NovelToon NovelToon
KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Akademi Sihir / Light Novel
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: NAJIL

Menceritakan perjalanan raja iblis tak terkalahkan yang dulu pernah mengguncang kestabilan tiga alam serta membuat porak-poranda Kekaisaran Surgawi, namun setelah di segel oleh semesta dan mengetahui siapa dia sebenarnya perlahan sosoknya nya menjadi lebih baik. Setelah itu dia membuat Negara di mana semua ras dapat hidup berdampingan dan di cintai rakyat nya.

Selain raja iblis, cerita juga menceritakan perjuangan sosok Ethan Valkrey, pemuda 19 tahun sekaligus pangeran kerajaan Havana yang terlahir tanpa skill namun sangat bijaksana serta jenius, hidup dengan perlakukan berbeda dari ayahnya dan di anggap anak gagal. Meskipun begitu tekadnya untuk menjadi pahlawan terhebat sepanjang masa tak pernah hilang, hingga pada akhirnya dia berhasil membangkitkan skill nya, skill paling mengerikan yang pernah di miliki entitas langit dengan kultivasi tingkat tertinggi.

Keduanya lalu di pertemukan dan sejak saat itu hubungan antara bangsa iblis dan ras dunia semakin damai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAJIL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25

Tak lama setelah mereka selesai menikmati hidangan, suara teriakan keras menggema dari kejauhan, memecah keheningan malam. Jeritan itu begitu memekakkan telinga hingga membangunkan burung-burung dan hewan-hewan yang tengah terlelap.

Suasana hutan berubah drastis—gemuruh menggema, asap tebal bercampur hawa panas menjulang tinggi ke langit malam, sementara tanah bergetar seolah tak stabil, diiringi angin kencang yang tiba-tiba muncul tanpa peringatan.

“Leo! Cepat kabur! Dia bukan musuh sembarangan! Kita bukan lawan yang bisa mengatasinya!” teriakan itu begitu lantang, memancarkan kepanikan yang tak biasa.

Enzo dan Leo saling bertukar pandang, wajah keduanya menegang. Namun, Leo hanya bisa menggeleng dengan ekspresi yang seolah berkata, Ah, aku sudah menduga ini bakal terjadi. Mereka segera berlari menuju sumber suara.

Ketika tiba di lokasi, mereka mendapati Brock, sang naga superior, berdiri terpaku dengan mata membelalak. Tubuhnya, yang biasanya gagah dan kokoh, terlihat gemetar hebat. Brock tersentak mundur beberapa meter, mulutnya terbuka lebar tanpa suara, sementara air liurnya jatuh tanpa kendali.

“Di... Dia sangat berbahaya, Leo! Cepat menjauh! Jangan dekati dia!” suara Brock terdengar bergetar, penuh ketakutan yang sulit dipercaya.

“Segera menjauh... Aku tak bisa melawannya! Dia sama kuatnya dengan ayahku!” lanjut Brock dengan suara bergetar, hampir seperti bisikan. Matanya terus memandang Enzo, yang berdiri tak jauh di sana.

Enzo, sementara itu, berdiri dengan tenang di tengah suasana kacau. Namun, tatapannya mengerikan—mata tajamnya seperti menusuk Brock tanpa ampun. Aura gelap yang mengelilinginya terasa begitu berat, seakan mencekik seluruh makhluk di sekitarnya. Meski terlihat tenang, dalam hatinya, Enzo sebenarnya hanya ingin memberikan pelajaran lagi pada Brock. Namun ia sengaja mempermainkannya, membuat sang naga ketakutan setengah mati.

“Yo, akhirnya kau sadar juga,” ujar Enzo dengan nada santai, tapi senyuman di wajahnya mengerikan. “Aku akan mengoyak kulitmu dan menjadikannya hidangan yang lezat. Hmm… Hanya membayangkannya saja sudah membuatku lapar.” Lidahnya menjulur, seolah benar-benar menikmati bayangan itu.

Brock tersentak lebih jauh ke belakang, matanya membulat semakin penuh ketakutan. Sosok naga superior yang biasanya gagah kini berubah menjadi bayangan dirinya yang rapuh.

Intimidasi Enzo terasa seperti belenggu tak kasatmata yang menghancurkan jiwanya. Suara gemuruh hutan perlahan memudar, digantikan oleh suara detak jantung Brock yang berdegup kencang dalam ketakutan.

