Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Dalam Kebimbangan
Ello terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan itu. "Tidak, Kak. Meskipun wajah Diana dan Diandra bagaikan pinang dibelah dua, mereka memiliki karakter yang agak berbeda." ia berkata tegas namun apa benar ia tidak memiliki perasaan pada Diandra yang wajahnya sangat mirip dengan Diana?
Zion mengangguk, ekspresi seriusnya berubah lebih lembut. "Syukurlah. Mencintai Diandra karena bayang-bayang Diana akan sangat melukai Diandra. Dia layak dicintai sebagai dirinya sendiri."
Ello mengangguk mantap dengan senyuman tipis di bibirnya. "Aku mengerti. Aku hanya ingin memastikan bahwa dia tidak merasa seperti pengganti Diana." Perkataannya seolah menggambarkan keyakinan, namun nyatanya hatinya tidak.
Di balik senyuman tipis dan sorot mata yang tampak tegar, tersembunyi keraguan yang menggelayuti hatinya. Setiap kata yang keluar dari bibirnya terasa hampa, seakan hanya rangkaian kalimat yang ia paksakan untuk meyakinkan dirinya sendiri. Ia tahu, di dalam dadanya bergemuruh perasaan tak menentu yang merongrong keyakinannya, membuat setiap ucapan yang diutarakan terasa seperti kebohongan yang ia sulam untuk menyembunyikan kerentanannya.
Zion menepuk bahu adik iparnya, senyum tipis muncul di wajahnya. "Itu menunjukkan bahwa kau memedulikannya lebih dari yang kau sadari, Ell."
Ello membantah ucapan Zion itu, meskipun hatinya sendiri semakin tak yakin. "Tidak, Kak. Aku tidak jatuh cinta padanya," ujarnya cepat, namun nada suaranya terdengar ragu. Jujur saja, wajah Diandra membuatnya semakin sulit melupakan Diana. Namun, di dalam lubuk hatinya, ia sadar sepenuhnya bahwa Diandra bukanlah Diana.
Zion mengamati Ello dengan penuh perhatian, senyumannya lembut. "Cobalah menata hatimu, Ell. Di situlah kau akan menemukan perasaanmu yang sebenarnya terhadap Diandra," katanya dengan nada suara yang menenangkan. "Ingat, Diandra adalah orang yang berbeda. Jangan mencintainya hanya karena dia mirip Diana. Jika tidak, suatu saat jika Diandra tahu, hubungan kalian akan hancur."
Ello menunduk, merenungkan kata-kata Zion, membiarkannya mengalir di benaknya. Perasaannya terhadap Diandra semakin rumit, seperti benang kusut yang sulit diurai. Ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar saat bersama Diandra, sebuah perasaan akrab yang tidak bisa dijelaskan. Ia merasa seolah ada benang halus yang menghubungkannya dengan gadis itu, sebuah ikatan yang tidak sepenuhnya dipahami.
Namun, setiap kali ia mencoba menggali lebih dalam perasaannya, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa kemiripan wajah dan sifat antara Diana dan Diandra mengaburkan batas antara masa lalu dan sekarang. Senyuman Diandra yang lembut, tawa kecilnya yang ceria, semua itu mengingatkan Ello pada Diana, cinta pertamanya yang tak tergantikan. Tapi di balik itu, ia tahu, Diandra bukanlah Diana.
Ello menghela napas panjang, mencoba menguraikan perasaan yang membebaninya. "Apakah aku hanya melihat Diana dalam diri Diandra?" gumamnya dalam hati. Ia tahu bahwa jika ia mencintai Diandra hanya karena bayangan Diana, itu tidak adil bagi mereka berdua.
Tetapi, ada hal lain yang lebih membingungkannya, rasa hangat yang timbul saat bersama Diandra. Bukan hanya sekadar kenangan, melainkan sesuatu yang baru, segar, dan nyata. Mungkin, di tengah kebingungan ini, Ello harus menemukan jawabannya sendiri, perlahan-lahan, tanpa terburu-buru memutuskan apa yang sebenarnya ia rasakan.
