Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersantai Di Rumah
"Assalamu'alaikum." Ucap Janice yang telah berdiri di ambang pintu utama.
"Waalaikumsalam." Seketika Mika, Ali dan Zaki yang tengah tertawa terbahak-bahak berhenti kemudian langsung menjawab salam dari Janice.
"Mika sedang pulang ya?" Tanya Janice yang kemudian duduk di sebelah Ali.
Mereka duduk di kursi panjang. Dengan berurutan Zaki, Mika, Ali dan Janice. Maka Mika dan Ali bersebelahan dengan lengan Mika bertemu dengan lengan Ali.
"Iya kak, kakak kemana saja baru kelihatan? Sudah lama banget nggak main ke rumah." Tanya Mika kemudian sambil menenggak minuman segarnya dengan ukuran jumbo.
"Iya nih, Mik. Aku sedang sibuk kerja dan mengurus mama lagi sakit." Jawab Janice yang kemudian diikuti dengan senyum simpul yang tipis.
"Oh, begitu ya. Kasihan tahu, kak, Bang Ali jadi kisut begini nungguin kakak nggak datang-datang hahahaaa, iya kan Bang Ali?" Tanya Mika dengan menyenggol pundak Ali dengan pundaknya.
"Sembarangan kisut, memangnya aku kakek-kakek sudah kisut saja." Ali menjawab dengan mengerucutkan mulutnya karena sedikit sebal diledekin oleh Mika.
"Hahahahaa bercandaaa." Tabok Mika pada pundak Ali.
Ali kemudian melirik Mika dengan kesal.
Melihat kelakuan Mika hari ini seperti sangat happy.
Zaki dan Janice melihat Mika meledek Ali turut terkekeh.
Janice melihat Dian yang sedang sibuk memasak di dapur. Ia beranjak dari temoat duduknya dan segera menghampiri Dian.
"Tante lagi masak, Tan? Masak apa, Tan?" Tanya Janice pada Dian. Dian tersenyum dengan kedatangan Janice yang sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumah.
"Eh Janice, iya masak makanan kesukaan Al dan Mika. Selera mereka sama. Sukanya sop iga. Kamu sudah lama datangnya? Tante sampai nggak tahu kalau kamu sudah datang." Jawab Dian yang masih asyik meracik bumbu-bumbu untuk membuat sop iga, perkedel dan menggoreng ayam.
"Baru saja kok tan, boleh aku ikut memasak tan? Sekalian aku mau belajar juga hehehe" Sahut Janice kemudian berdiri disebelah Dian.
"Boleh banget, sini tante ajarin. Biar nanti kamu jadi pintar memasak." Dian tampak antusias mengajari Janice untuk belajar memasak.
Janice dan Dian tampak asyik memasak di dapur. Sedangkan Mika, Ali dan Zaki melanjutkan bermain tebak-tebakan yang membuat ketiganya tertawa terpingkal-pingkal.
***
Ting!
Ponsel Zaki berbunyi tanda ada pesan masuk.
Ia meraih ponselnya yang berada di atas meja. Ia melihat siapa yang telah mengirimkan pesan untuknya.
Namun ternyata dari nomor yang tidak ia kenal.
(Hallo kak, sedang apa?)
Zaki penasaran siapa yang telah mengirimkan pesan untuknya.
(Zaki: siapa ya?)
Dalam hitungan detik pesannya segera terbalas.
(Aku Alexa kak, save ya nomor aku)
(Zaki: ohhh Alexa, oke Lex aku save ya)
(Alexa: thanks kak, kakak sedang apa?)
( Zaki: Aku sedang dinas malam Lex, kenapa memangnya?)
(Alexa: Nggak apa-apa kak, kalau dinas malam suka bete nggak sih, kak? Memangnya nggak mengantuk?)
(Zaki: Ya kadang bete kadang juga nggak, kalau ngantuk ya pasti ngantuk. Tapi kan sebelum dinas, aku tidur dulu)
(Alexa: Oh begitu ya kak? Si Mika nggak nemenin teleponan kak?)
(Zaki: Nggak nih Lex, mungkin dia sudah tidur.)
Alexa berharap ia bisa menemani Zaki sekedar hanya bersapa via telpon. Namun tampaknya tidak ada ajakan dari Zaki untuk berteleponan dengannya.
Sepertinya Alexa telah jatuh hati pada Zaki. Sehingga membuat ia nekat untuk mengirim pesan lebih dulu ke Zaki.
Ia berharap ini adalah awal dari permulaannya untuk bisa mengambil hati Zaki.
Alexa selalu merasa kalau Mika memiliki kehidupan yang sangat beruntung.
