Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 31
INI YANG NAMANYA SIKSAAN
Sungguh! Untuk pertama kalinya seorang pria memeluknya seperti itu. Disha mencoba bergerak dan melepaskan diri, namun Noir menguncinya sangat erat bak guling.
Disha melirik sinis dengan napas memburu kesal saat tak bisa melepaskan dirinya dari pria sialan itu.
“Berhentilah bergerak jika tidak terlilit lebih erat.” Bisik Noir bersuara serak berat yang sangat membuat bulu kuduk Disha berdiri.
Tak ada pergerakan dari istrinya melainkan degupan yang kencang, Noir menyorot tajam namun masih enggan melepaskannya. “Why? Kamu takut? Anggap saja ini penyiksaan nya.” Bisik Noir yang berhasil membuat wanita itu tak karuan.
Jika Noir memberikan siksaan lainnya, maka Disha akan melawan atau pasrah dan ingin meminta mati. Namun bila siksaan seperti ini, maka dia akan menunjukkan bahwa dia seolah-olah sama sekali tidak tersiksa karena dia ingin mengecoh Noir.
“Aku rasa ini bukan siksaan Tuan Noir. Bukankah kamu terlalu baik jika memperlakukanku seperti ini?!” sindir Disha yang masih terlihat menahan emosinya.
Noir terdiam, dia benar-benar tertarik dengan jalan pikir Disha yang mau menjebaknya. Padahal di dalam hati Disha dia benar-benar berkeringat hingga kedua tangannya mengepal dan berharap pria itu tidak melakukan yang lebih parah lagi dari sekedar pelukan.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu menyelematkan Disha. Noir tahu, jika ada yang mengetuk maka ada sesuatu yang penting menunggunya. Pria itu langsung saja melepaskan Disha dan membuka pintu.
“Hhffuuu— ” Ya! Wanita itu langsung lega, apalagi ketika Noir keluar dari kamar usai di hampiri oleh Falco.
“Pria sialan!” kesal Disha menatap ke arah pintu yang tertutup.
...***...
Brakk! Alon menutup pintu mobil setelah dia keluar dari mobil putihnya dengan sorot mata tajam dan tegas ketika dia pergi dari perusahaannya dan kini berada sebuah gudang pabrik milik Todor.
Tentu, pria bernama Todor itu sudah menunggunya di sana, berdiri menatap ke danau dengan rokok sebagai teman.
“Kenapa kau ingin menemui ku? Bukankah Sofiya sudah menyampaikannya.” Ucap Alon dengan tegas.
Pria dengan jas putih itu berbalik menatap Alon, sedikit menyipitkan matanya karena paparan sinar matahari. “Aku rasa ada sesuatu di Mansion kalian. Kau tahu aku sedang mencari keberadaan wanita.” Jelas Todor.
Alon berkerut alis heran. “Jika kau mencari wanita, kau bisa mendapatkannya dimanapun kenapa harus bertanya? Jangan membuang waktuku— ”
“Wanita pembunuh itu. Aku yakin kau mengetahuinya, aku sedang mencarinya dan malah mendapatkan berita kematiannya. Apa menurutmu dia memang sudah tewas?” dengan senyuman mengejek, Todor menatap tegas Alon yang nampak terdiam dengan menahan amarah.
“Lalu apa yang kau mau?” tanya Alon.
“Siapa wanita yang Noir nikahi? Aku belum mengetahuinya dan kau tahu kan, jika aku bertemu dengan Noir maka kami akan selalu bentrok!” Todor menyeringai licik.
Sementara Alon tak bisa menjawabnya karena itu sama saja mencari kematiannya sendiri ke Noir. Tapi pria di depannya saat ini juga tak kalah bahayanya dengan keponakannya itu.
“Itu bukan urusanku. Jika kau mau, maka cari tahulah sendiri.” Ujar Alon dengan berani.
Yang benar saja! Itu memancing amarah Todor ketika pria tersebut menunjukkan seringaian devil nya.
“Jika aku mencari tahu sendiri, maka jangan salahkan aku jika aku akan membuat onar keponakanmu itu! Bukankah itu juga peluang untuk kalian bisa menyingkirkan Noir setelah berhasil dengan kematian Teodora?”
