Demi melanjutkan hidup, Hanum terpaksa melarikan diri keluar kota untuk menghindari niat buruk ayah dan ibu tiri yang ingin menjualnya demi memperbanyak kekayaan. Namun siapa sangka kedatangannya ke kota itu justru mempertemukannya dengan cinta masa kecilnya yang kini telah menjadi dosen. Perjalanan hidup yang penuh lika-liku justru membawa mereka ke ranah pernikahan yang membuat hidup mereka rumit. Perbedaan usia, masalah keluarga, status, masa lalu Abyan, dan cinta segitiga pun turut menjadi bumbu dalam setiap bab kisah mereka. Lalu gimana rasanya menikah dengan dosen? Rasanya seperti kamu menjadi Lidya Hanum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seven
Seperti biasa, kebiasaan sejak lama dirinya memeluk malam tanpa suara. Duduk menghadap keluar jendela, ditemani angin malam yang sangat dingin. Tak lupa pula suasana yang sangat mendukung isi hatinya, sangat hening namun tidak dengan isi kepala. Dan seperti biasa tema malam nya adalah tentang luka.
Di sepanjang jalan ia melihat beberapa baliho ucapan selamat seorang pria setengah baya yang tersenyum lebar, memegang penghargaan, pria yang sangat ia benci. Ia memalingkan wajahnya dan mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu saat ibunya tiada.
Malam itu terasa mencekam di lorong rumah sakit yang sunyi, Abyan melihat orang – orang berlari tergesa – gesa terlebih lagi saat mendengar teriakan dari para perawat. Perasaan abyan terasa tidak enak, ia berlari menuju ruangan ibunya dirawat. Asap tebal sudah mulai merayap keluar dari celah pintu kamar ibunya. jantungnya berdegup sangat kencang, rasa takut bercampur adrenalin. Abyan menjatuhkan plastik putih yang ia bawa lalu berteriak dengan sangat kencang.
“BUNDAAAAAAAAAAAAA....” teriaknya seraya menembus kepulan asap yang semakin pekat. Ia berteriak dengan sangat kuat hingga terbatuk batuk.
Lidah – lidah api langsung menjilat keluar, seolah menyambut siapa saja yang mendekat. Didalam ruangan ia melihat ibunya, seorang wanita yang sudah tergeletak di atas lantai merintih kesakitan, wanita itu mencoba mendongak untuk melihat siapa yang datang. Api telah membakar sebagian tubuhnya, membuat Abyan terpaku dalam horor.
“Bundaaaaaaaaaaaaaaaaa...”
Liana sudah tidak sanggup untuk bersuara, ia hanya bisa merintih.
“Per...gi n..n...nakk” rintihnya.
Abyan berusaha mendekat , menahan panas yang menyengat kulitnya. Namun saat ia hanya berjarak beberapa langkah terdengar suara dentuman keras. Sebuah ledakan dari tabung oksigen yang berada di sisi ranjang, memuntahkan gelombang api dan udara panas. Ledakan itu begitu kuat hingga tubuh abyan terlempar keluar dari pintu ruangan. Seketika itu juga, pemandangan ibunya yang terbungkus api menjadi bayangan terakhir yang ia lihat sebelum tubuhnya tersungkur ke lantai.
Telinganya berdenging, pandangannya mulai kabur.
“Bunda... aku harus selamatin bunda...”
Ia berusaha bangkit namun tubuhnya tak lagi sanggup bergerak. Hawa panas dari kobaran api memaksa abyan untuk menjauh, meskipun hatinya terus memohon untuk tetap mendekat. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Rasa bersalah dan kehilangan menghantamnya sekuat gelombang api tadi.
Api terus membesar, meruntuhkan sebagian plafon ruangan. Para petugas pemadam kebarakan akhirnya tiba hanya bisa menarik abyan keluar dari lorong yang sudah penuh dengan asap.
Di luar Abyan hanya bisa terisak, ia mengantukkan kepalanya ke dinding, ia tidak bisa menyelamatkan nyawa ibunya. Ia teringat bagaimana kobaran api yang melahap ruangan tempat ibunya berada. Dalam kepalanya ia terus mendengar rintihan ibunya yang kesakitan, wajah ibunya yang penuh luka bakar.
"Dandan yang cantik, pak Wijaya bentar lagi kesini" pinta Mario.
Lagi dan lagi, Hanum tak bisa lepas dari cobaan ini. Mengingat ibunya yang saat ini sedang sakit, jika ia menolak pasti ayahnya akan memukuli ibunya lagi.
“Ibu mana? Kok aku nggak ada liat”
“Nenekmu sakit, jadi ibumu kerumah nenek”
“Kok ibu nggak ada bilang sama aku sih...”
“Udah cepetan pakai” mario menyodorkan paper bag itu kehadapan hanum.
