Kael Draxon, penguasa dunia bawah yang ditakuti dan dihormati pada masa nya. Namun, di puncak kekuasaan nya, Kael Draxon di khianati oleh teman kepercayaan nya sendiri, Lucien.
Di ujung kematian nya, Kael bersumpah akan kembali untuk balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asep sigma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu Kael
Malam itu, Kael kembali ke asrama dengan tubuh yang terasa lelah setelah pertualangan berbahaya di pabrik. Rasa tegang masih menyelimuti pikirannya. Langkah kaki nya pelan saat memasuki ruangan asrama yang redup. Para pekerja lainnya sudah terlelap, suara dengkuran samar mengisi ruangan yang sunyi.
Kael berbaring di ranjangnya, menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Ia masih bisa merasakan dinginnya gudang, suara langkah penjaga, dan adrenalin yang berdenyut ketika hampir ketahuan. Sudah lama sekali Kael tidak merasakan perasaan ini.
Ia mengingat perasaan ini pernah dialaminya waktu kecil, ingatan yang berusaha ia kubur sedalam-dalamnya di alam bawah sadarnya.
Kael memejamkan mata, berharap menemukan ketenangan, dan bisa melupakan segalanya hari ini. Akan tetapi alih-alih bisa beristirahat, ingatan masa lalunya muncul ke permukaan. Membuat Kael kembali merasakan perasaan yang dulu di alaminya.
...****************...
Kael melihat dirinya sendiri, tetapi ia bukan dalam tubuh dewasanya. Ia kembali menjadi anak kecil, tubuh kurus dan kotor, dengan pakaian compang camping yang menempel di badannya. Malam itu, ia berlari sekuat tenaga di jalanan sempit sebuah kawasan kumuh. Di belakangnya, suara langkah kaki kasar menggema, semakin mendekat.
"Jangan biarkan dia kabur!" teriak salah satu pria dari gerombolan yang mengejarnya.
Kael kecil tidak berani menoleh. Napasnya tersengal, kakinya terasa berat, tetapi ketakutan membuat tubuhnya terus bergerak. Ia tahu jika tertangkal nasibnya tidak akan baik.
Gerombolan preman itu menganggapnya pencuri kecil—dan memang benar. Kael mencuri sepotong roti dari salah satu toko di pasar distrik bawah. Perutnya yang lapar tidak memberinya pilihan lain. Namun, bagi para preman yang menjaga wilayah itu, tindakannya adalah pelanggaran yang tidak bisa di biarkan.
Ia terus berlari memasuki gang-gang sempit yang lebih gelap. Tangannya menyentuh dinding bata yang dingin dan kasar untuk menjaga keseimbangan. Hujan mulai turun membuat jalannya licin dan semakin sulit.
Akhirnya, di sebuah sudut, Kael menemukan tempat bersembunyi—sebuah celah kecil di bawah tangga kayu tua. Ia merangkak masuk, menahan napas, dan mendengarkan suara langkah kaki para pengejarnya.
"Dia pasti di sekitar sini!"
Suara itu terdengar semakin dekat. Kael memeluk lututnya, tubuh kecilnya bergetar oleh dingin dan ketakutan. Ia menutup matanya, berharap gerombolan preman itu akan menyerah.
Namun, saat ia membuka mata, ia melihat sepasang mata lain menatapnya.
Di hadapannya, seorang anak laki- laki lain berjongkok, tubuhnya lebih besar dan tampak lebih terawat daripada Kael. Mata anak itu tajam, tetapi penuh keingintahuan di dalamnya.
Anak itu : (berbisik)
"Hei, kenapa kau bersembunyi disini?"
Kael terdiam tidak tahu harus menjawab apa. Tetapi suara para preman yang terasa semakin dekat membuatnya berbisik cepat.
Kael kecil : (panik)
"Tolong jangan bilang pada mereka. Aku.. aku cuma mencuri roti."
Anak itu mengangkat alis, lalu tersenyum tipis. Ia tampak memikirkan sesuatu sebelum berdiri dan berjalan keluar dari tempat persembunyian.
"Hei, kalian cari apa?" anak itu berteriak ke arah gerombolan.
Kael memandang dengan heran dan takut dari celah persembunyiannya.
Para preman itu menoleh ke Anak kecil yang berteriak itu. "Jangan ikut campur kau bocah, urusi saja urusanmu sendiri."
Anak kecil itu menyeringai lalu kembali berteriak. "Apakah kalian mencari anak kecil? Aku baru saja melihatnya."
Kael yang mendengar itu, panik seketika. Dia berencana keluar dari tempat persembunyiannya dan berlari lagi. Namun, anak kecil itu memberikan kode untuk tidak keluar.
Gerombolan preman itu menghampiri anak kecil itu. "Dimana kau melihat pencuri kecil itu bocah? Katakan dengan cepat."
"Aku melihat dia berlari kesana, ke gang belakang. Kalau kalian cepat, mungkin masih bisa menangkapnya." Kata anak kecil itu sambil menunjuk arah berlawanan dari tempat Kael bersembunyi.
Para preman tidak berpikir dua kali. Mereka langsung berlari ke arah yang di tunjukan, meninggalkan anak kecil itu berdiri sendirian.
Ketika suasana kembali sepi, anak itu membungkuk ke tempat Kael bersembunyi dan menyeringai.
"Kau aman sekarang, tapi kau harus berterima kasih padaku."
Kael keluar perlahan dari celah itu, tubuhnya masih gemetar.
"Kenapa kau membantuku?" tanya Kael kecil sambil menggenggam erat roti yang berhasil dicurinya.
Anak itu menyeringai. "Entahlah, aku hanya ingin berteman denganmu dan sepertinya kita bisa jadi partner yang hebat."
Kael mengernyitkan dahi, kebingungan. "Partner? Partner seperti apa?" tanya Kael.
"Entahlah, yang pastinya, mungkin kita bisa saling mengandalkan di tempat yang suram ini. Oh ya, namaku Lucien. Siapa namamu?" Kata anak kecil sambil tersenyum tipis dan mengulurkan tangan.
Kael menjabat tangan itu dengan ragu-ragu.
"Kael."
Tanpa mereka sadari. Di sinilah awal mula persahabatan mereka—dua anak kecil yang bertahan hidup di dunia bawah yang keras. Lucien mengajari Kael cara bertahan, cara mencuri dengan lebih cerdik dan cara menghadapi bahaya tanpa rasa takut. Mereka mejadi seperti saudara, tumbuh bersama di tengah kekacauan dan bahaya.
...****************...
Kael membuka matanya. Kenangan itu terasa begitu nyata, seolah-olah baru terjadi kemarin. Ia menatap sekeliling ruangan asrama yang gelap, mencoba memulihkan dirinya dari kenangan yang lewat itu.
"Lucien.." gumamnya, nama itu terasa sangat pahit di lidahnya.
Ia memegang dadanya, merasakan beban dan rasa sakit yang ia coba lupakan. Dahulu, Lucien adalah segalanya baginya—teman, saudara, bahkan seseorang yang ia percaya lebih dari siapa pun. Namun, pengkhianatan itu telah mengubah segalanya.
Kael memejamkan mata, berusaha untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang sudah sangat lelah. Dan berharap, semua hal yang ia alami sekarang hilang bersama gelapnya malam.