dia menjadi seorang yatim piatu setelah ayahnya tiada.
dan meninggalkan dirinya yang sakit sakitan bersama sang ibu tiri.
perhatian orang baru dalam kegersangan dan kesendiriannya membuatnya sedikit terlena dan lupa.
setitik bahagia coba ia rajut bersamanya.
namun...
dia adalah kakak tirinya.
mampukah ia menata kembali hidupnya saat ia tahu siapa sebenarnya laki laki yang di perkenalkan sang ibu tiri sebagai kakak tirinya itu ?!
sementara sesuatu yang berharga miliknya telah di renggut oleh seseorang itu.
simak cerita baru aku ya....
cinta dalam bara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9 kegundahan
Hujan turun semakin deras, kilatan petir menyambar nyambar bagai lidah api yang siap menyabet siapa saja yang menghalanginya.
Suaranya menggelegar seolah menebar ancaman kepada siapa saja yang mendengarnya.
Raha kian menggigil ketakutan.
Petir adalah salah satu yang paling ia takuti selain kegelapan.
Seberapa deraspun air hujan yang turun, selama tak di selingi petir ia tak akan takut.
Tapi ini,
Hujan yang turun begitu derasnya justru di sertai dengan petir yang menggelegar dan kilatnya yang menyambar nyambar.
Raha ketakutan setengah mati.
" papa....tolong Raha " desisnya pelan dengan tubuh yang kian gemetaran.
Satu tangannya terulur memegang nisan sang papa sementara tangannya yang lain menutupi telinganya.
Sedangkan wajahnya ia masukkan pada kedua kakinya yang ia tekuk.
Di saat rasa takut itu kian menyelimuti jiwanya, dan derasnya air hujan menyiram dengan kasar tubuhnya.
Tiba tiba ia merasa air hujan tak lagi menyirami kepala juga tubuhnya.
Raha mendongak,
Sebuah payung memayungi dirinya, dan seulas senyum dari sebuah wajah yang sangat familiar tersaji di hadapannya.
" dokter Zani ?! " desisnya pelan.
Ya...
Seseorang itu adalah dokter Zani.
Setelah menerima telephon dari Leon tadi, laki laki itu langsung pergi ke tempat ini.
Sayang...
Jarak yang lumayan jauh membuatnya sedikit lama untuk sampai di tempat ini.
" apa yang sedang kau lakukan di sini ?! Kau tahu kan, keadaan udara yang seperti ini sangat tidak baik untuk kondisi kesehatanmu " kata Zani sambil turut berjongkok dan kini memegangi pundak gadis itu.
" kau kedinginan, tubuhmu gemetaran Raha...." lanjut Zani lagi.
Raha langsung memeluk erat dokter muda itu dan menangis di dada laki laki itu.
Ia tak tahu kenapa ia merasa dadanya begitu penat dan sesak karena kesedihan yang terasa begitu dalam.
Sejenak Zani terdiam terpaku.
Jantungnya jelas tak baik baik saja saat ini.
Kemudian ia melepas jaznya dan memakaikannya pada Raha.
" ayo...aku antar kamu pulang, jangan terlalu lama berada dalam keadaan seperti ini " kata Zani lagi sambil membimbing Raha untuk bangkit dari berjongkoknya.
Kemudian ia menuntun Raha yang memucat untuk melangkah meninggalkan makam itu.
Pemandangan itu di saksikan oleh seseorang yang kini tengah berdiri di balik sebuah pohon kamboja besar yang ada di area taman pemakaman itu.
Seseorang itu adalah Leon.
Ia yang putus asa tak tahu Raha kemana, tiba tiba tergerak untuk pergi ke makam papa Raha.
Dan ternyata benar, gadis itu berada di sana.
Tapi sayang....
Seseorang telah datang lebih dulu menemani Raha di banding dirinya.
Leon menatap interaksi kedua orang itu dengan tatapan yang entah.
Dadanya terasa sesak dan sakit.
Hatinya tiba tiba saja terasa berdenyut nyeri, perasaan yang seumur hidup belum pernah ia rasakan selama ini.
Hingga mobil dokter Zani hilang dari pandangan matanya,
Leon baru berajak dari tempatnya bersembunyi.
Kini pakaiannya telah basah kuyup.
Hujan masih turun dengan derasnya, tapi Leon tak peduli. Ia tetap memacu kuda besinya menembus derasnya air hujan meninggalkan area pemakaman mewah itu.
