"Ah...ini di kantor! Bagaimana jika ada yang tau! Kalau istrimu---" Suara laknat seorang karyawati bernama Soraya.
"Stt! Tidak akan ada yang tau. Istriku cuma sampah yang bahkan tidak perlu diingat." Bisik Heru yang telah tidak berpakaian.
Binara Mahendra, atau biasa dipanggil Bima, melihat segalanya. Mengintip dari celah pintu. Jemari tangannya mengepal.
Namun perlahan wajahnya tersenyum. Mengetahui perselingkuhan dari suami mantan kekasihnya.
"Sampah mu, adalah harta bagiku..." Gumam Bima menyeringai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Media Sosial
Belum juga sempat Tata untuk menjawab, seorang pria tiba-tiba memasuki area restauran. Siapa lagi, pembela kebenaran dan keadilan... Jarot.
"Ayah..." Mela berlari ke dalam pelukan ayahnya, kemudian berucap."Mela mau ice cream yang seperti dibawa oleh Pino."
"Ada apa ini?" Tanya Jarot pada istrinya.
"Tadi Mela melihat Pino memakan ice cream, Mela hanya ingin minta sedikit. Eh! Pino menjatuhkan mangkok ice cream nya. Tapi waiters ini malah minta ganti rugi ke kita. Kan aneh..." Ucap Sulis, mendekati suaminya.
"Seharusnya orang tua anak ini (Pino) yang ganti. Kan dia yang pesan ice cream. Aku bisa menuntut restauran ini atas penipuan. Percuma sewa mahal-mahal cuma dapat pelayanan seperti ini saja." Ancam dari Jarot. Senyuman menyungging di wajahnya, apa ini bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan uang?
"Aku tidak akan menuntut, asalkan ada kompensasi yang sesuai." Lanjutnya penuh senyuman.
"Kami akan memberikan wine kwalitas terbaik sebagai kompensasi atas ketidak nyamanan yang terjadi." Sang manager F&B berusaha tersenyum. Orang ini ingin memeras mereka? Mengepalkan tangannya berusaha tersenyum melirik ke arah Mela.
"Dasar bocah kematian!" Batinnya benar-benar geram, melihat anak yang memecahkan mangkok. Bahkan sang ibu merekayasa cerita, seakan-akan ini kesalahan restauran mereka.
Menghela napas, sedikit melirik ke arah Tata. Seakan memberikan kode untuk merekam percakapan pemerasan ini.
Dengan sigap, Tata melangkah mendekati Pino, berpura-pura menenangkannya. Padahal aslinya, tengah merekam percakapan mereka, dengan menyembunyikan sudut handphonenya, agar tidak ketahuan.
Sedangkan Pino sendiri mengetahui apa yang Tata lakukan. Ikut-ikutan menyembunyikan handphone Tata, agar tidak ketahuan merekam. Anak yang cukup pintar sejatinya kan?
"Wine!? Itu tidak cukup untuk kompensasi. Kamu fikir dapat memperbaiki mental anakku yang rusak hanya dengan sebotol wine?" Bentak Jarot.
"Lalu kompensasi apa yang kalian inginkan. Kami benar-benar minta maaf." Sang manager menunduk.
"Minimal 100 juta, kami memerlukan uang untuk membawa Mela ke psikiater agar tidak mengalami trauma." Pria yang seenak jidatnya menentukan angka.
"Tapi bukankah Mela hanya merusak properti hotel. Kami tadi tidak menemukan orang tuanya, istrimu bahkan berdiri di sana, membiarkan Mela mengganggu anak ini (Pino)." Ucap Tata yakin. Sedangkan yang membawa handphone Tata saat ini adalah Pino. Sama sekali tidak ada gerakan yang terlihat mencurigakan. Siapa sangka Tata merekam segalanya.
"Alasan saja! Bilang saja restauran ini tidak mau tanggung jawab! Aku tidak mau tau, pelayan, Pino, dan security ini harus minta maaf pada anakku. Kalau tidak nama baik resort ini akan hancur! Jangan lupa kompensasinya tepat 100 juta, jika tidak akan ada tuntutan hukum." Tegas Jarot, mengira dapat dengan mudah memeras restaurant ini.
Mungkin kebiasaannya, meminjam uang dari temannya. Saat ditagih, maka akan marah-marah, kalau ditagih dengan kekerasan, akhirnya akan menuntut balik. Itulah Jarot.
Bukti rekaman pemerasan susah ada, CCTV tentang kejadian sebenarnya juga ada. Tata mematikan rekaman handphonenya, setelah menyimpannya.
"Ayah! Mela ingin ice cream seperti Pino!" Mela kembali merengek.
"Pino! Minta ice cream pada ibumu! Kemudian bagi pada Mela!" Ucap Sulis tiba-tiba mendekati Pino."Kamu ini sudah tidak punya ayah! Masih saja membuat masalah."
Pino menunduk, matanya sedikit melirik ke arah lorong. Orang itu ada disana, baru saja memasuki area restauran."Paman terasi!" Pino melambaikan tangan.