Deg! Pria tua itu terdiam memikirkan sesuatu yang sebenarnya malas untuk diingat oleh Alon, itu mengingatkannya akan kegagalannya yang memang ingin menyingkirkan Noir.
Tapi dia tidak ingin berurusan dengan siapapun.
“Jangan lupakan bahwa aku juga memiliki sesuatu tentang hubungan mu dan Teodora. Dan aku sudah memperingati mu untuk berhenti mencari wanita itu, karena dia berbeda dari Teodora.” Jelas Alon sehingga keduanya saling beradu pandang.
Sampai akhirnya Alon memutuskan pergi dengan angkuh dan amarah tertahan.
Melihat kepergian mobil Alon, tentu saja Todor hanya menyeringai kecil seraya menghisap rokoknya. “Itu membuatku yakin bahwa Noir menikahi si pembunuh Teodora!” gumam Todor.
Pria itu berbalik, menyeringai kecil dan berjalan ke arah gudang barunya yang mana dia mendapatkan tanah tersebut dari hasil pemaksaan.
Sementara di perjalanan, Alon terlihat begitu kesal dan gelisah. Pertemuannya dengan Todor barusan benar-benar membuatnya semakin pusing.
Namun di sisi lainnya, Alon memikirkan ucapan Todor mengenai keuntungannya. “Jika aku melakukannya belum tentu pria sialan itu bisa mengalahkan Noir.” Gerutu Alon yang mana dia tak ingin sampai gagal lagi.
Jika Todor sampai kalah di saat dia ikut membantunya, sudah dipastikan bahwa Noir akan mengetahui kebusukannya dan kemungkinan besar dia akan dibunuh oleh Noir dan juga ahli perusahaan akan diambil lagi oleh pria Mortelev itu.
Ya! Perusahaan yang Alon kelola saat ini adalah milik Mortelev dan pastinya milik Noir, namun Nori sengaja memberikan tanggung jawab perusahaan kepada Alon dan Sofiya untuk balas budi kare menjaganya walaupun sejujurnya— Noir mengamati semua gerak-gerik mereka yang tinggal di Mansion.
.
.
.
Bangun cukup siang, Disha menggeliat dalam tidurnya saat dia meregangkan otot-otot tubuhnya. Saat ia terbangun hingga terduduk. Wanita cantik dengan rambut tergerai indah itu berjalan ke arah kamar mandi dengan wajah malas khas bangun tidur.
Tapi sayangnya Disha belum sadar akan pakaiannya saat ini.
Dia hanya mengenakan dalaman saja warna hitam bergaris krem. Body yang sangat ideal dan seksi.
-‘Aku merasakan sesuatu yang aneh?’ batin Disha berkerut alis hingga dia melihat ke arah jendela besar yang masih tertutup gorden abu-abu gelap.
Disha membuka gorden tersebut hingga cahaya matahari bisa masuk menerangi kamarnya, namun tiba-tiba sebuah tangan membelai body sampingnya hingga refleks Disha berbalik kaget.
“Kenapa kamu masih di sini huh?” kesal Disha menatap tajam ke Noir. Pria tampan yang saat ini mengenakan kemeja putih dengan dua kancing terbuka.
“Melihat penampilan seksi mu!” balas Noir menyeringai licik mengamati tubuh Disha sehingga wanita itu mulai melihatnya sendiri dan—
Deg!
Disha langsung terbelalak kaget hingga bergegas ke arah kamar mandi namun noir langsung menariknya dan memojokkan tubuh Disha hingga terhimpit di dinding dengan posisi membelakangi Noir.
Seperti biasa, tangan kanan Disha dikunci dari belakang oleh pria itu sehingga dia tidak bisa berkutik lagi.
“Jangan keterlaluan, LEPASKAN AKU!" sentak Disha menggertak penuh emosi.
Tentu saja Noir tidak peduli, dia mendekat, menyibak rambut panjang Disha ke samping sehingga terlihat punggung mulusnya dengan pengait bra nya.
Wanita itu bernapas memburu dan panik tak karuan ketika merasakan jari-jari Noir saat menyibak rambut panjangnya.
“Aku merasakan ketakutan mu!” bisik pria itu dengan sensual tepat di belakang telinga Disha, hingga hidung mancungnya mulai mengendus menyentuh tengkuk wanita itu.
ini ngga hamidun kan ya?