Mengikuti mobil yang membawa Raha.
Ia biarkan rinai rinai hujan yang terasa bagai kerikil
tajam melempari tubuhnya.
Dari kejauhan ia melihat mobil dokter Zani yang terus melaju menembus derasnya hujan di jalan raya.
Tak lama,
Mobil itu nampak berhenti di depan pagar besi yang menjulang tinggi milik keluarga Pratama.
Sebuah rumah besar dan sangat mewah di mana kini ia juga ikut tinggal karena sebuah alasan.
Leon menghentikan motornya sedikit jauh di belakang sana.
Raha nampak turun setelah dokter Zani membukakan pintu mobil untuk gadis itu, dengan telaten dokter muda itu nampak memayungi Raha dan mengantarnya masuk.
Setelah beberapa menit, Leon baru melihat Zani kembali masuk ke mobilnya dan kemudian melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.
Setelahnya,
Leon baru kembali menghidupkan mesin kendaraannya dan masuk ke dalam pagar rumah besar itu.
Hari menjelang maghrib ketika Leon terlihat keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi minuman hangat.
Tok tok tok....
laki laki itu nampak mengetuk sejenak sebuah kamar sebelum ia membuka pintu kamar itu.
Seseorang di dalam kamar itu menoleh kepadanya.
Untuk sejenak, mata keduanya saling bertemu.
Leon segera masuk ke dalam kamar.
" dari mana saja kamu, kenapa pulang sore sekali ?! " tanya Leon kepada Raha sambil meletakkan nampan berisi minuman hangat yang ia buat sendiri tadi di meja yang ada di hadapan gadis itu.
" makam papa " jawab Raha singkat sambil melempar pandangannya ke tempat lain.
Ada sejumput rasa sakit di hatinya menatap wajah itu.
" kenapa tak memberitahuku ?! " tanya Leon lagi, ia sudah tahu semua.
Tapi entahlah, ia masih ingin bertanya.
Seharian tak berinteraksi dengan gadis itu, seolah ada ruang kosong di sudut hatinya.
Dan minuman yang ia buat ia jadikan alasan untuk berinteraksi dengan gadis itu.
Meski demikian ia tetap masih merasa enggan untuk segera beranjak dan meninggalkan tempat itu.
Ada rasa yang membuatnya ingin lebih lama bersama gadis itu.
" kau tak terlihat sejak sore kemaren, aku pikir kau sibuk...
Aku tidak mau mengganggumu " jawab Raha jujur dengan wajah sendu.
Leon hanya menghela nafas, memang sejak sore kemaren ia di buat sibuk dengan Calista.
" minumlah, aku menambahkan sedikit jahe dan madu agar tubuhmu lebih hangat " kata Leon lagi sambil bersiap untuk keluar.
" tante Calista ada di rumah ?! " tanya Raha tiba tiba yang mampu menghentikan langkah Leon.
" entahlah...
Aku tak tahu, ada apa ?! " jawab Leon.
" tidak...hanya mau memberi tahu, minggu depan acara wisuda kelulusanku.
Aku berharap jika mungkin, tante Calista bisa datang di acara itu " kata Raha kemudian.
" tapi tidak perlu di paksakan, acara itu tidak terlalu penting.
Aku tahu tante Calista sibuk bekerja di kantor papa demi keberlangsungan perusahaan papa " lanjut Raha lagi masih dengan wajah sendu.
Leon menatap punggung Raha sejenak,
" akan aku sampaikan padanya...." jawab Leon kemudian sambil melangkah keluar dari kamar itu.
Setelah kepergian Leon dan pintu kamarnya tertutup kembali,
Raha menghela nafas berat,
Ada rasa kosong dan hilang dalam jiwanya.
Begitupun dengan Leon yang saat ini masih berdiri termangu di depan pintu kamar Raha yang baru saja ia tutup sendiri.
Laki laki itu merasa ada yang hilang saat ia keluar dan menutup pintu kamar itu.
Jujur.....ia bingung dan tak paham dengan apa yang kini tengah ia rasakan di hatinya.
Hampir lima tahun menjalin hubungan dengan Calista, ia bahkan ia tak pernah merasakan hal yang seperti ini.
kok gak hubungi dokter xani..
penjahat kelamin sekelaa leon tak akan mudah mati...
😀😀😀❤❤❤❤