Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.
Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.
“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.
“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.
“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Mengajak Noah Bermain
Sebenarnya Adiba tidak pernah membuat keributan di depan umum, jika pun ada masalah akan di selesai secara baik-baik secara tertutup. Namun, untuk kasus Sofia baginya pengecualian dan Adiba tidak bisa menoleransinya, serta menahan lama-lama begitu saja.
Apalagi dengan kasus pemukulan anak, lalu ia dengan matanya sendiri melihat istrinya Irfan duduk manis di salah satu restoran mewah. Hati mertua mana yang tidak sakit melihat sikap menantunya seperti itu! Hingga sentakannya keluar di depan umum. Perlu diingat Sofia bisa duduk cantik di restoran mewah berkat uangnya Irfan bukan uangnya sendiri.
Sementara itu, wajah Sofia pias ketika dibentak oleh mama mertuanya, sungguh ia sangat malu dengan tampilannya yang bersahaja dengan seenaknya Adiba mengeluarkan amarahnya di restoran, bikin ia mengeram dalam hatinya. Padahal ia'lah biang dari permasalahan.
“M-Mama telah memfitnah aku, selama ini aku tidak pernah memukul anakku sendiri. Tolong jangan berkata seperti itu, apalagi ini ada di restoran banyak mata yang melihat,” sanggah Sofia dengan tutur lembutnya, berusaha menjaga imagenya, padahal ingin sekali mulutnya menyentak Adiba. Namun, jika ia melakukan hal seperti itu sama saja ia cari penyakit sendiri.
“Gak laki ... gak bini masih ingat akan malu, ya! Tapi saat kamu melakukannya tidak berpikir dulu, lalu seenaknya kamu menuding Mama memfitnahmu! Sontoloyo kamu! Kamu pikir Mama ini orang bodoh dan anak ini tukang bohong! Justru kamulah pembohong luar biasa dengan kemasan image alimmu itu! Padahal kamu sosok ibu yang kejam atau mungkinkan kamu wanita ular juga!?” tegas Adiba dengan tatapan menantang.
Batin Sofia mengeram, kedua tangannya meremas sisi gamisnya sekuat tenaganya demi emosinya tidak meluap.
“Bu.” Naura tidak bisa membiarkan keadaan semakin memanas, apalagi ada Noah yang saat ini merengek padanya. Lantas ia mengusap lembut punggung wanita paruh baya. Adiba pun yang masih naik darah menolehkan wajahnya.
“Noah sudah merengek, sebaiknya kita pergi dari sini. Energi Ibu akan habis begitu saja, sedangkan kita datang ke sini untuk jalan-jalan senangi Noah, bukan untuk bertengkar di sini,” pinta Naura dengan lembutnya dan masih mengusap punggung wanita paruh baya itu layaknya ibu sendiri.
Ketegangan yang sempat menguasai Adiba, perlahan-lahan mengendur, sudut bibirnya mulai mengulum senyum tipisnya, lalu ia menurunkan pandangan ke arah cucunya yang masih memeluk Naura dari belakang.
Adiba mengangguk pelan pada Naura, lalu kembali menatap Sofia. “Untuk saja Naura mengingatkan Mama, kalau tidak mungkin kamu akan semakin malu di sini!” tegas Adiba.
“Ayo Naura, Noah, kita pergi dari sini,” ajak Adiba, lalu memutar balik badannya. Noah langsung melepaskan pelukannya dan kembali menggandeng tangan Naura, dan bocah tampan itu sama sekali tidak mau menolehkan wajahnya ke arah Sofia, sampai Laras bingung melihat anak sahabatnya.
“Huft!” Sofia bernapas lega, kemudian kembali duduk dengan tatapan kesalnya.
“Jantungku hampir saja copot, aku gak nyangka mertua kamu ke sini,” keluh Laras ikutan duduk kembali.
Sofia meneguk minumannya seakan ia kehausan karena menghadapi mama mertuanya. “Aku benar-benar malu, sialan!” gerutu Sofia pelan sembari menyentak gelas jusnya.
“Aku heran Sofia, anakmu tadi benar-benar tidak mau melihatmu. Apa emang kamu sering pukul anak sendiri? Terus itu sekretaris mertuamu itu cuma ngomong begitu saja mama mertuamu itu langsung mengiyakan, ajaib sekali tuh orang,” ujar Laras masih tampak heran.
