"Aku pikir, kamu malaikat baik hati yang akan membawa kebahagiaan di hidupku, ternyata kamu hanya orang sakit yang bersembunyi di balik kata cinta. Sakit jiwa kamu, Mas!"
Kana Adhisti tak menyangka telah menikah dengan lelaki sakit jiwa, terlihat baik-baik saja serta berwibawa namun ternyata di belakangnya ada yang disembunyikan. Akankah pernikahan ini tetap diteruskan meski hati Kana akan tergerus sakit setiap harinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Rara
...- Cara memperbaiki kesalahan bukan hanya sekedar mengucap maaf namun menunjukkan penyesalan yang tulus -...
Mendengar nama "Rara" keluar dari mulut Adnan membuat hati Kana tersayat. Ternyata selama ini, Adnan mengingat nama wanita lain saat dalam keadaan mabuk dan itu bukan Kana. Kecewa dan sakit hati bercampur aduk dalam hatinya.
"Mas, kenapa kamu memanggilku Rara?" tanya Kana dengan suara bergetar. "Aku Kana, Mas!"
Adnan tertawa terkekeh. "Kamu Rara, Sayang. Kamu lupa siapa kamu, Cintaku?" Adnan malah semakin erat memeluk Kana. Kana berusaha melepaskan diri dari pelukan Adnan, namun kekuatan Adnan terlalu besar.
"Mas, tolong sadar!" pinta Kana. "Aku bukan Rara!"
Adnan masih terlena dalam khayalannya. Ia terus memanggil-manggil nama Rara. "Raraku Sayang, kamu seksi sekali. Aku suka. Bagaimana kalau malam ini aku yang memimpin permainan kita? Aku kangen kamu, Sayang!" Adnan menghujani Kana dengan banyak kecupan.
Kana merasa sangat sedih dan terluka. Ia tidak menyangka bahwa suaminya masih menyimpan rasa cinta yang begitu dalam pada wanita lain. Dengan susah payah, Kana akhirnya berhasil melepaskan diri dari pelukan Adnan.
Ia segera berlari ke kamar mandi dan mengunci pintu. Di dalam kamar mandi, Kana menumpahkan air matanya. Rasa sakit hati yang ia rasakan begitu mendalam.
Di luar, Adnan terus meracau memanggil Kana dengan sebutan Rara. "Rara, kamu kemana? Kenapa kamu pergi? Sini, Sayangku! Aku rindu sama kamu!"
Kana mendengar suara Adnan seraya menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak Adnan dengar. Lagi-lagi hatinya teriris. Sakit sekali rasanya saat dirinya tak dianggap ada. Saat Adnan mengatakan kalau dirinya tidak mencintai Kana di awal pernikahan, Kana pikir hanya masalah waktu sampai Adnan mencintainya. Namun ternyata sudah sebulan lebih pernikahan mereka namun Kana tak pernah ada di hati Adnan. Hanya seorang wanita yang Adnan cintai, Rara. Kali ini Kana yakin sekali kalau Rara adalah si Nyonya Besar yang tak pernah keluar kamar.
****
Kana mengunci mulutnya dengan rapat, menunjukkan betapa besar rasa kesal dan marah yang ia rasakan. Semalam, Kana berada di kamar mandi cukup lama. Menunggu Adnan berhenti meracau. Saat dirasa Adnan sudah tenang, Kana baru keluar. Kana mendapati Adnan sudah tertidur lelap dengan bantal, guling dan selimut yang sudah berantakan dan berserakan dimana-mana.
Kana membantu melepaskan dasi Adnan. Mengganti kemejanya yang bau minuman keras dengan baju tidur serta membersihkan wajah Adnan dengan micellar water. Kana selimuti suaminya agar bisa tidur dengan nyenyak sementara dirinya memilih tidur di atas sofa.
"Pagi, Nyonya Kana!" sapa Bu Erin.
"Pagi, Bu." Dengan hati-hati, Kana mencoba menanyakan tentang Rara kepada Ibu Erin. "Bu Erin, apa Bu Rara sudah bangun?" tanyanya dengan nada yang lembut.
Ibu Erin nampak terkejut mendengar pertanyaan Kana. Ia tak menyangka kalau Kana akhirnya tahu kalau Nyonya Besar yang selama ini disembunyikan keberadaannya sudah Kana ketahui namanya.
Sejenak, Ibu Erin terlihat ragu-ragu untuk menjawab. "Nyonya Kana ...," gumam Ibu Erin. "Sebenarnya ...."
Kana menatap Ibu Erin dengan penuh harap, menantikan jawaban yang lebih lengkap. Namun, Ibu Erin hanya menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. "Su-sudah, Nyonya. Maaf, Nyonya, saya harus mengerjakan pekerjaan di dapur."
Ibu Erin kembali menghindar dari Kana. Setiap kali Kana mencoba bertanya atau berbicara tentang Rara, wanita tua itu selalu mencari alasan untuk menghindar. Lagi-lagi kesempatan Kana untuk mencari tahu tentang Rara si Nyonya Besar mengalami jalan buntu.
Adnan akhirnya bangun. Adnan berjalan menghampiri Kana yang tengah menikmati sarapan dengan langkah gontai. Wajahnya yang biasanya tampan kini terlihat kusut dan pucat. Kepalanya pusing dan masih pengar. Mata sayunya menatap Kana dengan penuh penyesalan.