Mika pintar, cantik, fansnya banyak, pacarnya seorang polisi, keluarganya bukan sekedar keluarga biasa. Kehidupannya nyaris sempurna. Terkadang itu yang membuat hati Alexa menjadi iri.
Sedangkan ia dari keluarga yang sederhana, memiliki pacar yang kadang suka berkumpul dengan teman-temannya sehingga melupakan dirinya, walau ia memiliki paras yang lumayan cantik serta seksi, tetap baginya ia tetap kalah saing dengan Mika.
*
Mika sedang duduk dibangku rotan dibalkon kamarnya dengan mendengarkan musik lalu memasangkan headset yang sudah tersumpal di kedua telinganya.
Sesekali ia bernyanyi dan menggoyang-goyangkan kepalanya.
Datanglah Ali masuk ke kamar Mika, namun ia tidak mendapati Mika di kamarnya. Ketika ia hendak keluar dari kamar ia melihat pintu yang mengarah ke balkon luar kamar nya sedikit terbuka.
Ia segera berjalan mendekati pintu arah balkon. Benar saja ada Mika disana yang sedang bernyanyi dengan asyiknya.
Ali mendekati Mika dan duduk di kursi sebelah kursi Mika.
Menyadari kedatangan Ali, Mika segera melepaskan headset yang terpasang di telinganya.
"Kenapa jam segini belum tidur? Sudah malam, Mik. Banyak nyamuk juga." Ujar Ali pada Mika yang masih asyik bernyanyi.
"Nanti lah, bang. Belum mengantuk. Kak Janice sudah pulang?" Tanya Mika sambil menatap lurus kedepan.
"Sudah, kok kamu nggak kebawah lagi saat Zaki sudah pulang?" Tanya Ali kembali.
"Untuk apa menemani orang pacaran, mendingan nyantai di kamar." Sahut Mika begitu santai dengan nada sedikit ketus.
Ali melihat gelagat Mika yang sepertinya tidak menyukai kalau dirinya bersama Janice.
"Lho, nggak apa-apa, Mik. Gabung saja." Ali mencoba menjawab Mika dengan nada lirih.
"Enggak!" Mika segera beranjak dari tempat duduknya, dan masuk ke dalam kamar.
Ali menggelengkan kepalanya tanda tidak paham dengan kelakuan Mika saat ini.
Ia segera membuntuti Mika yang rupanya telah menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
"Mika kamu kenapa? Ada yang salah lagi ya sama aku?" Ali duduk dibibir ranjang dan mencoba menggali jawaban dengan tingkah laku Mika.
Mika terdiam, tidak ada jawaban sama sekali dari mulut Mika.
Membuat Ali semakin bingung.
"Mika, sayang. Balik badannya dong. Aku mau bicara sebentar sama kamu." Pinta Ali dengan nada yang lembut dan lirih karena tidak ingin membuat Mika marah kembali kepadanya dengan kejadian tempo hari.
Mika masih tetap tidak menjawab.
Ali mencoba menyentuh pundak Mika untuk membalikkan tubuh Mika yang sedari tadi membelakanginya dan terus menghadap ke tembok.
Mika menepis tangan Ali yang telah menyentuh pundaknya.
"Kamu kenapa? Marah lagi ya sama aku? Aku ada salah lagi atau bagaimana? Tolong jawab Mika biar aku tahu dimana letak kesalahanku."
Ali tampak memohon kepada Mika untuk segera menjawab pertanyaan nya supaya ia mengerti kenapa Mika tiba-tiba mendiamkannya kembali.
"Katanya mau putus, tapi malah makin dekat!" Ucap Mika dengan posisi yang masih sama tanpa ada perubahan.
Ali mengernyitkan dahinya, ia tidak paham dengan apa yang dimaksud Mika.
"Maksudnya? Kan bukannya lebih baik begitu ya dari pada putus?" Jawab Ali kemudian.
"Lebih baik? Apa kamu nggak sadar sudah berapa kali kak Janice khianati abang?" Mika akhirnya membalikkan tubuhnya dan berpindah posisi menjadi duduk.
"Nggak apa-apa, Mika. Aku ingin belajar untuk terus memaafkan orang." Jawab Ali dengan pasrah.
"Sampai kapan kamu mau begitu bang? Aku nggak suka!" Sentak Mika kembali dengan wajah yang sedikit sewot.
"Kenapa kamu nggak suka?" Ali penasaran.
"Karena aku nggak mau abang di bohongi terus-terusan sama dia. Masih banyak perempuan lain yang bisa tulus dan benar-benar sayang sama kamu bang." Mika tampak menitikkan air mata karena ia tidak tahan Ali berkali-kali disakiti oleh Janice.
Ali menggeser posisi duduknya dan segera memeluk Mika dengan sangat erat.
"Terima kasih ya Mika atas perhatianmu."