NovelToon NovelToon
Li Shen Sang Penghancur

Li Shen Sang Penghancur

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang
Popularitas:18.6k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chp 34

Di sisi lain.....

Di dalam aula utama Sekte Naga Langit, suasana terasa mencekam. Pilar-pilar emas yang menjulang tinggi berkilauan oleh pantulan cahaya dari lentera kristal. Di tengah aula berdiri Zhao Tianhong, patriark sekte, sosok yang dikenal sebagai salah satu kultivator terkuat di Kekaisaran Tian Zhao. Wajahnya yang biasanya tenang kini memancarkan amarah yang sulit disembunyikan.

Di hadapannya berlutut seorang murid pengirim pesan, tubuhnya gemetar karena takut.

"Ulangi lagi laporanmu," suara Zhao Tianhong terdengar dingin, seakan membawa beban ribuan gunung.

Murid itu menelan ludah sebelum berbicara. "Patriark, kabar ini berasal dari Qinghai. Orang yang mengalahkan Zhao Liang dari Sekte Lingxiao dan memancarkan pilar cahaya ke langit adalah... Li Shen. Dia telah mencapai ranah Transformasi Langit di usia 18 tahun."

Ruangan mendadak sunyi, seolah waktu berhenti. Para tetua sekte yang hadir saling pandang, wajah mereka penuh keterkejutan dan ketidakpercayaan.

"Li Shen?" gumam salah satu tetua. "Bocah itu? Bukankah dia diusir karena dianggap tak memiliki masa depan sebagai kultivator?"

Zhao Tianhong mengepalkan tangan, memecahkan lengan kursi tempat ia duduk. Matanya yang tajam seperti pedang memandang lurus ke arah murid pengirim pesan.

"Kau yakin ini benar? Jangan sampai aku mendengar kebohongan dari mulutmu."

"A-aku yakin, Tuan! Banyak saksi di Qinghai yang melihatnya. Bahkan, kabar ini sudah sampai ke telinga para patriark sekte besar lainnya. Mereka semua mengakui kekuatannya."

Amarah Zhao Tianhong memuncak. "Bocah itu...! Dia yang dulu memalukan sekte ini, yang kubuang karena dantiannya rusak, sekarang membuat namanya mengguncang dunia kultivasi?"

Salah satu tetua berdiri dengan hati-hati. "Pemimpin, mungkin ini hanya kebetulan. Atau mungkin dia memperoleh semacam keberuntungan besar. Bagaimana pun juga, kita tahu dantian Li Shen rusak total. Dia tak mungkin berkembang sejauh ini tanpa bantuan luar biasa."

Zhao Tianhong mengangkat tangannya, menghentikan tetua itu berbicara. "Keberuntungan besar? Atau mungkin dia menyimpan rahasia yang tidak kita ketahui."

Ia memalingkan wajahnya ke arah jendela besar aula, memandang ke kejauhan. Dalam benaknya, bayangan seorang pemuda kurus dengan wajah penuh luka memar muncul—Li Shen, anak yang dulu ia usir dengan hinaan.

"Hmph," gumamnya dengan nada sinis. "Dulu aku membuangnya karena dia akan menjadi noda dalam sejarah sekte ini. Tapi sekarang, dia kembali dengan kekuatan yang cukup besar untuk membuat dunia memperhatikannya. Jika kabar ini terus menyebar, bukankah itu akan mencoreng reputasi kita? Orang-orang akan bertanya mengapa kita membuang bakat sebesar itu."

Tetua lainnya menambahkan, "Tuan, kita harus bertindak. Jika Li Shen dibiarkan berkeliaran, nama Sekte Naga Langit bisa terancam."

Zhao Tianhong menoleh, tatapannya penuh kebencian yang membara. "Aku yang membuangnya, dan aku yang akan memastikan dia tidak menjadi ancaman. Kirim beberapa orang terbaik kita untuk mengawasi gerak-geriknya. Jika dia melawan... bunuh dia."

Para tetua saling pandang, menyadari bahwa keputusan ini bukan sekadar masalah reputasi, melainkan juga ego patriark mereka yang terluka.

Zhao Tianhong berjalan menuju singgasananya, menatap ke arah langit-langit aula yang dihiasi lambang naga emas. Dalam hatinya, ada rasa iri dan marah yang membakar.

"Li Shen... Bocah sialan itu. Jika aku tahu kau akan berkembang sejauh ini, aku tidak akan membiarkanmu hidup. Tapi sekarang, kau hanyalah ancaman lain yang harus disingkirkan."

Namun, jauh di lubuk hatinya, Zhao Tianhong tidak bisa menghilangkan rasa penasaran. Bagaimana mungkin seorang anak dengan dantian rusak bisa bangkit dan mencapai ranah Transformasi Langit di usia semuda itu?

