NovelToon NovelToon
CEO : Arav Dan Kayla

CEO : Arav Dan Kayla

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Arav Hayes Callahan, seorang CEO yang selalu dikelilingi wanita berkelas, terjebak dalam situasi yang tak terduga ketika hatinya tertambat pada Kayla Pradipta, seorang wanita yang statusnya jauh di bawahnya.

Sementara banyak pria mulai menyukai Kayla, termasuk kakaknya sendiri, Arav harus menahan rasa cemburu yang terpendam dalam bayang-bayang sikap dinginnya. Bisakah Arav menyatukan perasaannya dengan Kayla di tengah intrik, cemburu, dan perbedaan status yang menghalangi mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesona yang Tak Terduga

Pagi itu, kantor Callahan Corp. Dipenuhi dengan rutinitas yang biasa. Suara langkah kaki karyawan yang terburu-buru, dentingan telepon, dan percakapan tentang pekerjaan. Namun, ada satu pemandangan yang berbeda di lantai atas, tepat di depan ruang kerja CEO. Seorang wanita muda, Kayla Pradipta, berdiri dengan napas terengah, memeluk tumpukan berkas yang hampir jatuh dari tangannya.

“Aduh, telat lagi…” gumamnya sambil mempercepat langkah menuju ruang rapat. Kayla bukan siapa-siapa di perusahaan itu, hanya seorang karyawan biasa di bagian administrasi. Tapi pagi itu, ia mendapat tugas mendadak untuk mengantar dokumen penting langsung ke tangan Arav Hayes Callahan.

Begitu tiba di depan ruang rapat, tangan Kayla ragu-ragu di depan pintu kaca. Dia bisa melihat sekilas sosok Arav di dalam, sedang berbicara dengan beberapa direktur. Mata tajam dan sikapnya yang tenang selalu membuatnya merasa terintimidasi. Arav adalah sosok yang sulit dijangkau, dan bukan tanpa alasan. Dengan ketampanan yang memukau dan posisi sebagai CEO, ia selalu dikelilingi wanita-wanita berkelas yang berebut perhatiannya. Namun, bagi Arav, mereka semua terasa sama—hanya sekadar formalitas dalam dunia sosialnya.

“Kayla! Kamu ngapain bengong di situ?” Tiba-tiba, suara Mira, rekan kerjanya, memecah lamunannya.

“Eh? Iya, iya, ini aku mau masuk…” Kayla tergagap, kemudian mengetuk pintu sebelum didorong pelan.

Arav melirik singkat ke arah pintu saat Kayla masuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, dingin dan terukur. “Cepat letakkan di meja dan keluar,” katanya dengan nada datar.

“Baik, Pak,” jawab Kayla sambil menunduk, mencoba menahan gugupnya. Namun, saat hendak berjalan keluar, tanpa sengaja kakinya tersandung kabel proyektor yang tersembunyi di bawah meja.

Brakk! Semua mata tertuju padanya ketika berkas yang ia bawa berceceran di lantai. Kayla langsung membungkuk untuk mengambilnya, wajahnya memerah menahan malu.

Arav menghela napas pelan, memejamkan mata sejenak. “Apa kamu nggak bisa hati-hati sedikit?”

“A-aku minta maaf, Pak…” jawab Kayla terbata-bata sambil cepat-cepat merapikan berkas yang berserakan. Namun, tangannya gemetar dan membuatnya makin kesulitan.

Darren, yang kebetulan berada di ruang rapat, menggeleng pelan sambil tersenyum geli. “Arav, tenanglah. Dia kan Cuma gugup. Lagi pula, sepertinya dia memang sering bikin hal-hal tak terduga terjadi.”

Mendengar itu, Arav menatap Kayla lebih tajam. Ada sesuatu dalam cara Arav memandangnya yang membuat Kayla merinding. Bukan amarah, melainkan rasa penasaran.

Setelah berhasil merapikan semuanya, Kayla segera keluar dari ruang rapat dengan perasaan campur aduk—antara lega dan malu luar biasa. Tapi satu hal yang pasti, peristiwa memalukan itu langsung tersebar ke seluruh kantor, membuatnya jadi bahan pembicaraan.

Siang harinya, saat istirahat makan siang, Kayla duduk sendirian di kantin. Pandangannya menerawang, mengingat bagaimana Arav melihatnya tadi. “Kenapa aku harus selalu bikin kacau di momen penting?” gumamnya, sedikit frustrasi.

“Nggak usah dipikirin. Tadi Cuma kecelakaan kecil kok.” Mira tiba-tiba duduk di sampingnya dengan nampan makan siang. “Lagipula, siapa juga yang nggak gugup kalau disuruh ngadepin Arav langsung? Semua orang tahu dia itu CEO paling galak di sini.”

Kayla hanya tersenyum pahit. “Tapi dia nggak Cuma galak. Tatapannya itu… kayak bisa nembus pikiran kita.”

Mira tertawa kecil. “Iya sih, Arav emang misterius banget. Tapi tahu nggak? Katanya si Maya yang selama ini deket sama Arav mulai sering datang lagi. Mungkin Arav udah bakal mutusin pilih siapa.”

Kayla terdiam. Dia tahu betul kalau Maya adalah salah satu wanita yang sering dibilang paling cocok jadi pasangan Arav. Tapi mendengar itu, entah kenapa ada sedikit rasa sesak di dadanya. “Oh… gitu ya? Bagus deh kalau dia dapet yang terbaik.”

Mira memicingkan mata, melihat reaksi Kayla. “Jangan bilang kamu juga mulai naksir sama Arav?”