"Aku mengerti," balasnya pelan. "Aku tidak ingin menyakiti Diandra."
"Yang terpenting, jaga hatimu," Zion menambahkan, tatapannya penuh keyakinan. "Berikan waktu untuk dirimu sendiri dan untuk Diandra. Biarkan perasaan itu tumbuh dengan sendirinya, tanpa tekanan dari masa lalu."
Ello mengangguk, meski dalam hati masih terdapat keraguan. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha memahami perasaannya dengan lebih baik. "Terima kasih, Kak. Aku akan berusaha lebih baik," katanya, berharap dapat mengatasi rasa bingung yang mengganggu pikirannya.
Ello pamit pada Zion untuk kembali ke kamarnya. Setelah ia pergi, Zion menghela napas panjang, merasa beban di dadanya semakin berat. "Semoga, meskipun Ello mencintai Diandra, dia tidak mencintainya karena bayang-bayang Diana. Jika tidak, maka semuanya akan menjadi rumit dan bahkan akan menimbulkan luka baru baginya." gumamnya, berharap yang terbaik untuk adiknya.
Sementara itu, Ello kembali berdiri di balkon kamarnya, menatap langit malam yang gelap dan berbintang. Dalam hati, ia bergumam, "Benarkah aku menyukai Diandra, atau hanya karena wajahnya yang mirip Diana?" Pertanyaan itu terus berputar dalam pikirannya, tak memberi ruang untuk ketenangan.
Perasaannya bergulat dengan hebat. Ia mengingat setiap momen bersama Diandra, senyumnya, cara dia berbicara, dan bagaimana kehadirannya mampu menghangatkan hatinya. Namun, wajah Diana yang selalu mengisi pikirannya membuatnya bingung. Apakah semua itu hanya ilusi? Apakah ia terjebak dalam nostalgia yang indah namun menyakitkan?
Ello menutup matanya, berusaha menemukan jawaban di dalam dirinya. "Jika benar aku mencintai Diandra, aku ingin mencintainya bukan karena dia mirip Diana," ujarnya pelan, berharap dapat merasakan sesuatu yang tulus dan nyata. Namun, setiap kali ia mengingat Diana, bayang-bayang itu datang kembali, menghalangi jalannya menuju perasaan yang sebenarnya.
Kegelapan malam menemani keraguan Ello, dan ia tahu bahwa ia harus berjuang melawan bayang-bayang masa lalu jika ingin meraih kebahagiaan yang mungkin menantinya di depan.
**
Di sisi lain, Dona sedang menunggu ojek online sendirian di depan toko kue Elin setelah jam kerjanya usai. Suasana malam itu tenang, tetapi Dona merasa sedikit cemas karena sudah menunggu cukup lama. Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di depan Dona. Angga keluar dari mobil itu, tersenyum dan menyapanya.
"Hai, Dona! Lagi nunggu siapa?" tanya Angga, berusaha terlihat santai.
Dona terkejut dengan kehadiran Angga dan hatinya berdebar. Ingatan akan kata-kata Riri yang mengatakan bahwa Angga menyukainya kembali muncul dalam benaknya. "Oh, hai, Kak Angga. Saya lagi nunggu ojek, tapi dari tadi nggak nongol-nongol," jawabnya dengan nada yang berusaha tenang.
Angga mengangguk, lalu menawarkan, "Kalau gitu, mau tumpangan nggak? Mobil aku kosong."
Dona segera menolak secara halus, "Ah, terima kasih, Kak Angga. Tapi saya sudah pesan ojek online." Ia meraih ponselnya, menunjukkan aplikasi yang terpasang di layar.
