Mo Xie, Iblis Merah yang ditakuti di seluruh Alam Shenzhou, dikenal sebagai penghancur dunia yang bahkan para dewa dan kultivator agung bersatu untuk mengalahkannya.
Namun, kematiannya bukanlah akhir. Mo Xie terlahir kembali di dunia kultivator modern sebagai dirinya yang dulu—seorang pria lemah yang direndahkan dan dihancurkan harga dirinya.
Dengan kekuatan dan kebijaksanaan dari kehidupannya sebagai Iblis Merah, Mo Xie bersumpah untuk membalas dendam pada mereka yang pernah meremehkannya dan menaklukkan dunia sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 Duel Yang Mempertaruhkan Harga Diri: Mo Xie Melawan Tian Lei
Tawa penonton semakin keras. Bahkan, beberapa murid Kelas C dan B di sekitar Tian Lei mulai menahan senyum, meskipun mereka berusaha untuk tetap terlihat netral. Hinaan Mo Xie langsung menusuk harga diri Tian Lei.
Dengan suara geram, Tian Lei menunjuk Mo Xie. “Cukup omong kosongmu, pecundang! Jika kau memang seberani itu, tunjukkan di arena. Aku menantangmu untuk berduel di sini, sekarang juga!”
Kerumunan langsung riuh. Semua orang tahu bahwa tantangan duel di arena adalah tradisi sakral akademi. Menolaknya sama saja dengan kehilangan muka di depan semua orang. Namun, beberapa dari mereka juga mulai tertarik dengan apa yang terjadi, lebih tepatnya tertarik melihat Mo Xie babak belur dihajar karena telah bersikap sombong.
Mo Xie menatap Tian Lei sejenak, kemudian melirik arena di belakangnya. Ia menghela napas pendek, lalu berkata dengan nada acuh, “Duel? Denganmu?” Ia menatap Tian Lei seolah pria itu adalah lelucon. “Aku tidak punya waktu untuk membuang tenaga pada sesuatu yang tidak berarti.”
Namun, sebelum Tian Lei sempat meledak lagi, Mo Xie menambahkan dengan senyum tipis, “Tapi baiklah, aku akan menerimanya. Lagipula, aku ingin tahu seberapa buruk ‘bakat kelas atas’ yang kalian banggakan itu.”
Sorakan langsung membahana. Semua orang kini semakin antusias. Seorang murid Kelas D, yang selama ini dipandang rendah, menerima tantangan dari Tian Lei, salah satu bintang Kelas C? Bagi mereka, ini akan menjadi pertunjukan penghinaan besar bagi Mo Xie.
Namun, saat Mo Xie melangkah santai menuju arena, beberapa murid tidak bisa mengabaikan sesuatu yang aneh—tatapannya. Itu bukan tatapan seorang yang akan kalah, melainkan seperti seseorang yang tahu persis apa yang akan terjadi. Tatapan seorang predator yang baru saja masuk ke sarang mangsanya.
Akhirnya, Mo Xie dan Tian Lei berdiri berhadapan di tengah arena. Sorakan dan ejekan penonton menggema di sekeliling mereka. Di tribun, sebagian besar murid yakin bahwa ini akan menjadi kekalahan telak bagi Mo Xie, sementara beberapa lainnya mulai penasaran dengan ketenangan yang ditunjukkannya.
Tian Lei tersenyum sinis, membusungkan dadanya dengan penuh percaya diri. “Mo Xie, aku sebenarnya kasihan padamu. Kau tahu, ini bukan hanya tentang melawanku, tapi juga tentang mempermalukan dirimu sendiri di depan semua orang. Aku takut setelah ini kau tak akan berani lagi menginjakkan kaki di akademi ini.”
Mo Xie tetap tenang. Ia melirik Tian Lei dari ujung kepala hingga kaki dengan tatapan yang terlihat jelas seperti penilaian kritis. “Oh? Kalau begitu, mari kita buat ini lebih menarik. Bagaimana kalau kita bertaruh?”
Tian Lei menyipitkan matanya. “Bertaruh? Apakah kau tidak sadar situasimu?" ucapnya sambil tersenyum mengejek. "Tapi baiklah. Apa taruhannya, pecundang?”
Mo Xie menahan senyumnya, lalu berkata dengan nada yang cukup keras untuk didengar semua orang, “Yang kalah harus menjilat kaki pemenang di depan semua orang di sini.”
Kerumunan langsung heboh. Sebagian besar murid tertawa terbahak-bahak, sementara yang lain berseru tak percaya. Mereka semua menganggap bahwa taruhan yang dipasang Mo Xie adalah sesuatu yang nantinya hanya akan mempermalukannya.
Wajah Tian Lei penuh kesombongan. “Baiklah! Kau yang memintanya, jadi jangan menangis ketika aku memaksamu melakukannya nanti!”