Malam itu, seluruh Sekte Naga Langit diliputi kegelisahan. Para tetua dan murid terbaik mulai bersiap, dan perintah patriark sudah jelas: awasi, pelajari, dan jika perlu, hancurkan Li Shen sebelum ia tumbuh lebih kuat lagi.

-------

Kembali ke Qinghai...

Angin malam berhembus lembut, membawa aroma dedaunan dan embun yang segar. Di puncak sebuah bukit tinggi, Li Shen berdiri dengan tangan bersedekap. Jubah hitamnya berkibar mengikuti alunan angin, sementara rambut hitam kecokelatannya terurai lepas, memantulkan cahaya bulan yang menggantung sempurna di langit. Dari tempatnya berdiri, kota Qinghai terlihat memukau. Lampu-lampu yang menghiasi jalanan dan bangunan-bangunan yang baru dibangun bersinar bagaikan bintang di tanah.

Li Shen terdiam, memandangi pemandangan itu dengan mata yang tenang namun dipenuhi pikiran yang mendalam. Dia menarik napas panjang, membiarkan udara dingin memenuhi dadanya, lalu perlahan menghembuskannya.

"Qinghai..." gumamnya pelan, hampir seperti berbicara kepada angin. "Begitu banyak yang telah terjadi di sini."

Ia mengingat kembali semua peristiwa yang telah ia lewati di kota ini. Pertarungan melawan Zhao Liang, pilar cahaya emas yang ia ciptakan, momen-momen santai bersama Bai Yue, hingga pembangunan ulang kota yang kini berdiri kokoh kembali. Semuanya terasa seperti potongan-potongan puzzle yang membentuk satu kenangan utuh.

"Awalnya aku hanya ingin singgah sebentar," ia melanjutkan, suaranya terdengar hampa. "Tapi tanpa kusadari, aku terlibat begitu dalam. Orang-orang di sini... mereka membuatku merasa dihargai, sesuatu yang dulu sulit kurasakan."

Li Shen menunduk, memandang tangannya sendiri. Tangan yang pernah dihina sebagai tangan tak berguna. Kini, tangan itu telah menjadi simbol kekuatan, diakui oleh dunia.

"Namun, aku tak bisa selamanya di sini," bisiknya. "Ada jalan lain yang harus kutempuh. Ada rahasia yang harus kuungkap... tentang siapa diriku sebenarnya dan takdir yang telah menunggu."

Angin berhembus lebih kencang, membawa rasa dingin yang menusuk kulit. Li Shen memejamkan mata, merasakan setiap hembusan angin yang menyentuh wajahnya.

"Aku akan merindukan tempat ini," ia membuka matanya, menatap kembali ke arah kota yang bersinar. "Bai Yue, Bai Tian, Yuan Jian, Lei Zhen... semuanya. Mereka memberi arti baru dalam hidupku."

Namun, di balik ketenangan wajahnya, ada rasa enggan yang ia pendam. Ia tahu bahwa perpisahan ini tak terhindarkan, tapi hatinya tetap terasa berat.

Li Shen mendongak, menatap bulan yang bersinar terang. "Setelah semua ini, aku akan pergi. Tapi aku akan kembali suatu hari nanti, saat aku sudah menemukan semua jawaban yang aku butuhkan, untuk melindungi tempat ini... dan mereka yang ada di dalamnya."

Ia tersenyum kecil, meski senyum itu dipenuhi kesedihan. Dalam diam, Li Shen memutuskan untuk menikmati malam ini, berdiri di puncak bukit hingga fajar menyingsing, sebagai penghormatan terakhirnya kepada Qinghai sebelum ia melangkah ke perjalanan berikutnya.

Keesokan harinya....

Pagi itu, kota Qinghai dipenuhi suasana haru. Ribuan orang berkumpul di gerbang utama kota, menatap sosok yang telah menjadi simbol harapan mereka, Li Shen. Matahari baru saja muncul dari balik gunung, memancarkan sinar keemasan yang menyelimuti kota. Namun, bagi Bai Yue, hari ini terasa kelam.

Ia berdiri di depan kerumunan, mengenakan pakaian berwarna biru muda yang sederhana, tapi matanya memancarkan kesedihan yang tak bisa disembunyikan. Di depannya, Li Shen berdiri dengan ekspresi datar, seperti biasa. Namun, dalam pandangan yang sekilas, ada sesuatu yang sulit ditebak di matanya, mungkin keraguan atau perasaan berat yang ia sembunyikan.

