Ketika Yang Kucintai Berkhianat

Bersembunyi di balik pintu sambil mengetuk pintu adalah pilihan ku. Aku harap dia tadi belum melihat ku dengan wajah yang memerah melihatnya tadi. Tapi tadi dia benar-benar berkilau.

Tok tok tok

"Masuk!" serunya.

Akhirnya dia bicara, sejak keluar dari rumah sakit tadi dia benar-benar jadi orang yang berbeda. Aku masuk perlahan, berjalan juga perlahan mendekati tuan Dave yang masih juga tidak mau menyentuh kemeja yang sebenarnya ada di sebelahnya.

"Tuan, kemarin tuan bilang kalau sekertaris dan asisten tuan juga akan ikut kita. Tapi...!"

"Mereka banyak pekerjaan!" jawabnya singkat menyela ucapan ku dan memunggungi ku. Tuan Dave memegang pagar pembatas balkon dan melihat ke sekeliling.

Aku langsung diam, apa maksudnya banyak pekerjaan? bukan kah dia bos mereka. Dia kan bisa menunda pekerjaan sekertaris dan asistennya itu. Atau jangan-jangan dia memang ingin hanya aku dan dia saja yang berada di villa ini.

Aku mulai merasakan perasaan tidak enak.

"Tu... tuan, anda tidak berniat untuk...!"

Belum aku menyelesaikan apa yang ingin aku katakan. Tuan Dave berbalik dan berjalan mendekati ku.

"Kalau aku bilang iya, bagaimana?" tanya nya dengan tatapan yang membuat ku merinding.

"Tidak mungkin, tuan kan orang baik. Pasti tuan hanya bercanda kan?" tanya ku pada tuan Dave sambil tersenyum kecil dengan senyuman kecut.

"Ck... apa yang kamu pikirkan? aku kan sudah bilang aku butuh kamu sebagai terapis ku. Kalau aku bawa mereka semua juga buat apa?" tanya nya kemudian menarik tangan ku hingga aku mendekat padanya.

"Eh..!"

"Sekarang coba sentuh di sini!" perintahnya sambil meletakkan telapak tangan ku di dadanya yang terbuka.

Aku masih ragu, jadi aku tidak membiarkan tuan Dave menempelkan telapak tangan ku di dadanya yang polos itu.

"Tap... tapi tuan, kenapa di situ?" tanya ku gugup.

"Hanya ingin tahu, apakah berbeda jika kamu menyentuh ku di sini" jelas tuan Dave.

Aku terdiam melihat enam kotak yang ada di hadapan ku, roti sobek yang terlihat berkilau.

'Astaga, apa yang aku pikirkan!' batin ku

Perlahan aku menempelkan telapak tangan ku di dada tuan Dave.

Deg deg deg

Aku langsung menariknya lagi. Jantungku berdetak kencang, perasaan apa ini.

"Ada apa?" tanya tuan Dave.

"Eh itu... aku takut tuan tidak nyaman!" jawab ku memberi alasan. Padahal sebenarnya akulah yang merasa tidak nyaman disini.

"Lakukan lagi!" serunya.

"Hah, tapi tuan...!"

Dan sebelum aku selesai bicara dia kembali menarik tangan ku dan meletakkan tangan ku di dadanya.

'Cobaan apa ini, kenapa aku malah ingin mencubitnya! aish... pikiran ku sudah terganggu sepertinya!' batin ku

Satu detik... dua detik... tiga detik...

Aku sudah mulai terbiasa dengan kulitnya yang hangat, mungkin karena kamu sedang berdiri di bawah cahaya matahari langsung.

"Kenapa bisa seperti ini ya? saat kamu menyentuhku tidak ada rasa tidak nyaman, dan aku merasa tenang!" ucapnya dengan raut wajah yang bingung.

Aku langsung menarik tangan ku dan menggenggam tangan ku di depan dada.

"Apa kata dokter Jimmy tuan? bukankah dia dokter pribadi anda?" tanya ku pada tuan Dave.

"Duduklah Sila!" ucapnya sambil duduk di salah satu kursi yang ada di dekatnya.

Aku pun duduk di kursi yang ada di dekat ku juga.