Namun ketegangan itu mendadak terhenti ketika Leo melompat dengan gesit dan langsung memberikan pukulan ringan ke kepala Brock. “Sudah kubilang untuk tidak asal menyerang, tapi kau malah mengabaikannya,” ucap Leo dengan nada penuh pengertian, namun jelas menunjukkan rasa jengkel.

“Sial, apa yang kau lakukan, Leo? Kenapa tiba-tiba memukulku seperti itu?” Brock mengeluh sambil memegangi kepalanya, ekspresinya menunjukkan kebingungan sekaligus kesal.

“Itu karena kau selalu ceroboh dan sering meremehkan keadaan. Pemuda iblis yang kau serang tadi tidak jahat seperti iblis lainnya,” jawab Leo sambil menatap ke arah Enzo, yang berdiri dengan ekspresi santai namun penuh kewaspadaan.

“Mana kutahu! Yang kukenal selama ini, semua iblis itu jahat. Lagipula, apa salahnya menyerang iblis? Mereka kan makhluk yang suka membuat kerusakan,” Brock menjawab dengan nada setengah kesal, masih sibuk menggosok kepalanya yang sakit akibat pukulan Leo.

Leo hanya menghela napas panjang, sementara Enzo memandang keduanya dengan tatapan heran bercampur geli. Seperti itulah tingkah konyol dua sahabat sejati, penuh hiruk tawa, kegembiraan, dan kadang kekonyolan. Namun, itu bukan berarti hubungan mereka retak. Sebaliknya, semua itu justru membuat hubungan Leo dan Brock semakin akrab dan penuh warna.

Sebelumnya, Leo dan Brock menerima laporan dari salah satu penghuni hutan kematian tentang kemunculan sosok iblis berwujud manusia di sekitar danau hutan kematian bagian selatan. Sosok itu tampak mondar-mandir dengan tujuan yang tidak diketahui. Dugaan mereka, ini mungkin iblis kontrak yang menyembunyikan niat tersembunyi.

Mendengar kabar tersebut, keduanya langsung memutuskan untuk menyelidiki. Saat tiba di lokasi, mereka justru dikejutkan dengan pemandangan yang tidak biasa: sebuah rumah sederhana berdiri di tengah hutan yang suram, lengkap dengan ladang dan kebun besar yang tertata rapi di belakangnya. Pemandangan itu benar-benar aneh untuk sosok iblis, yang biasanya identik dengan kehancuran dan kegelapan.

Leo segera memerintah Brock untuk memantau dengan hati-hati. Ia merasa ada sesuatu yang unik dengan iblis ini, dan siapa tahu, mereka bisa menemukan wawasan baru tentang makhluk-makhluk dari alam lain. Namun, seperti biasanya, Brock yang terkenal impulsif langsung mengabaikan perintah Leo. Dengan penuh percaya diri, dia memutuskan untuk menyerang Enzo tanpa mempelajari situasi lebih dulu.

Serangan mendadak Brock menghancurkan sebagian kebun milik Enzo. Tentu saja, hal itu membuat Enzo marah besar. Pertarungan pun tak terhindarkan. Meski begitu, dalam hati kecilnya, Enzo hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Brock yang sembrono.

Itulah awal mula pertemuan mereka—suatu kejadian yang kacau, namun pada akhirnya membawa cerita baru bagi hubungan mereka bertiga.

Setelah mendapat sedikit informasi dari Leo tentang Enzo, Brock perlahan mencoba memahami sosok iblis muda itu. Namun, skeptisisme masih menyelimuti pikirannya. "Lantas, jika dia memang baik, apa buktinya? Bukankah iblis sangat licik? Aku sudah hidup ratusan tahun, Leo, dan cukup paham bagaimana cara mereka berpikir," ucap Brock, masih dengan nada ragu dan tatapan waspada.

Leo hanya mendengus pelan, lalu menjawab sambil menyilangkan tangan. "Cih... kau ini masih saja keras kepala."

Namun sebelum Leo melanjutkan, Enzo berbicara dengan nada santai, namun penuh ketegasan. "Jika aku jahat, aku bisa saja langsung membunuhmu dan menjadikanmu santapan. Tapi nyatanya, aku membiarkanmu hidup. Bukankah itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa aku tidak seburuk yang kau pikirkan?"

