Deskripsi:
Di sebuah ruang sunyi yang dihiasi mawar merah dan lilin-lilin berpendar redup, seorang pengantin dengan gaun merah darah duduk dalam keheningan yang mencekam. Wajahnya pucat, matanya mengeluarkan air mata darah, membawa kisah pilu yang tak terucap. Mawar-mawar di sekelilingnya adalah simbol cinta dan tragedi, setiap kelopaknya menandakan nyawa yang terenggut dalam ritual terlarang. Siapa dia? Dan mengapa ia terperangkap di antara cinta dan kutukan?
Ketika seorang pria pemberani tanpa sengaja memasuki dunia yang tak kasat mata ini, ia menyadari bahwa pengantin itu bukan hanya hantu yang mencari pembalasan, tetapi juga jiwa yang merindukan akhir dari penderitaannya. Namun, untuk membebaskannya, ia harus menghadapi kutukan yang telah berakar dalam selama berabad-abad.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26: AWAL BARU
Dunia yang baru saja diselamatkan dari kehancuran itu mulai kembali merasakan sentuhan cahaya. Tetapi bagi Raka, dunia ini terasa seperti sesuatu yang asing. Sesuatu yang kosong dan penuh dengan kenangan akan pertempuran yang baru saja mereka lalui. Meskipun kekuatan gelap itu telah hancur, ada sesuatu yang tetap tertinggal dalam dirinya—perasaan akan kehilangan yang tak terucapkan, yang membayangi setiap langkah yang ia ambil.
Wanita penjaga dan pria tua itu berjalan di sampingnya, namun ada keheningan yang mendalam di antara mereka. Mereka sudah melalui pertempuran besar, dan meskipun kemenangan itu terasa manis, rasa pahit tetap tertinggal. Raka menyadari bahwa meskipun dunia ini kembali damai, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Perbaikan yang harus dilakukan. Dan yang terpenting, masa depan yang harus dibangun.
Ketika mereka keluar dari kuil yang kini hancur, mereka melihat langit yang cerah dan udara yang segar. Dunia ini sepertinya mulai pulih. Tetapi Raka tahu bahwa mereka tidak bisa hanya duduk diam. Tidak dengan semua yang telah terjadi. Tidak dengan semua yang telah hilang.
"Kita harus mencari cara untuk memperbaiki dunia ini," kata Raka, suaranya serius. "Semua ini, semua yang terjadi, tidak bisa hanya dibiarkan begitu saja."
Wanita penjaga itu memandangnya, matanya mengandung pemahaman yang dalam. "Kamu benar, Raka. Tetapi kita tidak bisa melakukannya sendirian. Dunia ini harus dipersatukan lagi."
"Tapi kita tidak tahu siapa yang harus kita percayai sekarang," kata pria tua itu dengan suara rendah. "Kegelapan itu mungkin telah hancur, tetapi masih ada banyak yang tersembunyi."
Raka mengangguk, merenung. Mereka memang telah mengalahkan ancaman terbesar yang ada, tetapi bukan berarti dunia ini bebas dari bahaya. Kekuasaan yang terlepas, meskipun telah dihancurkan, meninggalkan jejak yang dalam. Jejak yang bisa muncul kembali kapan saja.
"Tapi kita harus mulai dari suatu tempat," ujar Raka, menatap jauh ke depan. "Kami akan mencari orang-orang yang bisa dipercaya. Kami akan membangun kembali dunia ini, membangun kembali harapan."
Perjalanan mereka membawa mereka ke kota terdekat, di mana kehidupan mulai kembali normal setelah kekacauan yang terjadi. Raka dan teman-temannya berkeliling untuk berbicara dengan orang-orang, memastikan bahwa setiap desa dan kota yang mereka kunjungi merasa aman dan terlindungi. Tapi meskipun tampaknya dunia mulai pulih, Raka merasakan ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Kegelapan yang mereka hadapi tidak akan hilang hanya dengan menghancurkan batu hitam itu. Kegelapan itu ada di dalam setiap hati yang terluka, di setiap jiwa yang terguncang.
"Aku merasa ada yang salah," kata Raka pada malam hari, ketika mereka bertiga duduk bersama di sebuah penginapan yang sederhana. "Semua ini terasa terlalu mudah."
Wanita penjaga itu mengangguk. "Kegelapan itu mungkin telah hancur, tetapi bukan berarti kita bebas dari pengaruhnya. Kekuatan yang mereka miliki jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan."
