Setelah Mende berhasil merebut Prasetya dari istri nya yang bernama Fiona, wanita itu mengira hidup nya akan indah seperti impian nya.
Hidup bahagia dengan Prasetya yang pegawai kantoran dan tinggal dirumah megah dengan segala kemewahan yang dimiliki pria itu.
Namun dia lupa jika hukum tabur tuai itu ada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sidang Perceraian Fiona berjalan sangat cepat, karena Pras tidak pernah menghadiri panggilan sidang. hal itu membuat proses perceraian nya semakin cepat.
Pria itu memang sengaja tidak hadir karena ingin segera bercerai dengan Fiona, ia juga ingin cepat menikahi Mende.
Pria itu kini tengah berada di apartemen Mende.
"Mas, kenapa buru buru" tanya Mende.
"Ibu sendirian di rumah"
"Ya sudah lah, nanti malam aja kita ketemu. sekarang tu kita sudah bebas mau ngapain aja, karena kamu sudah menduda"
"Iya, kamu benar. ya sudah aku pergi dulu ya"
Bergegas Pras pulang ke rumah nya, tapi baru sampai di rumah nya ia sudah mendapatkan ceramah dari ibu nya panjang lebar.
Sumpah serapah masih sering terlontar dari mulut tua bu Soraya.
Seolah dia lupa dengan keadaan nya yang sedang sakit.
"Ibu mau ketemu Caraka, ibu kangen sudah satu bulan ibu gak ketemu Caraka"
"Bu, sudah lah bu, Caraka sudah di bawa Fiona pergi dan aku tidak tau mereka ada dimana sekarang. mungkin dia sudah jadi gelandangan diluar sana"
"Kamu ini bodoh, lihat saja sejak tidak ada Fiona di rumah ini semuanya kacau"
"Bu ibu gak berhak mengatur hidup ku, lagian suami mana yang betah tidur dengan istri kumal itu, lagi pula Fiona juga tidak pernah merawat dirinya"
"Hay,, Prasetya. apa pernah kamu membantu Fiona di rumah ini? semua dia kerjakan sendiri. apa pernah kamu memberikan uang lebih? kamu pikir uang segitu cukup buat satu bulan,. Fiona seperti itu karena sibuk ngurusin ibu dan anak mu. kalian yang anak anak ibu saja tidak pernah perduli, kalian sangat keterlaluan"
Bu Soraya kembali menangis, dapat ia rasakan bagaimana susah nya tidak ada Fiona di rumah ini.
Pras hanya diam, percuma saja ia melawan ibu nya ini sudah pasti akan kalah.
Pagi hari nya adalah hari yang di tunggu tunggu bagi Pras dan Mende.
hari ini mereka Pras dan Mende tengah melangsungkan acara pernikahan mereka.
Di sebuah gedung Mende terus menggandeng Pras seraya menyalami para tamu undangan yang kebanyakan adalah sahabat Mende dan beberapa teman kantor Pras.
Wanita itu terus memberikan senyuman manis nya pada para undangan yang sudah mulai berpamitan pulang.
Yang dalam pikiran nya, sebentar lagi ia akan hidup bahagia menjadi istri Prasetya.
Padahal ia lupa jika di rumah Prasetya ada ibu Soraya yang harus di urus dan jaga.
Setelah acara selesai, Pras membawa Mende pulang ke rumah nya.
Saat hendak masuk rumah, Mende di kejutkan oleh seorang wanita yang membuka kan pintu untuk mereka.
"Siapa dia mas"?
"Pembantu baru, buat ngurusin Ibu" ucap Pras.
Ya pagi itu sebelum Pras pergi untuk melangsungkan pernikahan nya dengan Mende.
Pria itu membawa seorang pembantu untuk menjaga ibu nya dirumah, Pras sengaja tidak membawa ibu nya ke acara pernikahan itu karena takut akan merepotkan dirinya disana.
Mendengar Jawaban Pras, Mende tertawa dalam hati nya.
"Baguslah, setidaknya si tua bangka ini tidak membuat ku repot" ucap Mende dalam hati.
Mende berjalan masuk, mengitari semua isi rumah itu.
Wanita itu melihat foto pernikahan Pras dengan fiona, ada juga foto Caraka waktu masih bayi terpajang dengan rapi di ruang keluarga.
Bergegas Mende mengambil semua foto itu lalu membuang nya keluar.