"Jadi... kau benar-benar akan pergi?" Bai Yue akhirnya bertanya, suaranya bergetar meski ia mencoba terlihat tegar.

Li Shen mengangguk pelan. "Aku harus pergi. Masih ada banyak hal yang harus kulakukan, Bai Yue. Aku tidak bisa berhenti di sini."

"Tapi... kau tidak tahu kapan akan kembali."

Li Shen terdiam sejenak, menatap langsung ke mata Bai Yue. "Ya, aku tidak tahu. Tapi aku berjanji, jika waktunya tiba, aku akan kembali ke tempat ini."

Bai Yue menggigit bibirnya, menahan tangis yang hampir pecah. "Kau tahu, kau selalu seperti ini. Datang membawa kekacauan ke hidupku, lalu pergi begitu saja."

Li Shen tersenyum kecil, tetapi senyumnya pahit. "Kekacauan yang membawa kebaikan, bukan?"

Bai Yue ingin membalas, ingin marah, ingin memintanya tinggal. Namun, ia tahu bahwa kata-kata itu tidak akan mengubah keputusan Li Shen. Dengan langkah kecil, ia mendekat, lalu tanpa berpikir panjang, ia memeluk Li Shen dengan erat.

"Kumohon... kembalilah suatu saat nanti," bisiknya di bahu Li Shen, air matanya mulai jatuh. "Aku akan menunggumu, berapa lama pun itu."

Li Shen terdiam, tangannya perlahan terangkat, tapi ia hanya menepuk punggung Bai Yue dengan lembut. "Aku akan mencoba, Bai Yue. Tapi jangan gantungkan seluruh hidupmu padaku. Hidupmu terlalu berharga untuk hanya menunggu orang seperti aku."

Bai Yue menggeleng pelan, tetap memeluknya. "Tidak peduli apa yang kau katakan. Aku tahu apa yang kuinginkan."

Setelah beberapa saat, Bai Yue akhirnya melepaskan pelukan itu, matanya masih basah. Li Shen menatapnya sejenak sebelum berbalik menuju gerbang kota.

Ribuan orang yang berkumpul memberikan penghormatan dengan membungkukkan badan, menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada pria yang telah menyelamatkan kota mereka. Bai Tian, Yuan Jian, dan Lei Zhen berdiri di antara kerumunan, masing-masing memberikan anggukan hormat kepada Li Shen.

Langkah Li Shen perlahan menjauh dari gerbang kota. Di langit, segerombolan burung terbang, seperti melambangkan kebebasan yang kini ia cari. Bai Yue tetap berdiri di tempatnya, matanya menatap punggung Li Shen yang semakin kecil di kejauhan.

Di dalam hatinya, Bai Yue menggantungkan harapan yang besar kepada langit. "Tolong... biarkan dia kembali. Biarkan aku bisa menghabiskan waktu lebih lama dengannya."

Sementara itu, Li Shen terus melangkah, tanpa menoleh ke belakang. Perjalanan panjang dan penuh misteri menantinya, tapi di sudut kecil hatinya, ada rasa rindu yang ia tahu suatu saat akan membawanya kembali ke Qinghai.

Dengan satu lompatan besar, tubuhnya melayang ke udara, meninggalkan kerumunan di bawahnya. Kota Qinghai kini menjadi kenangan yang tak tergantikan di dalam dirinya, sebuah bab yang telah selesai, tapi mungkin akan ia buka lagi di masa depan.

1
Abi
kereen
إندر فرتما
tapi sayangnya MC gak jadi alkemis
Aswindra Gani
pake bahasa indo aja lah... jngn di vampur2
Dante-kun: Nanti di chp 12 keatas udah pake bahasa indonesia bang teknik teknik serangan nya
total 1 replies
Abi
mantap, tetap semangat thor
Abi
Biasa
Abi
Buruk
Abi
up
إندر فرتما
mantap Thor
Mazz Tama
waktu nya seraaaaaaaannnnnnggggg
Mazz Tama
waktu nya pembantaiiiiian
Mazz Tama
bantaiiiii
Mazz Tama
lanjut
Mazz Tama
bantaaaaiiiiiii Thor
Mazz Tama
Thor mending di ganti nama jurus nya jangan pake bahasa inggris
Mazz Tama
seru thor lanjut
Mazz Tama
sipp Thor lanjut lah /Smirk/
Dante-kun: 😁😁😇 Hehe makasi bang udah suport, moga sedikit terhibur.
total 1 replies
Mazz Tama
lanjut thor
Mazz Tama
penasaran Thor lanjut
Mazz Tama
menarik alur cerita nya
Iwa Kakap
ini cerita china apa barat thorr..
gq nyqmbung bahasa bart nya..
pantas ga ada yg baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!