meratapi nasib.
Ia mencoba menelepon suaminya, tetapi tidak bisa, kesal karena dirinya tidak bisa mendapatkan bantuan dari siapapun apalagi Ibu kompleks yang ada di sini terus saja memojokkan dia untuk pergi dari rumah ini.
Sorenya Siti datang ke rumah anaknya, untuk meminta jatah mingguan, sudah seminggu ini ia belum menerima uang dari anaknya.
Saat sudah sampai rumah, ia begitu terkejut melihat keadaan rumah anaknya yang sudah melompong tanpa ada barang satu pun. Bahkan penampilan anaknya begitu urakan.
"Rahma, di mana semua barang perabotan kamu?" tanya Siti, melihat kedatangan ibunya Rahma hanya bisa diam membisu dia masih meratapi nasibnya. "Rahma jawab!Kenapa rumah kamu jadi melompong begini nggak ada barang perabotan?"
"Semua barang-barangku hilang Bu," lirihnya Rahma ia sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk menjelaskan keadaan kepada ibunya. Yang ia pikirkan saat ini, bagaimana cara mengambil barangnya kembali.
"Hilang ke mana? Rumahmu dirampok?" Rahma hanya menggeleng pelan.
"Bukan dirampok, Bu. Barang-barang yang ada di sini diambil."
"Diambil sama siapa? Kalau ngomong itu yang jelas jangan bertele-tele!"
"Diambil sama istri pertamanya Mas Danu, Bu. Tadi pagi dia datang ke sini bawa mobil truk 3 untuk mengangkut semua perabotan aku."
"Apa perabotan kamu diambil sama istri tuanya Danu? Kok bisa? Memangnya istri tuanya Danu tahu, kalau kalian sudah menikah siri?"
"Iya, bu. Mbak Siska tahu semuanya. Aku kira dia enggak bakal tahu. Ternyata dugaanku salah. Semua perabotanku diambil tanpa menyisakan satupun bahkan barang-barang anakku pun tak luput ikut dibawa ke dalam truk. "
"Lalu kenapa kamu hanya diam saja, kenapa kamu tidak berontak."
"Aku sudah ngelakuin itu semua, tapi nggak ada yang bisa bantu aku, justru aku malah diserang sama warga di komplek ini." Wajah Siti begitu geram ia tidak terima anaknya diperlakukan seperti ini.
"Kurang aja sekali istri tuanya si Danu, bisa-bisanya dia memperlakukan kamu seperti ini. Ayo kita balas perbuatan dia kita laporkan sama Danu biar dia diceraikan sekalian. Ibu nggak terima anak kesayangan ibu diperlakukan buruk seperti ini. Ayo kita ke rumah Danu sekarang, pokoknya kita harus mengambil milik kamu!" Siti mencoba menarik tangan Rahma untuk bangkit dari lantai, tapi anaknya hanya diam saja. "Ayo bangun, kenapa kamu hanya diam saja, kita ambil semua barang perabotan kamu lalu kita adukan Semuanya sama Danu."
"Aku nggak bisa ke sana, Bu."
"Loh kenapa nggak bisa?"
"Aku nggak tahu rumah Mas Danu di mana." Siti menepuk jidat menggunakan tangannya.
"Aduh, jadi cewek kok kamu bego banget sih! Masa rumah suami sendiri nggak tahu, kalau kejadian sudah seperti ini lalu harus bagaimana." Dengan kasar tangan Siti mendorong kepala anaknya, ia begitu geram karena anaknya begitu bodoh, bisa-bisanya tidak tahu rumah suaminya di mana. "Coba kamu telepon Danu," perintah Siti. lagi-lagi Rahma hanya tertunduk lemas.
"Ponsel mas Danu nggak aktif, Bu. Sudah seminggu ini Mas Danu nggak datang ke rumah ini."
"Kurang ajar si Danu! Kenapa di saat seperti ini dia susah dihubungi. Kalau sudah seperti ini kita harus bagaimana?"
"Aku juga nggak tahu, Bu. Satu-satunya cara aku akan menunggu Mas Danu datang ke sini dan menceritakan semuanya."
"Mau sampai kapan kamu menunggu kedatangan Danu? Mau sampai kapan? Ibu kira istri tuanya si Danu nggak tahu kalau kamu istri kedua, ibu nggak nyangka istri tua Danu pintar, bisa mengetahui kebusukan kalian berdua."
Rahma menatap ibunya sinis, ia tidak terima mendengar ucapan ibunya barusan. Padahal dia sendiri yang mendukung anaknya untuk menikahi suami orang untuk merauk harta kekayaannya.
"Padahal ibu sudah semangat datang ke rumah kamu buat minta uang, nggak tahunya malah ada kejadian seperti ini. Ibu lagi butuh uang kamu ada nggak simpanan dari Danu?"
"Bu, kenapa sih dalam keadaan seperti ini masih saja memikirkan uang, apa Ibu tidak lihat bagaimana keadaan aku sekarang, semua barang-barang perabotan aku sudah habis diambil sana istri tuanya Mas Danu."
"Itu salah kamu sendiri, kenapa jadi istri kok bodoh banget. Masa nggak bisa sih mempertahankan barang milik kamu sendiri, kalau Ibu jadi kamu Ibu bakalan datang ke rumah dan melabrak istri tuanya si Danu, biar dia nggak berani macam-macam sama ibu." Rahma menghela nafasnya pelan, padahal dia sedang terpuruk dan membutuhkan bantuan tetapi ibunya malah memikirkan uang dan uang membuat kepala Rahma semakin pusing ditambah lagi suaminya belum bisa dihubungi.
"Cepat kamu hubungi si Danu. Ibu butuh uang sekarang, Ibu mau ikut arisan." Rahma memilih bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar ia sudah malas berhadapan dengan ibunya.
"Heh, mau ke mana kamu? Ibu masih mau ngomong sama kamu cepat hubungi Danu untuk meminta uang!"
Dobel up, Thoor /Pray//Pray/