“Kau akan menjadi pacar eksklusifku selama batas waktu yang tak ditentukan. Rubah penampilan kuno-mu itu. Aku tak suka melihat penampilan burukmu itu. Jika kau menolak perjanjian ini, kau bisa mengundurkan diri dari perusahaanku,” ucap Dimitrei Uvarov—seorang CEO di mana Thalia Brown bekerja. Thalia yang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini dan tak punya pilihan jawaban lain, akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, Tuan. Aku menerima dan tak menolak perjanjian ini.” Siapa yang bisa menolak pesona Dimitrei Uvarov— putra angkat dari seorang mafia kawakan yang cukup terkenal di dunia bawah. Namun, alih-alih melanjutkan usaha sang ayah angkat, Dom Petrov, yang terbilang sangat sukses, Dimitrei justru membangun dinasti kejayaannya sendiri meskipun semua modal dibiayai oleh ayah angkatnya. Melihat kehidupan sang ayah angkat yang selalu ditinggalkan wanita dan tak pernah mendapatkan cinta sejati, membuat Dimitrei tak berniat untuk menikah karena baginya itu adalah hal yang sia-sia. Namun, berbeda dengan Dom yang menginginkan Dimitrei membangun rumah tangga dengan wanita yang tepat. Kondisi kesehatan Dom yang memburuk membuat Dimitrei akhirnya menyetujui perintah Dom untuk menjalin hubungan dengan wanita yang akan diseleksi langsung oleh Dom. Dan pilihan itu jatuh pada pegawai culunnya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata yaitu Thalia Brown.
Follow ig : zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melawan!
Dalam suasana tegang yang menyelimuti apartemen, Thalia berdiri tegak di depan Evan dan Camilla dengan nafas yang terengah-engah.
Matanya memancarkan api kemarahan yang selama ini terpendam. Dia merasakan denyutan adrenalin melalui setiap serat tubuhnya, menguatkan tekadnya untuk menghadapi orang yang begitu lama menyiksanya.
Evan, yang selama ini menjadi boneka di tangan Camilla, terkejut melihat Thalia yang berani menantang mereka. Namun, sebelum dia sempat bereaksi, Thalia sudah mendorongnya dengan kekuatan yang mengejutkan.
Tubuh besar Evan terhuyung-huyung sebelum akhirnya jatuh dengan keras ke lantai.
Camilla, yang selama ini merasa aman dengan kekuasaannya, kini merasa terancam.
Dia mencoba mempertahankan keseimbangannya, tetapi serangan Thalia begitu cepat dan tak terduga. Dia hampir tersungkur, hanya mampu bertahan dengan berpegangan pada meja di sebelahnya.
"Apa kau belum puas merusak hidupku dan mendiang ibuku?" teriak Thalia, suaranya bergema di ruang besar itu. "Kau telah mengambil segalanya dariku, bahkan cinta dari ayahku sendiri! Aku tidak akan lagi membiarkan kau mengintimidasiku lagi!"
Evan mencoba bangkit, tetapi rasa sakit dari benturan keras membuatnya terpaku di tempatnya. Camilla memandang Thalia dengan tatapan kebingungan. Dia tidak pernah melihat sisi Thalia yang begitu kuat dan berani.
Camilla terlihat kemarahannya. "Evan, cepat bangun!! Dia melawan kita!"
Namun, Thalia tak lagi peduli dengan kata-kata dari wanita yang begitu lama menyiksanya itu. "Kau pikir kau bisa mengatur segalanya dengan kelicikanmu? Aku tidak akan membiarkanmu melangkah lagi di atas kepala dan hatiku!"
Dengan langkah pasti, Thalia melangkah mendekati Camilla yang matanya tampak panik. Dia menatap tajam mata ibu tirinya itu, memancarkan kebencian yang telah lama terpendam.
"Sudah cukup!" seru Thalia, tangannya gemetar karena amarah. "Kau tidak akan lagi menghancurkan hidupku. Aku akan menuntut apa yang menjadi hakku! Tunggu saatnya nanti!!"
Tatapan dingin Thalia membuat Camilla merasa seperti terperangkap dalam es yang tak terbelah. Dia menyadari bahwa kali ini, Thalia benar-benar telah memutuskan untuk bertindak dan dia tak boleh kalah dengan intimidasi yang Thalia lakukan padanya.
Dalam keheningan malam, ketegangan di ruangan itu begitu terasa. Thalia menatap tajam ke arah Camilla, ibu tirinya yang selama ini menjadi penyebab penderitaannya. Namun, sebelum dia bisa menyampaikan kemarahannya, Evan tiba-tiba berdiri di antara mereka berdua.
Evan, dengan wajah yang penuh kemarahan, menatap Thalia dengan mata yang menyala-nyala. Tanpa ragu, dia melangkah maju dan memilin tangan Thalia dengan kasar.
Thalia merasakan rasa sakit menusuk-nusuk di pergelangan tangannya, tetapi dia tidak membiarkan itu menghentikannya.
Dengan keberanian yang membara, Thalia menatap lurus ke mata Evan. "Aku sama sekali tak takut padamu? Ingin melenyapkanku? Kalian tak akan bisa."
Namun, sebelum dia bisa melanjutkan, Evan dengan kasar mendorongnya. Tubuh Thalia terhuyung-huyung sebelum kepalanya akhirnya terbentur keras ke dinding. Dia merasakan pusing yang melanda saat darah mengalir dari bagian pelipis matanya.
Tanpa ragu, Thalia meraih apa pun yang bisa dia dapatkan di dekatnya. Dengan penuh keberanian, dia memukulkan benda itu ke kepala Evan dengan kekuatan penuh. Ada suara hantaman keras yang menggema di ruangan itu saat benda itu menyentuh kepala Evan.
Evan meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah begitu saja. Dengan kemarahan yang membara, dia melompat ke arah Thalia dengan niat untuk menyerangnya. Namun, Thalia dengan cepat menghindar, menyerang balik dengan pukulan yang keras.
Mereka berdua terlibat dalam baku hantam yang intens, tanpa ampun. Darah mereka berdua mengalir, tetapi keberanian dan kemarahan terus menguatkan mereka. Keduanya saling melukai satu sama lain, tidak ada yang ingin mundur dalam perkelahian itu.
"STOP!!" teriak Camilla pada mereka karena dia tak mau ada masalah dengan polisi karena hal ini.
Nafas Evan dan Thalia tersengal-sengal dan Evan tak menyangka bahwa Thalia akan sekuat itu melawannya.
"Evan, kita pergi!" Camilla kemudian berbalik dan membuka pintu. Evan melihat Thalia sebelum pergi. "Aku akan membalasmu, Bitch!"
Ntar malam pertama dalih hanya kontrak pula,??hemmm