Seorang wanita bernama Arabella Gwenevieve berusia 22 tahun.. Hidupnya begitu kelam setelah dijual oleh kedua orang tuanya dan menikah dengan seorang pria yang dijodohkan dengannya.. Namun pernikahan tersebut hanya berlangsung selama beberapa bulan dan suaminya kembali mencampakkannya.. Hidupnya berubah setelah bertemu dengan seorang mafia yang sangat kejam dan di takuti di kota tersebut..
penasaran seperti apa kisahnya?
Ikuti Kisah nya terus.. jgn lupa like and vote sebanyak banyaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya genza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Charles berdiri di kamar arabella, menunggu pelayan membantu arabella membersihkan diri dari darah yang menempel di tubuhnya.
"Kemana dokter sialan itu.? Kenapa dia lama sekali.! " Ucap charles marah lalu ia pergi keluar dari kamar arabella.
Arabella keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terbalut handuk. Ia langsung dipaksa berbaring di atas tempat tidur.
Charles kembali dengan membawa kotak p3k di tangannya. Ia melihat arabella tengah terbaring di atas tempat tidur dalam keadaan lemas karena ketakutan.
"Bangunlah." Ucap charles. mata arabella terbuka dan menatap charles dengan tatapan horor.
"Apa yang akan kau lakukan.? " Tanya arabella.
Charles mengulurkan tangannya menarik selimut arabella. Karena terlalu cepat arabella tidak bisa mencegahnya. Begitu selimut tersibak, arabella menahan nafas. Tubuhnya langsung meringkuk. Namun terlambat, charles sudah melihat bagian tubuh atas arabella yang polos.
"Sial.! Aku tidak tau kau T e l a n j a n g.! " Umpat charles. Dengan cepat gairah charles bangkit.
"Kau memang pembawa masalah.! " Umpat charles lagi.
"Pelayan.! " Panggil tegas charles di ambang pintu.
Membuat beberapa pelayan datang berlarian dengan raut wajah penuh rasa bersalah dan penuh ketakutan.
"Tuan memanggil.? " Ucap salah satu pelayan.
"Ya.! Kenapa kalian tidak memakaikan pakaian pada gadis itu.!? " Tanya charles. para pelayan itu saling tatap.
"Nona yang memintanya, karena nona ingin ditinggal sendirian selama sepuluh menit untuk menenangkan diri. Jadi kami pergi tuan. " Jelas salah satu pelayan.
Rahang charles mengeras, tubuhnya terasa setegang kawat, napasnya memburu kasar, dan kedua tangannya terkepal erat sampai urat uratnya bertonjolan.
"Pakaikan gadis itu gaun tidur.! Waktumu lima menit.! " Perintah charles tegas.
Setelah mendengar itu, para pelayan langsung bergegas masuk ke dalam kamar tempat di mana arabella tengah meringkuk di dalam selimut.
Sementara itu charles pergi ke bar disisi mansion. Disana ada keyli, pelayan pria yang cekatan dan sudah bertahun tahun mengabdi pada charles.
"Minum tuan.? " Tanya keyli sang pelayan..
"B r e n d i dengan es batu.! " Ucap charles.
"Tentu."
Keyli dengan cekatan meraih sebotol b r e n d i , menambahkannya dengan es batu dan menuangkannya ke dalam gelas kristal dengan gayanya yang khas. Keyli selalu gesit, bar merupakan pusat hidupnya dan menjadi bartender menjadi pekerjaannya sejak ia cukup pandai menggunakan otak dan otot. Pria itu bertubuh ramping dan tinggi, punya senyum yang agak menyeramkan seperti predator.
"Silahkan tuan." Ucapnya menyodorkan gelas kristal tersebut.
Charles meraih gelas kristal itu, lalu melepaskan kekesalannya dengan menelan cairan keemasan di dalamnya secara kasar. Ia menggeram sebentar sambil menggenggam gelas itu.
Mata birunya menatap sisa cairan dalam gelas, masih terbayang dengan jelas apa yang ia lihat beberapa saat yang lalu. Dua buah gundukan sintal yang lembut, dengan puncak d a d a yang merah muda dan mungil.
"Sialan.! " Umpatnya.
