Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Sang Kakek
Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit ditemani sang mama, dan kakak laki-lakinya, dia akhirnya di perbolehkan pulang. Selama dirawat pun Fani dan Revan tidak pernah datang menjenguknya padahal dia seperti ini juga karena mereka.
Zanaya menggeleng-gelengkan kepalanya saat mengetahui kebodohannya sudah tingkat dewa. Perubahan Zanaya saat bangun dari komanya membuat mama dan kakaknya merasa senang.
Dulu saat kecelakaan itu terjadi, dia selalu saja mengusir orang tua dan kakaknya bahkan tak segan-segan membentak mereka, jika sang kakak menjelekkan Fani dan Revan.
Hari dimana dirinya lahir kembali, membuat Zanaya bertekad memperbaiki semuanya bahkan dia berjanji untuk menjaga keluarganya. Untuk saat ini dia akan membentuk kekuatan dirinya dulu, dengan belajar bela diri dan mempelajari semua senjata.
Kehidupan pertamanya dulu, dia tak ingin belajar semua tentang kehidupan mafia yang berada ditangan kakeknya, sebab Fani bilang Revan tidak suka wanita kuat, dan jago beladiri, karena sangat percaya pada sepupunya itu dia menuruti perkataannya.
"Kamu yakin dek, langsung berangkat ke Amrik ketemu kakek?" tanya Zanders yang sudah kesekian kalinya, membuat sang adik yang memikirkan masa lalunya, tertarik kembali ke masa kini.
Dengan menghela nafas lelah memegang tangan kakak dengan lembut "Zay yakin kak, 1000% malah, kakak tidak usah khawatir," ucap Zanaya dengan nada yakin.
"Tapikan kan kamu tahu dek Amrik itu jauh, bagaimana jika setelah pekerjaan kakak selesai kita bareng aja," usul Zanders yang langsung ditolak mentah-mentah oleh sang adik.
"Tidak! Tidak! Itu terlalu lama kak, apalagi liburan cuman sebulan, pekerjaan kakak masih banyak, bantuin papa aja sana. Lagian juga Zanaya ke Amrik naik pesawat cuman duduk doang, bukan jalan kaki," kesal Zanaya yang kakaknya tetap ngotot.
Liona sangat senang melihat pemandangan tersebut, dulu sebelum kedatangan keluarga adiknya, kedua anaknya akur. Tapi setelah mereka datang, sang putri bungsu mulai menjauhi mereka bahkan membenci keluarganya sendiri.
Melihat adiknya tetap kekeuh ke Amrik sendiri akhirnya dia mengangguk pasrah "Baiklah, kamu hati-hati disana, hubungi kakak jika sudah sampai" Pasrahnya mengelus rambut hitam sang adik.
"Iya! Iya! Kakak ini sangat cerewet deh" Gadis cantik itu mengerucutkan bibirnya sebal mendengar ocehan sang kakak, sedangkan Zanders dia terkekeh bersama sang ibu, dia sangat lega sang adik berekspresi banyak, semenjak bangun dari koma.
Entah ini musibah ataupun berkah, diapun juga tidak tahu yang jelas dia bersama kedua orangtuanya bersyukur melihat sang adik baik-baik saja.
"Ayo kita keluar, mama udah bereskan pakaian kamu sayang, semua sudah ada di koper," sahut sang mama menyela obrolan kedua kakak beradik itu.
"Biar Zanders saja ma yang bawa kopernya Zay, mama sama Zay aja!" Pemuda tampan itu, langsung mengambil alih koper sang adik keluar dari ruangan VIP menuju parkiran.
Selama diperjalanan menuju bandara, mereka bercengkrama dengan riang terutama Zanaya, mereka menyadari jika berada di keluarga Zanaya berubah ceria tapi jika ada orang lain sang adik akan berubah datar dan dingin, seolah membentengi diri dari dunia luar.
"Ingat disana jangan susahkan kakek! Jadi anak penurut dan jangan berkeliaran kemana-mana!" Nasehat sang mama Liona yang sudah berulang kali.
Bahkan telinga Zanaya terasa panas akibat ocehan sang mama, tapi dia suka di nasehati seperti ini, seperti sebuah melodi yang indah.
"Hati-hati ya sayang, jaga diri kamu. Kalau mama dan papa tidak sibuk, kami yang akan menjemput mu pulang," ucap Liona saat penggilan keberangkatan ke Amrik sudah terdengar.