Ucapan itu membuat Brock terdiam sejenak. Matanya membelalak kecil, dan ia terlihat berpikir keras. Kata-kata Enzo memang masuk akal, dan sejujurnya ia tak bisa membantah. Meski begitu, naluri kewaspadaan yang dibangun selama ratusan tahun tak mudah ia singkirkan begitu saja.

Beberapa saat kemudian, Brock melesat mendekati Leo. Dengan nada berbisik yang konyol, namun dengan ekspresi serius, ia berkata, "Leo, kau benar-benar yakin dia iblis yang baik? Aku masih ragu, meskipun apa yang dia katakan barusan memang benar."

Leo hanya memutar matanya, hampir putus asa menghadapi sifat keras kepala sahabatnya itu. Di sisi lain, Enzo yang mendengar percakapan mereka hanya tersenyum kecil, memahami bahwa kewaspadaan Brock hanyalah naluri alami yang sangat berguna, terutama di tempat berbahaya seperti hutan kematian ini.

Meski di awal Brock terlihat gagah dan dingin, sifat aslinya yang penuh kekonyolan mulai terlihat. Sosok naga superior itu ternyata tak lebih dari makhluk aneh dengan tingkah yang sering membuat orang di sekitarnya menggelengkan kepala. Namun, justru sifat itu yang membuat suasana menjadi lebih hidup.

"Sudahlah, itu tidak penting. Lagipula aku tidak butuh pengakuan darimu," ucap Enzo santai, sembari berbalik badan, memperlihatkan punggungnya yang gagah. "Aku hanya ingin membuat seluruh alam mendapatkan kehidupan yang baik. Aku, Enzo, akan menjadi sosok yang dikenang oleh seluruh makhluk, bukan sebagai penjahat, melainkan sebagai pahlawan."

Dia berjalan pelan menuju kebunnya yang sudah dia perbaiki setelah pertarungan tadi. Tatapan matanya lembut, penuh kebanggaan, seperti seorang petani yang mencintai setiap inci tanah yang diolahnya.

Namun, sebelum sepenuhnya menjauh, Enzo mengangkat tangannya, dan asap hitam pekat muncul dari udara, meliuk-liuk seperti ular. Tiba-tiba, dari asap itu, makanan yang telah ia masak bersama Leo jatuh ke tanah, tertata rapi dalam jumlah yang sangat banyak.

"Sebelum itu," katanya sambil menoleh sedikit ke belakang, "makanlah ini. Aku dan temanmu telah membuat masakan untukmu. Anggap saja ini sebagai permintaan maafku atas sedikit kekacauan tadi. Terimakasih telah singgah di sini."

Brock hanya bisa melongo melihat tumpukan makanan di depannya. Aroma yang menggoda membuatnya lupa akan ketegangan yang baru saja terjadi. Namun, dia lantas berucap.

"Tunggu, sekarang aku percaya jika kau iblis yang baik hati," ucap Brock tiba-tiba, berdiri dengan tubuh tegap dan tatapan penuh keyakinan. Nada suaranya berubah drastis, tidak lagi dipenuhi keraguan dan kekonyolan seperti sebelumnya. Ada keteguhan dalam setiap kata yang terucap.

Leo melirik ke arahnya, alisnya sedikit terangkat. "Melihat makanan sebanyak ini, pikiranmu seketika berubah, ya? Kau ini memang selalu aneh," katanya santai sambil melipat tangan di dada, memandang Brock yang masih terpaku menatap punggung Enzo yang berjalan semakin menjauh.

Brock menggeleng pelan, sorot matanya menjadi serius. "Bukan karena makanan ini, Leo," gumamnya dengan nada rendah namun penuh keyakinan. "Tapi cara dia mengucapkan terima kasih... Itu bukan ucapan seorang iblis. Aku yakin dia berbeda. Sangat berbeda dari iblis-iblis lainnya."

Leo terdiam sesaat, lalu menoleh kembali ke arah Enzo yang kini berdiri di tengah kebunnya, menikmati pemandangan malam sambil memejamkan mata sejenak. Angin berhembus lembut, membuat rambut hitam Enzo sedikit berkibar, dan suasana di sekitar mereka terasa jauh lebih tenang.

"Entahlah, mungkin kau benar," jawab Leo akhirnya, senyumnya tipis namun tulus. "Tapi tetap saja, kau memang gampang berubah pikiran, Brock."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!