"Sayang, kenapa foto Caraka di buang jug"? Protes Pras.
" Sudah lah mas, gak usah mengingat masa lalu. aku juga bisa memberikan mu anak, ngapain juga masih mengingat anak dari wanita kumel itu"!
Pras terdiam, pria itu mengangguk tanda setuju.
Pras seolah lupa jika Caraka adalah darah daging nya sendiri.
Hanya karena ia begitu penurut dengan Mende, bahkan sebelum jadi istri pun wanita itu sudah banyak mengatur.
"Mas,, aku langsung ke kamar mu ya, badan ku capek semua pengen istirahat"
"Istirahat lah, aku harus harus melihat ibu dulu"
Mende langsung masuk ke kamar Pras, sementar pria itu harus melihat keadaan ibu nya yang sangat cerewet sekali itu.
Baru saja ia masuk ke dalam kamar, Pras sudah mendengar tangis ibu nya.
"Ibu kenapa mbak marni"? Tanya Pras pada perawat bu Soraya.
" Ibu dari tadi menangis terus, katanya pengen ketemu Caraka dan Fiona "
Pras terdiam, pria itu membuat nafas panjang nya.
"Gak usah nangis bu, ibu seperti anak kecil saja"
"Ibu mau ketemu Caraka, ibu kangen. suruh Caraka pulang"
"Aku gak tau, Fiona dan Caraka tingal dimana. sudah lah bu, biarin aja mereka. lagian itu sudah keputusan fiona, kalau Fiona kesusahan nanti pasti akan mengantarkan Caraka kesini"
Bu Soraya semakin menangis, ia benar-benar rindu pada Fiona dan Caraka. apa lagi selama ini Fiona sudah mengurus nya dengan sangat tulus dan ikhlas.
Pras benar benar di buat pusing p dengan sikap ibu nya.
Tanpa menghiraukan tangisan ibu nya, Pras memilih kembali ke kamar nya menemui istri baru nya.
Baru satu malam tidur di rumah itu, tapi sudah membuat Mende merasa tidak betah karena ibu mertuanya suka berteriak memanggil Pras.
Geram sudah pasti, tapi tetap saja ia tak bisa berkomentar karena tidak enak hati pada Prasetya.
"Kamu datangin ibu gih, mana tau ibu haus atau butuh sesuatu" titah Pras pada Mende.
"Bukanya ada perawat mas"?
" Entah lah, ibu sama sekali tidak mau dengan perawat itu. sudah sana kamu lihat dulu ibu"
Mende menghembuskan nafas kasar nya, mau tidak mau wanita itu pergi ke kamar ibu mertua nya di tengah malam.
"Apa sih bu, ganggu orang tidur aja" ketus Mende.
"Aku pengin buang air kecil, cepat anterin aku"
"kan ada perawat, kenapa gak panggil perawat ibu saja"
"Ibu gak mau sama perawat, cepat anterin bodoh"
Mende tercengang, seumur hidup Ia tidak pernah mengurus orang sakit apa lagi lumpuh.
"Cepat bodoh" hardik bu Soraya yang sudah tidak tahan lagi.
"Aduh ibu, mana mungkin aku mengendong ibu sendirian berat tau, yang benar aja deh"
sedikit berdebat, hingga pada akhirnya Mende membangunkan suaminya.
Dengan setengah mengantuk, Pras pergi ke kamar ibu nya yang ternyata sudah kencing di atas kamar tidur.
"Kamu ganti pakai ibu, biar aku yang ganti alas tidur nya" ujar Pras.
Sekali lagi Mende tercengang, wanita itu menatap jijik pada ibu mertua nya.
"Mas, aku gak mau. ibu Baik pusing aku gak kuat"
huek.. huek..
Wanita itu langsung keluar dari kamar ibu mertuanya.
Tentu saja hal itu membuat bu Soraya semakin jengkel.
"Menantu kurang gajar, bodoh dan sinting" sumpah serapah bu Soraya menembus dinding telinga.
Pras hanya diam sama sambil menunggu ibu nya, yang tengah di bersihkan oleh Marni.
Setelah semua beres pras kembali ke kamar nya, dan melihat Mende sudah terlelap tidur nya.
Pria itu pun kembali melanjutkannya tidur nya.
m ibuy sdh ga punya apa²,,dan fitnah sukses sm kerjaany
.