"Mama juga jaga kesehatan, jangan terlalu diforsir tubuhnya untuk bekerja" Liona sangat terharu mendengar ucapan sang putri.
"Kakak juga begitu, jangan terlalu keras kerjanya. Uang bisa dicari tapi kesehatan tak bisa dibeli" Nasehat Zanaya membuat Zanders mengacak rambut sang adik "Pinter banget sih ngomongnya"
"Iya dong! Kan anak mama papa" sombongnya membusungkan dadanya kemudian terkekeh bersama sang kakek.
"Ya udah, Zanaya pamit yah ma, kak, salam sama papa kalau udah pulang dari Bali" P
pamitnya melambaikan tangan kirinya, tangan kanan menggeret kopernya ke gate 1.
Zanaya duduk kelas Bisnis, sesuai pesanan sang mama agar anak bungsunya nyaman didalam pesawat.
Zanaya menghabiskan waktunya dengan tertidur pulang.
Tiba di bandara udara los angeles setelah menempuh perjalanan selama 23 jam setelah beberapa kali transit.
Zanaya menggeret kopernya celingukan mencari jemputan sang kakek, setelah melihat tangan kanan sang kakek dirinya segera melangkah kesana.
"Selamat datang Nona," ucap tangan kanan sang kakek bernama Jhon yang dibalas anggukan oleh zanaya
"Terimakasih kasih," ucap Zanaya datar saat asisten sang kakek membukakan pintu mobil untuknya.
Gadis berkacamata mata itu, melihat pemandangan yang dilaluinya.
Beberapa puluh menit kemudian mereka sampai di kediaman sang kakek yang sangat mewah sama seperti mansion orang tuanya.
Saat pintu mansion terbuka puluhan pengawal dan pelayan berjejer rapi menyambutnya.
"Selamat datang Nona muda," ucap mereka serempak sambil membungkuk hormat, yang hanya dibalas anggukan dengan tatapan datar, di ujung sana terlihat sang kakek yang masih bugar dengan umurnya sudah menginjak kepala 6, merentangkan tangannya, Zanaya segera memeluk sang kakek
"Selamat datang cucuku, sudah mengalami reinkarnasi?" bisik sang kakek tepat di telinganya.
Deg!
Dengan mengurai pelukannya pada sang kakek, sambil menatap sang kakek "Bagaimana bisa kakek tahu?" tanyanya raut terkejutnya yang tidak bisa dia tutupi.
Sang kakek hanya tersenyum melihat raut wajah terkejut sang cucu. Mengelus rambut cucunya "Istirahat terlebih dahulu setelah itu kita berbicara!" ucap sang kakek bernama Gerald
Karena merasa lelah, diapun mengangguk setuju, kemudian mengikuti kakeknya melangkah ke arah kamar yang sudah dipersiapkan untuknya.
Sebelum beristirahat, dia mengirimkan pesan pada sang kakak dan juga mama nya, agar mereka tidak khawatir lalu setelah itu dia merebahkan tubuhnya di kasur empuk berukuran King size.
Terlalu banyak yang ada dipikirannya saat ini, membalaskan dendamnya, menjaga keluarganya dari semua tragedi yang akan terjadi, dan itu semua tersimpan rapi di otak kecilnya, Zanaya memang memiliki ingatan yang sangat kuat dalam sekali lihat.
Mengapa sang kakek tahu kalau dia bereinkarnasi pikirnya dengan mata menatap langit-langit kamar yang bernuansa putih. Berbagai dugaan-dugaan yang terlintas di otaknya, tapi semakin dipikirkan semakin membuatnya pusing.
Karena tidak mendapatkan jawaban dari pikiran di otaknya, akhirnya dia terlelap tanpa dia sadari.
TOK! TOK! TOK!
Suara ketukan pintu membangunkan Zanaya dari tidurnya, setelah itu dia bergegas membuka pintu yang memang sengaja dikunci dari dalam.
"Ada apa?" tanyanya datar dalam bahasa inggris yang fasih menyembulkan kepalanya.
"Tuan besar memanggil anda untuk makan malam nona muda," ucapnya menunduk hormat membuat Zanaya mengangguk mengerti.
"Sampaikan pada kakek, aku akan segera turun" balas Zanaya kemudian menutup pintu kamarnya kembali.