Ainun mengorek sampah karena itu memang pekerjaan nya setiap hari sebagai pemulung, namun pagi ini dia merasa seperti ketiban rezeki yang sangat besar karena menemukan koper bagus.
"MAYAAAAAT....
koper tersebut berisi potongan mayat seorang gadis, lebih parah nya lagi gadis itu berasal dari desa Bakti Reso, desa mereka sendiri dan dia adalah anak Tuan tanah di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Tetap tidak bisa membaca pikiran
Luka robekan itu sama persis seperti yang di lakukan oleh Purnama dulu saat dia masih jadi siluman ular yang sangat jahat pada manusia. sama sekali tidak ada beda nya walau hanya sedikit saja, membuat jantung Arya berdegup kencang karena hati nya kian ketakutan bila Arka akan bersikap seperti Purnama pula.
Di sisi lain dia ingin menyangkal bahwa ini bukan lah ulah nya Arka karena anak nya itu murni manusia, sebab Arya saja sudah bertapa selama seratus tahun agar jadi manusia normal. namun kenapa sekarang malah dia bisa di tuduh membuat kejahatan, mungkin saja karena kutukan Aryo yang sangat jahat itu.
Zahira yang kata nya bisa jadi siluman jahat sehingga Purnama saja tak akan bisa mengendalikan malah meninggal juga akhir nya, namun kenapa sekarang malah Arka yang jadi jahat. sebenar nya masih masuk akal bila Zahra yang salah jalan, sebab anak itu punya darah seperti Mama nya dan bisa berubah juga.
Sedangkan Arka ini sama sekali tidak bisa, sehingga rasa nya sangat aneh bila dia membuat kejahatan dengan menghilangkan banyak nyawa. sesak dada Arya memikirkan ini semua, tak akan bisa dia menyangkal lagi bahwa putra nya memang sudah membuat ulah dan membunuh tiga nyawa yang melayang di desa tempat Zayn tinggal.
"Ya Allah." gumam Arya pelan nyaris tidak terdengar oleh siapa pun.
"Sama seperti luka nya Razi juga, mungkin memang pembunuh nya sama!" lirih Bu Dian pula.
"Sudah pasti pembunuh nya sama itu, Sukma yang balas dendam pada mereka!" teriak warga yang lain.
"Luka nya sama dengan Razi, jeroan nya hilang begitu! percaya lah Tuan Tomo, ini pasti Pendi membunuh Sukma." warga menjadi kompor.
"Jeroan Sukma juga hilang!" bentak Tomo mulai di liputi amarah karena warga terus saja begitu.
"Hah! jeroan Sukma juga hilang?" warga kaget sekali mendengar nya.
"Jadi Sukma jeroan nya juga tidak ada, Pak?" Arya bertanya pelan pada Tomo.
"Tidak ada, Mas." Tomo menggeleng pelan.
Keringat dingin mengalir deras di dahi nya Arya karena tiga mayat ini berarti memiliki kematian yang sama, hanya saja beda nya Sukma di potong potong dan di masukan kedalam koper, yang dua lain nya hanya di biarkan saja utuh dan jeroan nya juga hilang.
Masalah jeroan ini yang Arya ributkan, sebab siluman bangsa nya ini memang sangat suka jeroan manusia. terutama bagian jantung dan hati, seolah itu adalah makanan yang sangat nikmat sehingga mereka sangat ingin memakan nya terus terusan. Arya sendiri tidak pernah makan itu, yang sudah kenyang makan jeroan adalah Purnama.
"Mari kita urus dulu jenazah nya Pendi, nanti malah terlalu malam pula." Zayn membuka suara setelah lama diam.
"Benar, nanti kita diskusi kan lagi ya." Arya juga setuju.
"Terima kasih kalian masih mau membantu." Pak Bardim bersyukur sekali.
"Ini sudah kewajiban antara sesama manusia, tidak boleh pilih pilih saat membantu." jawab Zayn bijak.
Jenazah Pendi segera di gotong keluar untuk di mandikan dulu, mana hari sudah semakin siang dan nanti nya setelah sholat zuhur baru lah mayat Pendi akan di sholat kan. sehingga acara penguburan nya tidak terlalu sore pula, kasihan para penggali yang sudah kepanasan walau pun mereka juga di bayar.