“Eh, apa? Nggak kok!” Kayla cepat-cepat menyangkal, meski wajahnya memerah. Tapi Mira hanya terkekeh, tahu bahwa reaksi Kayla sudah cukup menjawab.

Sore harinya, setelah jam kerja usai, Kayla menerima pesan dari Arav. Ia diminta untuk mengantar dokumen lain langsung ke apartemen Arav karena ada perubahan yang harus segera diperiksa. Awalnya Kayla ingin menolak, tapi ia tahu ini bagian dari tanggung jawabnya.

Saat tiba di apartemen mewah itu, Kayla merasa canggung. “Apa-apaan sih ini… kenapa aku harus ketemu dia lagi di tempat kayak gini?” batinnya, merasa suasananya semakin aneh. Setelah diberi izin masuk oleh satpam, ia naik ke lantai atas dan menunggu di depan pintu.

Arav membukakan pintu tanpa banyak bicara. Suasananya begitu berbeda dari di kantor. Arav yang biasanya terlihat kaku dan penuh kendali, kini tampak lebih santai meski masih menunjukkan aura dinginnya. “Masuk,” katanya singkat.

Kayla masuk perlahan, merasa suasana di dalam ruangan begitu sunyi. Saat menyerahkan berkas, Arav tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang mengejutkan. “Kenapa kamu terlihat begitu gugup setiap kali bertemu denganku? Apa aku terlihat seperti monster?”

Kayla terdiam, tak tahu harus menjawab apa. “A-aku Cuma… ya, mungkin karena Bapak memang CEO dan…”

“Lepaskan formalitas itu.” Arav memotong cepat. “Di sini, nggak ada orang lain. Kamu bisa bicara lebih santai.”

Mendengar itu, Kayla semakin bingung harus merespons bagaimana. Tapi ia mencoba memberanikan diri. “Aku… aku nggak bermaksud bikin masalah tadi di kantor. Aku benar-benar minta maaf kalau itu mengganggu Bapak.”

Arav menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. “Masalah itu bukan hal besar. Aku lebih penasaran kenapa kamu berbeda dari kebanyakan orang di sini. Mereka biasanya langsung mencoba menarik perhatianku, tapi kamu justru menghindar.”

Kayla sedikit terkejut mendengar kata-kata itu. “Mungkin… karena aku tahu batasanku, Pak. Aku Cuma karyawan biasa.”

Arav mendekat sedikit, matanya tetap fokus ke arah Kayla. “Batasan? Atau kamu hanya takut untuk melihat apa yang ada di balik pandangan orang lain terhadapmu?”

Ada sesuatu dalam nada bicara Arav yang membuat Kayla merasa semakin tidak nyaman, tapi juga membuat jantungnya berdebar lebih cepat. “Aku… nggak tahu maksud Bapak.”

“Aku juga tidak tahu apa yang membuatku tertarik untuk memperhatikanmu lebih jauh,” jawab Arav pelan, namun penuh tekanan.

Kayla semakin bingung. Atmosfer ruangan itu berubah menjadi tegang, dan meski tidak ada kata-kata romantis, ketegangan yang terasa justru membuat Kayla merasa seperti terjebak dalam situasi yang rumit. Sesuatu yang berbahaya tapi juga menariknya.

Saat itulah, ponsel Arav berdering. Dari layar ponselnya, nama Maya muncul. Axel menatap layar itu sejenak, sebelum mematikannya tanpa ragu. Tanpa mengalihkan pandangannya dari Kayla, Arav berkata, “Kamu boleh pulang sekarang. Tapi ingat ini, Kayla—jangan meremehkan dirimu hanya karena kamu bukan siapa-siapa. Karena kamu mungkin akan menemukan dirimu lebih berharga dari yang kamu kira.”

Kalimat itu membuat Kayla terdiam lama. Apa sebenarnya maksud Arav? Ia tidak yakin. Namun, satu hal yang pasti—setelah pertemuan itu, hidupnya tidak akan sama lagi.

###

Hari berikutnya, suasana kantor Callahan Corp. kembali pada rutinitas biasanya. Namun, bagi Kayla, hari itu terasa sangat berbeda. Pikirannya terus melayang pada percakapan yang terjadi di apartemen Arav Hayes Callahan semalam. Kata-kata pria itu masih bergema di kepalanya, membuatnya bertanya-tanya apakah ia salah mengartikan semuanya.

Di sisi lain, Arav sedang berada di ruang kerjanya, tenggelam dalam pikiran yang tak biasa. Ia teringat tatapan canggung Kayla yang terlihat begitu asli, berbeda dengan kebanyakan wanita yang ia temui selama ini. Perasaan itu membuat Arav semakin tertarik, meski dia tidak tahu pasti apa yang ia harapkan dari interaksi ini.

Bersambung...

1
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️
Biasanya CEO maksa nikah karena keluarga cewek punya hutang. Atau ceweknya punya salah.

Ini enggak loh. Kayla tidak ada sangkut paut tanggung jawab apa pun pada CEO/Arav atau pun keluarga. Namun, dia tetap harus nikah dengan Arav.

Kira-kira alasannya apa ya? Yang gak baca novelnya, pasti gak bakal tahu alasannya.
Aruna
Boleh jadi koleksi bacaan
Aruna
Teh early grey kaya apa sih
Neneng Aisyah
seru cerita lanjut kak,aku tunggu 😅😅😅👍🏻
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Terima kasih udah mampir. 🥰
total 1 replies
Daniel
tbiyuuyiiy gu
Sunrise🌞: Hallo kak mampir juga ya diceritKu

STUCK WITH MR BRYAN
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!