Pria tua itu menambahkan, "Mereka yang membawa kegelapan itu mungkin telah hilang, tetapi ada yang lebih berbahaya yang masih mengintai—keinginan untuk kembali menguasai."
Raka merasa beban itu semakin berat. Meskipun mereka telah berhasil menghentikan kekuatan gelap yang menakutkan, ada banyak hal yang belum mereka pahami sepenuhnya. Kekuatan yang lebih besar, lebih licik, mungkin saja tengah bersembunyi di tempat yang tak terduga.
Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan mereka kini bukan hanya untuk melindungi dunia, tetapi untuk mencari tahu lebih jauh tentang siapa yang masih bersembunyi di balik tirai kegelapan. Mereka harus mencari jawaban, menemukan orang-orang yang mungkin bisa membantu mereka, dan yang paling penting, memastikan bahwa dunia ini tidak akan kembali jatuh ke tangan yang salah.
Perjalanan itu membawa mereka ke daerah yang lebih terpencil, di mana masyarakatnya mulai merasakan dampak dari pertempuran besar yang telah mereka alami. Beberapa tempat hancur, sementara yang lain mulai membangun kembali. Namun, meskipun dunia tampaknya mulai bangkit, Raka merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Aku merasa ada yang mengawasi kita," kata Raka dengan waspada, saat mereka berjalan melalui jalanan yang sepi di sebuah desa kecil. "Seperti ada yang mengintai."
Wanita penjaga itu menatapnya tajam. "Jangan khawatir. Kami tidak sendirian. Kami bersama-sama."
Namun, ketegangan di antara mereka semakin terasa. Mereka tahu bahwa kegelapan yang mereka hancurkan mungkin telah menghilang, tetapi bahaya yang lebih besar bisa saja datang kapan saja. Dan kali ini, mereka tidak tahu harus menghadapi apa.
Malam itu, mereka beristirahat di sebuah rumah sederhana yang ditemukan di pinggir desa. Pagi berikutnya, mereka mendapat kabar mengejutkan—sebuah kota besar yang terletak di dekat pegunungan telah hancur dalam sekejap. Warga yang selamat mengatakan bahwa mereka diserang oleh makhluk yang tak terlihat, yang muncul dari kegelapan. Mereka juga melaporkan bahwa beberapa orang yang selamat mengaku melihat bayangan gelap yang bergerak sendiri.
"Kita harus pergi ke sana," kata Raka, matanya penuh tekad. "Apa pun yang terjadi, kita harus menemukan apa yang sebenarnya terjadi."
Perjalanan mereka menuju kota itu penuh ketegangan. Setiap langkah terasa lebih berat, dan rasa waspada mereka semakin meningkat. Sesampainya di kota yang telah hancur, mereka melihat kehancuran yang luar biasa—bangunan yang runtuh, jalanan yang porak-poranda, dan tanda-tanda kekacauan yang tampaknya datang begitu cepat.
Di tengah kehancuran itu, mereka menemukan satu petunjuk—sebuah simbol yang sangat familiar, yang pernah mereka lihat di kuil yang telah mereka hancurkan. Namun kali ini, simbol itu tampak berbeda. Terlihat lebih hidup, seolah-olah mengeluarkan energi yang tidak terlihat.
"Kita harus mencari tahu lebih dalam tentang ini," kata pria tua itu, wajahnya tampak cemas. "Ini bukan hanya tentang kegelapan yang kita hancurkan. Ini lebih besar dari itu."
Raka mengangguk, hatinya bergejolak. Mereka tahu bahwa meskipun mereka telah menang, perang ini belum berakhir. Kegelapan yang mereka hadapi bukan hanya fisik, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang terpendam jauh di dalam jiwa manusia, dan mungkin, hanya mereka yang bisa menghentikannya.
"Kita harus lebih berhati-hati," kata wanita penjaga itu, matanya penuh dengan kewaspadaan. "Perjalanan kita masih panjang. Dan kita mungkin belum tahu apa yang sebenarnya akan kita hadapi."
Raka menatap langit yang gelap, seolah menunggu jawaban dari dunia yang penuh dengan misteri ini. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa perjalanan mereka hanya akan semakin sulit. Dan di depan sana, ada sesuatu yang lebih besar yang sedang menunggu untuk diuji.
Perang ini—perang yang mereka mulai dengan kemenangan—ternyata baru saja dimulai.