Mo Xie hanya tersenyum tipis, lalu mengambil posisi santai di arena. Ia berdiri dengan satu tangan di belakang punggungnya, sementara tangan lainnya menunjuk Tian Lei dengan gerakan ringan. “Mulailah kapan saja. Aku akan memberimu kesempatan pertama.”
Ejekan itu memicu ledakan emosi Tian Lei. Dengan teriakan marah, ia menyalurkan Qi-nya, menciptakan aura biru yang menyelimuti tubuhnya. “Kau terlalu sombong, pecundang! Aku akan membuatmu menyesal!”
Tian Lei melesat maju dengan kecepatan tinggi, tinjunya yang dilapisi energi Qi mengarah langsung ke wajah Mo Xie. Penonton menahan napas, yakin bahwa serangan itu akan menghantamnya dengan keras.
Namun, yang terjadi justru mengejutkan semua orang. Mo Xie hanya menggeser kakinya sedikit, tubuhnya bergerak seolah mengalir mengikuti angin. Serangan Tian Lei meleset begitu saja, tanpa sedikit pun menyentuh Mo Xie.
“Lambat,” komentar Mo Xie dengan nada datar.
Sorakan dan tawa langsung terdengar dari penonton. Tian Lei, yang tidak percaya dirinya gagal melancarkan serangan pertama, kembali melanjutkan serangannya. Ia melancarkan pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan, tetapi Mo Xie menghindari semuanya dengan gerakan yang tampak terlalu santai untuk dianggap serius.
“Kau serius?” kata Mo Xie sambil memiringkan kepalanya, menghindari serangan yang nyaris mengenai pipinya. “Kalau ini yang disebut bakat Kelas C, aku rasa Kelas D sebenarnya jauh lebih baik.”
Wajah Tian Lei memerah karena malu dan marah. “BERHENTI BICARA OMONG KOSONG, PECUNDANG!” teriaknya. Ia lalu melompat mundur, mengumpulkan energi Qi di tangannya. Sebuah bola energi biru yang berputar-putar terbentuk di telapak tangannya, menciptakan riak-riak energi yang membuat kerumunan bersorak.
“Tian Lei sampai menggunakan jurus terbaiknya untuk melawan sampah itu!” teriak salah satu murid berseru.
“Sekarang dia selesai. Tidak mungkin Mo Xie bisa menghadapi itu,” sahut yang lainnya.
Tian Lei meluncurkan bola energi itu ke arah Mo Xie dengan kecepatan tinggi. Serangan itu menciptakan angin kencang yang berputar-putar, seolah mengancam untuk menghancurkan apa pun yang dilaluinya.
Namun, Mo Xie tetap tidak bergerak. Ia menunggu hingga bola energi hampir mencapai dirinya, lalu dengan satu gerakan cepat, ia menepukkan telapak tangannya ke bola Qi itu. Penonton terdiam saat melihat bola energi biru itu berhenti, tertahan oleh satu tangan Mo Xie.
“Kau serius menyebut ini ‘teknik terbaikmu’?” tanya Mo Xie dengan nada mencemooh. Ia memutar bola energi itu di tangannya seolah-olah itu hanya mainan, lalu melemparkannya kembali ke Tian Lei.
Tian Lei terkejut dan tidak sempat menghindar. Bola energi itu menghantam tanah di depannya, menciptakan ledakan yang membuat tubuhnya terhempas ke belakang. Debu beterbangan, dan ketika debu itu mereda, Tian Lei tampak terhuyung-huyung dengan wajah pucat.
Penonton terdiam, lalu perlahan mulai bergemuruh dengan bisikan tak percaya.
“Apa-apaan itu?”
“Dia menghentikan Ledakan Gelombang Qi dengan satu tangan...”
“Mo Xie, murid Kelas D paling rendah, melakukan itu?!”
Mo Xie berjalan mendekati Tian Lei, menatapnya dengan dingin. “Apa kau sudah selesai? Atau kau ingin terus mempermalukan dirimu sendiri?”
Tian Lei mencoba menyerang lagi, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak dengan cepat. Sebelum ia sempat melancarkan serangan, Mo Xie menghilang dari pandangannya dan muncul di belakangnya. Dengan satu tendangan ringan, Mo Xie menjatuhkan Tian Lei ke tanah.
“Dan begitulah seorang bintang Kelas C kalah di hadapan ‘pecundang,’” kata Mo Xie dengan suara yang cukup keras untuk didengar semua orang. “Sekarang, jangan lupa taruhannya.”
Tian Lei terdiam, wajahnya berubah pucat. Penonton berseru kaget, dan beberapa mulai tertawa mengejek Tian Lei. Mo Xie, dengan sikap santai, melipat tangannya di dada dan menunggu. “Atau kau ingin lari? Itu akan lebih memalukan.”