Entah gadis itu bodoh atau justru sangat cerdas, yang jelas dia benar benar gadis yang licik. Sepertinya ia tahu bahwa charles lemah jika soal g a i r a h. Charles tahu tubuhnya sangat menginginkan gadis itu bahkan dari saat pertama kali bertemu. Ditambah lagi, sudah sebulan charles berpuasa.
"Tambah lagi.! " Perintah charles.
Keyli menambah b r e n d i lagi, charles menegukknya, lalu meletakkan gelas kristal tersebut dengan kasar. Ia berdiri, melepaskan dasi yang masih tergantung di leher dan melepaskan beberapa kancing kemeja nya sambil berjalan kembali ke kamar arabella.
Pelayan yang tadi dipanggil charles, keluar dari kamar dengan terburu buru. Charles masuk dan melihat ke arah tempat tidur dimana arabella masih terbaring dalam posisi yang sama.
Dari sisi ranjang, mata biru charles menyipit melihat kotak p3k yang masih berada di tempat yang sama ketika ia meninggalkannya.
"Dimana dokter sialan itu.? Apa dia dirampok di tengah jalan.? " Gerutu charles dalam hati.
Seperti dejavu, arabella lagi lagi membuka mata dan netra mereka bertatapan. Arabella langsung mengalihkan pandangan. Wajahnya yang tadinya pucat sekarang sudah bewarna.
Charles mengulurkan tangan, mencoba menyibak selimut arabella. Namun kali ini arabella berhasil menahan selimutnya di dada.
"Jangan tuan. A.. Apa yang kau inginkan.? " Arabella menatap charles dengan tatapan putus asa.
Arabella tidak benar benar bisa menahan kekuatan cengkeraman tangan charles pada selimut. Jari jarinya terasa lemah dan kebas. Sampai sampai arabella melepaskan selimut itu tanpa daya. Membiarkan tubuhnya terlihat.
Kini arabella memakai gaun tidur satin, bewarna merah yang membuat kulitnya terlihat begitu pucat seperti mayat.
"Apa yang akan kau lakukan tuan.? " Tanya arabella ketakutan.
"Mencekikmu." Ucap charles, membuat mata hitam arabella melebar.
"Terlalu lama jika dengan mencekik. Lebih baik kau menembak ku saja agar aku langsung mati. " Ucap arabella.
"Oh ya.? "
Charles mengeluarkan pistol dari sabuk yang terselip di belakang pinggangnya. Menjadi seorang pemimpin kelompok membuat charles harus terus waspada terhadap apapun, pria itu selalu membawa senjata kemanapun ia pergi, tentunya lengkap dengan amunisi.
Pistol bagaikan teman akrab bagi charles sejak ia berumur cukup untuk belajar senjata.
"Kau ingin merasakan satu peluru saja nona.? " Bibir charles membentuk seringai tajam
"Kebetulan dokter sedang menuju ke sini, jadi kau bisa langsung diberikan pertolongan pertama. " Ujar charles.
Ancaman di mata biru charles membuat wajah arabella yang sebelumnya mulai bewarna kini membuatnya pucat kembali. Arabella benar benar takut pada charles karena melihat ia mem b u n u h sebelumnya.
Bagi charles, mem b u n u h mungkin adalah hal biasa. Karena peraturannya mem b u n u h atau di b u n u h. Sementara itu dunia arabella jauh berbeda dengan dunia charles.
Arabella hanya gadis biasa, yang menginginkan kehidupan normal, yang hanya ingin melanjutkan pendidikan dan melunasi hutang hutang nya.
Orang gila mana yang bersedia melihat seseorang di b u n u h di depan matanya. Itu adalah pengalaman paling buruk yang pernah arabella alami di sepanjang hidupnya. Satu kali ia melihat banyak pria t e w a s di depan matanya dan d a r a h nya mengenai tubuhnya.
Arabella bahkan masih bisa merasakan desakan rasa mual di perutnya. Amis d a r a h yang menempel di rambut dan kulitnya. Arabella ingin muntah lagi. Ia menelan ludah dengan susah payah.
"Baiklah. Silahkan t e m b a k aku sekarang. B u n u h saja aku sekalian. " Ucap arabella putus asa. Senyum di bibir charles hilang.
"Kau tidak akan m a t i semudah itu nona. Jangan bodoh. Singkirkan tanganmu dan perlihatkan luka yang kau miliki.! " Ucap charles.
HAPPY READING♥
Jangan Lupa Like, Komen, Subscribe Sayangku♥