"Maafkan aku, Na. Aku semalam mabuk berat. Aku tak bisa menolak ajakan minum dari rekan bisnisku. Apa aku ... melakukan sesuatu yang menyakitimu?" ucap Adnan, suaranya serak karena habis mabuk.
Kana hanya diam menatap Adnan. Ia tidak tahu harus berkata apa. Rasa sakit dan kecewa masih menghantui hatinya. Mata Kana berkaca-kaca. Ia berusaha keras untuk tidak menangis. "Apa kau ingat apa yang kau lakukan semalam?" tanyanya dengan suara lirih.
Adnan menggeleng pelan. "Aku hanya ingat ... aku terus memanggilmu dengan nama seseorang tapi aku tak tahu siapa. Aku tahu, aku pasti telah menyakitimu. Aku berjanji akan berubah," lanjut Adnan.
Hati Kana terasa seperti ditusuk belati. Ia tahu betul siapa yang dimaksud Adnan. "Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kau sudah sadar." Kana bersikap dingin. Saat wanita mengatakan tak apa-apa, itu berarti hatinya sangat sakit.
Adnan meraih tangan Kana, namun Kana segera menariknya kembali, tangannya gemetar. "Aku butuh waktu untuk sendiri," ujarnya, lalu beranjak dari tempat duduknya.
Dalam hati, Kana bertanya-tanya, "Apakah Mas Adnan benar-benar menyesali kesalahannya padaku?"
Adnan menatap kepergian Kana dengan perasaan bersalah. Ia tahu bahwa kata-kata maafnya tidak akan cukup untuk menyembuhkan luka yang telah ia berikan.
Ibu Erin datang menghampiri Adnan seraya membisikkan sesuatu. "Tuan, tadi Nyonya Kana bertanya apakah Nyonya Rara sudah bangun atau belum. Sepertinya ... Nyonya Kana tahu sedikit tentang Nyonya Rara."
Adnan kini sadar apa kesalahannya. Adnan tahu nama siapa yang ia sebut semalam pada Kana. Adnan pun mengejar Kana ke kamar. Kana nampak sedang bersiap-siap untuk berangkat syuting. Ia mengacuhkan Adnan dan tetap melanjutkan kegiatannya.
Suara Adnan terdengar bergetar saat ia berusaha membujuk Kana. "Kana, dengarkan aku. Aku salah. Aku sendiri tak tahu pasti apa yang kulakukan semalam karena aku tak sadar. Aku minta maaf sama kamu. Sungguh, aku menyesal. Untuk menebus kesalahanku semalam, hari ini aku akan meluangkan waktuku untukmu. Hari ini, aku milikmu seorang. Aku akan menemanimu syuting, bagaimana?" bujuk Adnan.
Tawaran Adnan membuat Kana tergoda. Pernikahan mereka sudah sebulan lebih namun komunikasi mereka malah kian merenggang. Terakhir kali mereka pergi bersama yakni saat makan malam bersama kedua orang tua Kana. Sisanya, Adnan begitu sibuk dengan pekerjaannya dan Kana sibuk dengan jadwal syutingnya.
Adnan jarang bertemu Kana karena jadwal pembagian antara Kana dan Nyonya Besar. Tak jarang Adnan lebih memilih tidur bersama Nyonya Besar dibanding bersama Kana. Semalam, ketika akhirnya Adnan mendatangi Kana justru malah berakhir menyakitkan.
"Terserah kamu saja," jawab Kana dingin.
Adnan tersenyum lebar. Ia masih diberi kesempatan mendekati Kana. "Tunggu aku. Aku bersiap-siap dahulu."
.
.
.
Sepanjang hari, Adnan selalu berada di sisi Kana. Ia membantu Kana berlatih naskah, memberikan minuman, dan bahkan mengelap keringat di kening Kana. Perhatian yang diberikan Adnan membuat Kana merasa diperhatikan dan dihargai. Hal yang pantas untuk membalas rasa sakit yang Kana rasakan semalam.
Namun, kehadiran Adnan juga menarik perhatian kru dan pemain lain. Mereka berbisik-bisik dan saling melempar pandangan satu sama lain. Beberapa di antara mereka bahkan terang-terangan menatap pasangan muda itu dengan penuh rasa ingin tahu.
"Wah, ternyata Mas Adnan perhatian banget ya sama Mbak Kana," ujar salah satu pemain perempuan sambil tersenyum menggoda.
Kana hanya tersenyum tipis menanggapi komentar itu. Dalam hati, ia merasa sedikit senang karena perhatian yang diberikan Adnan. Namun, ia juga merasa tidak nyaman dengan tatapan-tatapan yang tertuju padanya.
Saat istirahat makan siang, seorang wartawan tabloid mendekati Kana dan Adnan. Dengan sigap, wartawan itu mengeluarkan kamera dan mulai mengambil gambar keduanya.
"Mas Adnan, boleh minta wawancara sebentar?" tanya wartawan itu ramah.
****
hhmmm Adnan kah yg selalu memantau Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
Adnan apakah sudah sembuh...gimana kabarnya setelah setahun bercerai
semangat terus Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
Bu Erin juga sangat kuat sekarang menyayangi Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
makasih kaak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
buat Adnan semoga bisa yaaa sadar juga klo Rara udah gak ada
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
setuju Kana dg sikap mu hehe
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
jelaslah Bu Erin yg marah
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️