Sofia mendengkus kesal. “Jadi kamu percaya dengan fitnahan mama mertuaku itu? Sejak dulu itu aku sangat sebal sama mama mertuaku itu, cerewet dan banyak sekali maunya! Untung saja Mas Irfan berhasil menenangkan aku,” ungkap Sofia, lalu ia baru teringat dengan Irfan, lantas ia menghubungi suaminya demi mengadu kejadian barusan, akan tetapi suaminya me-reject panggilan teleponnya.
***
Naura mengajak Noah bermain di salah satu playground di lantai lima, dan wanita itu turut ikut main bersama menemaninya. Senyuman lebar selalu menghiasi wajah bocah kecil itu, seakan hatinya lepas bermain dengan sepenuh hati.
“Noah, kita main perosotan di sana yuk!” ajak Naura sembari susah payah melangkahkan kakinya di yang tenggelam di kolam mandi bola demi menghampiri bocah kecil itu.
“Unggu Ante!” teriak Noah sembari melambaikan kedua tangannya.
Dari tempat menunggu, Adiba sibuk mengabadikan kegiatan Naura dan Noah sembari tersenyum sendiri. Hatinya mencelos melihat mereka berdua, rasanya ia sangat tidak sabar menunggu hasil tes DNA yang kata suaminya baru bisa diterima seminggu lagi, paling cepat tiga hari.
“Aku harus sangat bersabar menunggunya,” gumam Adiba sendiri, lalu kembali mengambil gambar dari ponselnya.
Sementara itu di Grup Mahesa, Irfan gelisah tak menentu meskipun sudah banyak berkas yang harus ia pelajari di meja kerjanya. Pikirannya melalang buana saat ia usai mendapat laporan dari Elin jika anaknya ternyata sedang main dengan Naura di mall. Ingin rasanya ia menyusuli mereka berdua, tapi mengingat ada mamanya terpaksa ia mengurungkan niatnya. Tetapi sungguh ini godaan buat Irfan, ketika ia meminta Elin mengirimkan video, wanita yang pernah singgah di hidupnya tampak perhatian dengan Noah, bikin perasaannya dilema.
Sementara Sofia yang sejak tadi menghubungi sengaja ia matikan karena pria itu malas untuk menanggapinya, ketimbang nanti akan ada pertengkaran baru menurut Irfan.
“Pak Irfan, ada berkas tambahan,” ujar Deri, tanpa mengetuk pintu ia masuk ke ruang presdir lalu meletakkan tumpukan file ke atas meja.
Irfan melirik sembari menghembuskan napas lelahnya.
“Sekalian aku mau minta persetujuan untuk menyeleksi kandidat sekretaris baru. Karena tidak mungkin semua pekerjaan aku yang mengerjakannya. Dan, Naura jadi Pak Irfan pecat, ‘kan?” tanya Deri dengan santainya.
Barulah Irfan mendongak dengan alisnya naik sebelah saat menatap asisten pribadinya. “Siapa yang bilang aku mau memecat Naura, Deri? Aku jadi sangat curiga kenapa kamu bersikukuh agar aku memecat wanita itu! Ada apa denganmu?”
“Ya, aku sebagai sahabatmu hanya ingin menyelamatkan rumah tanggamu saja, apalagi Sofia seperti mencurigaimu. Itu saja, tidak ada apa-apa,” balas Deri berusaha tampak santai.
Pria itu berdecak lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kebesarannya. “Takut rumah tanggaku hancur? Sungguh baik sekali kamu, Deri. Tapi sekarang aku tidak peduli lagi dengan rumah tanggaku dengan Sofia! Aku lelah tiap hari selalu disudutkan, disalahkan seakan aku tidak punya kekuatan sebagai kepala rumah tangga. Dan, anakku sudah menjadi korban kekerasan dalam rumah tanggaku! Jadi buat kamu pun jangan mengatur-ngatur aku harus selalu bersikap baik dengan Sofia! Kesabaranku ternyata ada batasnya!” tegas Irfan dengan tatapan tajamnya.
Bersambung ... ✍️
Titip di sini sebelum badai menerpa kisah Naura, Noah dan Irfan 😁
emang pas nikah orang tuanya ga datang??? ga di kenalin
kan ngelawak sebab ceritanya di Indonesia
kalo di luaran kan cuma kedua pengantin udah sah