Dengan berat hati jari jemari itu menyentuh paper bag berisi dress pendek selutut berwarna merah maroon.
Warna yang kelihatan mencolok seperti ini bukanlah style nya. Terlebih lagi baju itu sedikit terbuka.
"Ayah yakin, Hanum pakai baju kurang bahan kayak gini?" Tanya Hanum.
"Gak usah banyak tanya, cepat masuk ke kamar dan pakai baju itu. Jangan lupa dandan yang cantik, biar om Wijaya makin senang"
Hanum masih duduk di sofa sambil memandangi dress pendek itu. Mario yang tidak sabaran segera menarik lengan Hanum dan mendorongnya masuk ke kamar secara paksa.
"Jangan pakai lama Hanum" ucap Mario dari luar kamar.
Hanum menitikkan airmatanya. Ia benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa selain menurut pada ayahnya. Demi kecintaannya pada sang ibu, Hanum rela melakukan apa saja.
Mau pergi pun, Hanum tidak punya tujuan untuk pergi.
Hanum pun segera memakai dress tersebut. Ia menyisir rambutnya. Hanum melihat dirinya di cermin.
"Hanum Lo konyol banget, kayak tante-tante"
"Lihat deh baju yang Lo pakai ini, norak banget"
Tak lama kemudian Mario kembali mengetuk pintu kamar Hanum.
"Hanum?? Udah selesai belum? Pak Wijaya udah datang tuh"
Jantung Hanum semakin berdebar kencang, bukan karena ia jatuh cinta tapi karena ia sangat takut. Takut sesuatu yang tidak di inginkan terjadi padanya.
"Aku percaya tuhan akan selalu melindungi aku"
Hanum menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ia berjalan membuka pintu kamarnya, dan terlihat lah pria paruh baya duduk di sofa dengan senyum merekah di wajahnya. Menampilkan gigi nya yang besar dan hampir menguning, Benar-benar seorang pedofil.
Ia memandang Hanum penuh nafsu, tangan Hanum semakin dingin, kakinya bergetar tak sanggup melangkah.
"Ini Hanum sudah siap, cantik kan pak?" Tanya Mario.
"Wahh tidak usah di ragukan lagi Mario, putrimu benar-benar sangat cantik. Tipeku banget lah ini" ucap Mario sambil tertawa bangga.
"Bisa kita jalan sekarang Hanum?" Tanya Mario.
Hanum hanya diam menunduk.
Mario mencubit lengan Hanum.
"Jawab" bisik Mario.
"I.. iya, iya pak Wijaya, ki.. Ki.. kita j.. j.. jala.. jalan" Hanum mencoba menahan rasa sakit.
Mario lalu menyerahkan Hanum pada Wijaya. Wijaya dengan senang hati memegang tangan gadis SMA itu.
"Kami pergi dulu ya" ucap Wijaya.
"Iya pergi lah pak, selamat bersenang-senang ya" ucap Mario.
Hanum benar-benar telah dijual. Mario tersenyum jahat di depan pintu.
Wijaya membukakan pintu mobil agar Hanum masuk.
"Silahkan masuk calon istriku" ucap Wijaya yang membuat Hanum semakin takut.
Dengan ragu Hanum masuk kedalam mobil tersebut.
Setelah melihat mobil Wijaya menjauh dari pekarangan rumahnya, Mario masuk kedalam dan menutup pintu.
Ia menghampiri siska di gudang tempat istrinya yang tertidur pulas setelah ia berikan suntik bius secara paksa.
“Masih belum sadar dia?”
“Belum... aku udah kasih suntik 2 kali”
Mario tersenyum.
"Yaudah ayo kita pergi, tinggalin aja dia disini"
"Oke sayangg"
***
Di kediaman keluarga Tirtayasa mereka tengah merayakan pesta ulang tahun dengan sangat mewah dan meriah, mereka mempublish nya di siaran langsung televisi dan radio. Abyan yang masih dalam perjalanan pulang kerumah mendengar siaran radio tersebut, banyak orang - orang yang memuji ayahnya, sangat hebat, pemimpin yang bijaksana, ayah yang baik, suami yang baik dan hal - hal positif lainnya.
Abyan terkekeh, bagus sekali drama yang ditampilkan di khalayak ramai ini. padahal kenyataannya ini semua adalah kebusukan, penipu dan pembunuh. Sampai saat ini Abyan masih akan terus mencari pembunuh ibunya. Ia tidak percaya dengan bukti - bukti polisi yang menyatakan bahwa kebakaran yang terjadi pada waktu itu karena perbuatan ibunya sendiri, alias aksi bunuh diri.
Lanjut lee
gue bolak balik check mana cuman 1 bab lagi Thor 😭😭 tegaaaaaa banget...
Btw gue suka banget kak, sama pemeran pendukung nya, dimas sama Arumi semoga jadian yaaa 🤣🤣🤣🤣