"Ai!" Neneng menggoyang Ainun yang termenung.
"Ah iya." Ainun menoleh cepat karena tadi memang termenung.
"Kamu kehilangan Pendi ya?" Neneng bertanya pelan.
"Tentu saja aku kehilangan dia." jawab Ainun sembari menunduk agar air mata nya tidak di lihat orang banyak.
"Tunggu sebentar, aku punya sesuatu dari dia." Neneng masuk kedalam kamar Abang nya.
Ainun cuma diam saja dan menunggu karena dia pun tidak tau apa yang mau Neneng ambil, hati gadis ini masih pilu akibat kehilangan pria yang diam diam ia cintai juga. hanya saja selama ini dia masih menunggu ungkapan cinta nya Pendi, namun sudah tidak keburu lagi karena Pendi sudah meninggal.
"Abang sempat beli cincin ini dan dia bilang mau memberikan padamu." Neneng memberikan kotak cincin.
"Tidak usah kau berikan padaku, takut di katai orang." Ainun menolak nya.
"Kenapa kau memikirkan orang, tolong pikirkan Abang ku. dia pasti senang bila kau memakai cincin nya!" desak Neneng.
"Tapi ini juga cincin mahal, Neng." Ainun merasa tidak enak.
"Pakai lah, Nak! Pendi yang meminta Ibu membelikan saat itu, dia bilang mau melamar mu." Bu Winar juga membuka suara.
"Pikirkan saja Abang, kau juga cinta kan sama dia?" Neneng menatap Ainun yang masih nampak bimbang untuk mengambil cincin nya.
Bu Winar mengambil cincin itu dan memakai kan di jari nya Ainun, tampak pas karena Pendi memang sudah tau ukuran jari nya Ainun sehingga dia tau saat membelikan nya bersama dengan Bu Winar. hanya saja dia gagal melamar Ainun, karena sudah lebih dahulu menghadap tuhan nya akibat sebuah tragedi yang masih misteri.
...****************...
"Kau kan bisa membaca masa yang sudah di lewati bila memegang barang nya." Purnama menatap Fatma.
"Kali ini tidak bisa, Mbak!" Fatma menggeleng cepat.
"Anak anak memang tidak bisa mau di baca pikiran nya, entah apa yang sebenar nya sudah terjadi sekarang." Purnama juga tidak menyalahkan Fatma.
"Tadi pun aku sudah mencoba nya, tapi sama sekali tidak ada bayangan apa pun dari sepatu itu." keluh Fatma.
"Musuh yang kita hadapi sangat berbahaya, bila memang itu adalah Arka maka kita juga tidak tau harus bagai mana." Xiela turut bicara.
"Jangan langsung menuduh nya, kita masih belum tau pasti." sergah Purnama sambil berjalan memasuki kamar nya Arka.
"Kau terus saja membela nya, padahal kau juga curiga pada dia." keluh Fatma menarik nafas berat.
Purnama tidak menjawab karena dia sekarang sudah berhadapan dengan keponakan tampan nya ini, apa lagi sudah selesai mandi dan Arka juga bisa berdandan sendiri agar terlihat tampan dan juga rapi.
"Anak Mama sudah mandi, mau sarapan ya, Nak?" Purnama berjongkok di depan Arka.
"Ibu buat sarapan untuk ku tadi, Mama sudah sarapan?" Arka menatap Purnama juga, sama sekali tidak menghindari kontak mata dengan Ratu ular.
"Sudah, tadi Mama beli di luar." Purnama tersenyum lebar, walau dalam hati nya mengeluh karena lagi lagi dia tidak bisa membaca pikiran Arka.
"Kalau belum ayo sarapan sama Arka." ajak Arka pula.
"Arka saja yang sarapan lah, Mama sudah kok tadi." tolak Purnama mengajak keponakan nya duduk.
Arka duduk di meja makan dan menikmati sarapan nasi goreng yang Fatma buatkan, tak lupa juga susu di meja sudah siap karena setiap pagi memang itu rutinitas nya Arka, walau pun sedang tidak sekolah sekali pun.
Ini bab terakhir untuk hari ini ya, maafkan kalau banyak typo karena ini ngetik sambil ngobrol sama yang punya pesta. untung othor anak bungsu sehingga enggak terlalu di ajak ngobrol, yang tua tua aja yang fokus🤣