Namun, sesaat setelah Dona berbicara, ponselnya bergetar. Dia melihat notifikasi dan terkejut saat menyadari bahwa pesanan ojeknya dibatalkan. Angga yang melirik layar ponselnya mengetahui itu dan kembali menawarkan tumpangan. "Tuh, 'kan? Kayaknya itu tanda kamu harus naik mobil aku. Aku bisa antar kamu pulang."
Dona ragu. "Sebentar, saya coba pesan ojek lagi," ujarnya, kembali menekan layar ponselnya dengan harapan pesanan baru akan segera terkonfirmasi.
Angga menatapnya dengan penuh harapan. "Gimana kalau aku tunggu di sini sampai kamu dapat ojek? Malam semakin larut, gadis cantik kayak kamu ini bahaya kalau di sini sendirian."
Dona merasa tertekan, namun di sisi lain, hatinya merasakan kebahagiaan kecil atas perhatian Angga. "Baiklah, tapi saya akan tetap pesan ojek." Namun mengingat kalimat terakhir Angga, sekelebat pertanyaan dalam hatinya muncul. "Barusan dia bilang aku cantik. Apa dia baru saja merayu aku?"
Malam semakin larut dan suasana menjadi lebih sepi. Angga berusaha mengajak Dona mengobrol, mengalihkan perhatian dari kecemasannya. "Jadi, gimana kerja di toko kue Elin? Betah nggak?"
Dona tersenyum tipis, berusaha menjawab meskipun kegelisahan semakin meningkat. "Ya, betah, Kak. Banyak pengalaman baru, tapi kadang sedikit capek juga."
Namun, setiap kali Dona memeriksa ponselnya, pesanan ojeknya selalu dibatalkan. Semakin lama, kecemasan di wajahnya semakin jelas. Angga melihatnya dan merasa iba. "Jangan khawatir, Dona. Aku di sini. Kita bisa ngobrol sambil nunggu."
Dona hanya mengangguk, berusaha menenangkan diri. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa situasi ini membuatnya merasa tidak nyaman. Namun, kehadiran Angga yang tampak peduli membuatnya merasakan rasa aman yang aneh. Saat malam semakin larut, perasaannya antara cemas dan nyaman bertabrakan, menciptakan ketegangan yang tak terhindarkan.
Dona semakin cemas karena tak kunjung mendapatkan ojek. Angga yang menyadari kegelisahan Dona merasa tak bisa lagi hanya diam menunggu. Ia mendekat, pandangannya serius namun tetap lembut.
"Dona, ini sudah terlalu larut. Aku nggak bisa membiarkan kamu di sini sendirian lebih lama lagi," katanya dengan nada tegas namun penuh perhatian. "Aku akan antar kamu pulang. Percayalah, aku nggak bakal macam-macam."
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Malah Diandra yang melindungimu Ello. Hah,kamu mengecewakan aku Ello. 😁😁😁
Dengan adanya tragedi seperti ini, bisa ada jalan untuk penyelidikan tentang Diandra, dan ternyata yang menghadang Ello & Diandra adalah orang suruhan Brata 😱😱😱😱
Setelah ini Pak Hadi & Zion yang bekerja & tetap waspada! 😅
Makasih Author udah UP 🥰
Diandra menguasai Ilmu Bela Diri...Ello tertegun saat Diandra bicara seperti itu..Ello hrs berlindung di ketiak Perempuan🤣🤣🤣hrsnya Ello yg berkata demikian
Waaaaahhhhh ngeri-ngeri sedap 🤭😅
akan tetapi kembaran diana hanya dimanfaatkan oleh brata dan kembaran diana jg tahu kebenarannya berusaha kabuuur dr brata......
ello sangat bimbang dan galau perasaannya semenjak kehadiran diandra sll mengganggunya ello sll melihat bayang2 diana ada diri diana.....
Smg diana msh hidup akan terungkap kebenarannya
lanjut thor💪💪💪💪💪