Pria itu melangkah masuk diikuti general manager resort. Hal yang membuat sang manager melirik ke arah Tata.
"Dia anaknya pak Hendra?" Tanya sang manager F&B.
"Bukan anak, tapi aku dengar-dengar calon anak." Jawab Tata, membuat sang manager benar-benar bersyukur. Andai saja dirinya memaksa Pino minta maaf, entah berapa murkanya orang kepercayaan bos besar ini.
Sedangkan Sulis terpaku diam, Jarot memang tampan, begitu juga dengan Heru. Tapi orang ini berbeda, menelan ludah, saling mempesona nya. Hingga semua pria yang dapat dikatakan rupawan di ruangan ini menjadi bak cumi-cumi.
"Paman terasi." Pino tersenyum turun dari kursi memeluknya.
"Pino sayang pasti sudah lama menunggu paman ya? Maaf paman lama, nanti kita beli mainan ya?" Ucapnya mengacak-acak rambut Pino.
"Pino, dia siapa?" Tanya Sulis, menyelipkan anak rambutnya di telinganya sendiri, menunjukkan pesona gadis polos."Perkenalkan, namaku Sulis, bibinya Pino."
Bima tidak membalas jabatan tangan Sulis. Hanya tersenyum sembari menjawab."Aku Hendra, calon ayahnya Pino."
Kalimat yang sukses membuat Sulis terkejut setengah mati. Untung saja dapat menjaga kewarasannya agar tidak pingsan. Pantas saja, dengan lantang Dira langsung setuju untuk bercerai. Ternyata iparnya sudah menyimpan yang lebih mapan.
Tapi tetap saja, Sulis yang memakai krim pemutih mahal lebih cantik bukan."Bagaimana kamu bisa mengenal Dira? Aku tidak enak sebenarnya membicarakan kejelekannya. Dira akan bercerai dari kakakku, karena dia tidak mau mengurus suami dan ibu mertua. Berapa pun gaji yang diberikan kakakku akan habis dipergunakan olehnya. Sebenarnya---"
"Persetan dengan kakakmu yang sudah membuat tangan pacarku kapalan. Sudah membuatnya bekerja siang dan malam, hingga kurus tinggal kulit dan tulang." Tiba-tiba Bima tidak menunjukkan keramahan nya lagi.
Sulis menelan ludah. Pelet apa yang sebenarnya digunakan Dira pada orang ini.
Hingga, rengekan kembali terdengar."Mau ice cream seperti ice cream Pino! Ibu!" Jerit Mela menangis cukup kencang.
"Bawa anakmu keluar, agar tidak menganggu kenyamanan tamu restauran. Kalau tidak bisa juga, pesan layanan kamar supaya makananmu bisa diantar langsung." Bima berusaha tersenyum melihat bocah kematian ini, mengamuk.
"Mela mau ice cream! Seperti ice cream Pino!" Teriak Mela menarik table clothes, hingga semua yang ada di atas meja jatuh berhamburan.
"Manager! Masukkan kerusakan properti dalam tagihan saat mereka check out nanti." Perintah Bima begitu tenang, tapi menegangkan bagi orang-orang di sekitarnya.
"Apa maksudmu!? Kami sudah menyewa kamar senilai 22 juta lebih! Seharusnya kamu memberikan pelayanan terbaik! Bukan malah memasukkan nya ke dalam tagihan." Geram Jarot melihat makhluk yang entah jabatannya apa di tempat ini.
"Siapa yang salah dan siapa yang benar akan terungkap melalui CCTV. Lagipula jika sesuai dengan teori mu, menyewa kamar mahal berarti berhak melakukan apa saja. Itu artinya kamu juga berhak membawa buldoser dan meratakan seluruh resort. Karena itu, bisakah membedakan antara fasilitas dan pelanggaran hukum?" Bima mengangkat salah satu alisnya."Oh! Aku lupa IQmu begitu rendah, begitu tidak tau malu. Meminta pengembalian uang mahar pada penjahit miskin, hanya untuk berlibur ke resort."
Mati-matian Jarot menahan rasa kesalnya. Orang ini, berani-beraninya mempermalukannya. Tangannya bergerak meraih kerah pakaian Bima.
Bug!
Pria yang pada akhirnya benar-benar memukul Binara Mahendra. Namun samar, wajah Bima ditatapnya tersenyum.
"Pisahkan mereka!" Perintah sang general manager panik.
Seorang security memegangi Jarot, sedangkan general manager membantu Bima berdiri.
Anehnya, Bima melangkah mendekati Jarot, kemudian berbisik."Aku akan memperlihatkan padamu, bagaimana caranya menuntut secara hukum. Dan bagaimana media sosial dapat begitu kejam jika sudah menuding seseorang."
Sebuah ancaman menbuat Jarot membulatkan matanya. Beberapa orang memang merekam. Salah satunya influencer yang memang dibayar untuk mempromosikan report ini. Seorang influencer yang tersenyum setelah mendapatkan bahan konten.