"Apa kamu tahu sekarang berapa usia ku?" tanya tuan Dave padaku.

Aku hanya diam, aku takut salah bicara. Yang jelas dia pasti lebih tua dariku kan. Karena dia sudah punya perusahaan yang sangat besar tidak mungkin dia masih 25 tahun. Mungkin 26, tidak... tidak pasti lebih dari itu mungkin saja sudah 31 tahun.

"30 tahun Sila!"

"Ha ha tuan aku pikir usia mu 31!" ucapku mengatakan apa yang ada dipikiran ku.

"Jadi maksud ku aku lebih tua dari usia ku?" tanya nya langsung membuat tubuh ku terdiam kaku.

'Astaga, apa yang aku katakan. Kenapa malah aku bilang 31. Kan seharusnya aku bisa bilang usianya seperti 29. Sila... kamu memang bodoh!' batin ku menyalahkan diriku yang memang suka keceplosan kalau bicara.

"Maaf tuan, aku tidak bermaksud begitu!" ucapku meminta maaf pada tuan Dave.

Tuan Dave menghela nafasnya.

"Sila, sebenarnya aku sudah tahu siapa dirimu dan apa masalah yang kamu hadapi!"

Deg

'Dia bilang apa? oh tentu saja, dia kan Dave Hendrawan apa yang tidak bisa dia ketahui!' batin ku.

Aku tertunduk, aku tahu dia memang orang yang sangat hebat dan bisa tahu segalanya. Apa itu artinya dia tahu kalau aku di ceraikan mantan suamiku karena selingkuh. Ini sungguh memalukan, tapi semua itu benar. Kenyataanya memang seperti.

"Aku akan membantu mu, apa kamu ingin hak asuh atas anak mu?" tanya tuan Dave yang langsung membuatku mengangkat kepalaku dan menghadap ke arahnya.

Mataku berbinar, tuan Dave adalah orang yang kaya raya dan juga banyak uang. Dia pasti bisa membantuku mendapatkan hak asuh Mika. Ya Tuhan, akhirnya aku bisa bertemu dengan Mika.

"Tuan Dave, apa anda serius?" tanya ku memastikan kalau tuan Dave benar-benar akan membantuku.

"Apa aku terlihat main-main?" tanya nya dingin.

Kenapa dia seperti itu sih, sebentar lembut sebentar dingin. Kan aku hanya bertanya untuk meyakinkan saja. Kenapa dia sepertinya tersinggung.

"Maaf tuan, tapi kalau tuan mau membantuku, aku sangat berterima kasih tuan. Tuan begitu baik...!"

"Tapi semua ini tentu saja tidak gratis Sila!" dia lagi-lagi menyela ucapan ku.

Tapi tentu saja dia akan mengatakan itu, memangnya di dunia ini ada yang gratis pasti tidak ada kan. Tapi hutang ku untuk biaya rumah sakit saja sudah sangat banyak.

"Tapi tuan, aku tidak akan punya uang sebanyak itu, tapi kalau tuan mengijinkan aku akan menyicilnya sedikit demi sedikit, aku akan bekerja keras tuan!" ucapku penuh semangat.

Aku pasti bisa, demi Mika aku akan bekerja lebih keras lagi. Lagipula aku juga punya keahlian, pasti akan ada pekerjaan lain untukku.

"Apa menurutmu aku kekurangan uang Sila?" tanya nya.

Aku jadi bingung, tidak dengan uang lalu dengan apa.

"Menikahlah dengan ku!" ucapnya membuat ku terdiam kaku lagi.

Dia bilang ingin menikah dengan ku, bukankah dia tahu kalau aku di ceraikan mas Hadi karena apa? kenapa dia masih ingin menikah dengan ku. Apa karena aku bisa menyentuhnya? tapi aku juga ingin bisa bertemu dengan Mika. Dengan kekuasaan yang dimiliki oleh tuan Dave, aku pasti bisa mendapatkan hak asuh Mika. Tapi menikah dengan seorang Dave Hendrawan apa itu mungkin.

"Jadi bagaimana? apa kamu mau menikah dengan ku?" tanya nya lagi.

'Hah, aku harus jawab apa?' tanya ku bingung dalam hati.

***

Bersambung...