Bangkitnya Ex-Narapidana

Di kampus Jelita langsung mencari keberadaan Daylon, adik tiri palsu Zephyr. Gadis kecil serupa iblis itu mendeteksi tempat Daylon dari alat pelacak di barang-barang Daylon misalnya mobil, jam tangan, mobil, bahkan jaket atau ransel milik Daylon.

"Si babiii lagi ngapain di toilet? Lagi nge-drug dia! Ealahh... nyusahin aja kalo udah fly! Gue lagi yang mesti ngurusin! Eitss...! Kan emang gue yang ngenalin barang antik itu ke dia! Hahahahaha....!"

Jelita melenggang masuk ke toilet pria, beberapa mahasiswa yang sedang membuang air kecil sontak menutupi kepunyaan mereka.

"Lita...!! Siaalan nih cewek!" dengus salah satu teman Daylon.

"Ups! Sorry! Lagian punya Lo itu miini, gue nggak selera yang mungil-mungil! Selera gue ukuran anakonda...!!" Lita mencibir seraya matanya menatap ke arah celana laki-laki yang bicara padanya dengan tatapan mencemooh.

"Kalo Luh bukan cewek si Daylon, udah gue perkaos Luh biar rasain uleerr gue yang kata Lo mini ini...!!"

"DIAM...! Semua jaga-jaga diluar! Biarin gue sama Lita!" terdengar suara Daylon dari salah satu bilik toilet.

Teman-teman Daylon pun pergi keluar dengan wajah kesal, apalagi si Ferry pengen banget nampol mulut Jelita si cewek rese menurutnya.

"Beb, Lo oke?" tanya Jelita setelah pintu bilik terbuka dan menampakkan Daylon yang terlihat sedang memakai barang haram.

Daylon menghisap s a b u memakai bong, mata pemuda berusia 18 tahun itu tampak sudah teler.

"Lo mau?"

"Enggak! Gue udah make tadi malem, Beb? Kenapa luh nggak pake di rumah aja sih?" pancing Jelita.

Tentu saja Jelita juga bohong, anak-anak didik Madam Belle tidak diperbolehkan memakai barang haram lagi setelah lepas dari rehabilitasi.

"Bisa dead gue, Ta! Nyokap gue terlalu overprotektif dan gue bisa mati ketahuan make barang ini! Gue ngerasa nggak bebas...! Sialaaan dengan idup gue!!! Arghhtttt...!!"

Ck! Kasihan sih, tapi dalam menyelesaikan job... gue dilarang terlibat pake hati! Lagian, dia anak dari musuh Bos Max! Pantang bagi gue berkhianat!

"Emangnya nyokap Lo nggak sayang sama Lo?" tanya Jelita.

"Nyokap gue hanya cinta uang dan katanya gue adalah kartu dia menuju kesuksesan! Lagian gue malu... gue bukan anak dari Papa Darius! Gue denger obrolan Mama sama Paman Antonio...! Hiksss! Gue jijikkkk sama nyokap gue!"

Aha! Bingo! Gue dapet info baru! YESS!!! Jelita semangat.

Gadis berusia 19 tahun itu pun terus mengorek informasi, mumpung Daylon masih teler.

Jelita si jago dalam memata-matai, plus bisa mengotak-atik alat-alat modern.

.

.

.

Zephyr terus menatap Maxayla yang latihan push-up saat dia sibuk dengan pekerjaan, lelaki itu memperhatikan gerakan-gerakan Max.

"Aku ingin olahraga dan bisa membentuk otot-otot sepertimu! Ajari aku!"

Maxayla menghentikan kegiatan nya, ia lalu berdiri. Mengambil handuk kecil mengusap keringat yang melewati leher terjatuh di dada yang terbuka.

Glek!

Zephyr menelan ludah melihat pemandangan indah di depan matanya, tampilan Max terlalu sexy hanya dengan memakai tank-top.

"Jangan terkesima pada saya, Tuan! Saya tak tertarik berhubungan dengan Anda melebihi atasan dan bawahan!" celetuk Maxayla membuat wajah Zephyr memerah malu.

"Siapa yang tertarik padamu! Ck!" sangkal laki-laki itu.

"Saya hanya ingin mengingatkan! Setelah tugas saya melindungi Anda selesai sesuai kesepakatan, saya akan pergi dari hidup Anda! Jadi, jangan buang-buang waktu dengan tertarik pada saya...!"

Zephyr hanya diam, dia bingung menjawab.

"Anda harus kuat, Tuan! Saya akan mengajari Anda mulai sekarang, saat saya tak ada di samping Tuan lagi... Anda harus bisa melindungi diri sendiri!"

Maxayla memang tak tertarik sedikit pun pada sosok Zephyr, dia hanya ingin segera menyelesaikan misi untuk membalas dendam dan menyingkirkan keluarga Selena dari hidup Zephyr, juga melenyapkan dari dunia agar orang-orang yang terjerat judol bisa terbebas dari jeratan Selena. Bagi Max, Zephyr tak bersalah padanya sebab laki-laki itu tidak tahu apa-apa.

"Apa waktu Anda sedang luang? Kita bisa ke tempat saya untuk latihan."

"Tempat mu?"

"Tempat teman saya, disana Anda bisa berlatih dan lainnya..."

"Oke!"

Maxayla pun mengajak Zephyr ke sarangnya, disana banyak anak-anak didik Madam Belle berlatih bela diri dan lainnya.

Enzo melaporkan situasi aman untuk perjalanan, Celine dan Donita sudah lebih dulu mengecek situasi. Kedua wanita itu bergerak dalam bayangan, tak ikut berjaga secara terang-terangan seperti Max ataupun Enzo.

Di sarangnya, semua orang tentunya sudah di briefing agar bersikap biasa pada Maxayla maupun Enzo. Jangan ada yang memperlakukan Max sebagai Bos mereka, disana ada berbagai gender ada perempuan dan laki-laki.

"Latih Tuan saya!" pinta Max pada seseorang.

Orang itu adalah pelatih yang dibayar Madam Belle untuk melatih bela diri pada anak-anak didiknya, seorang pria dengan tubuh tinggi besar dan berotot.

"Oke!" ucapnya santai.

Maxayla hanya tersenyum tipis, dia menepuk bahu Zephyr. "Dia dipanggil Master, Anda juga bisa memanggilnya Master. Good luck!"

"Tunggu! Saya kira kamu yang akan mengajari saya!" protes Zephyr.

"Itu nanti, setelah Anda memahami gerakan-gerakan dasar bela diri! Sementara Anda disini, saya ijin pamit... saya ada perlu sebentar. Enzo akan tetap bersama Anda, lagipula orang-orang disini semuanya teman-teman saya. Mereka akan melindungi Anda, Tuan."

Zephyr masih ingin menolak dan menahan Maxayla agar tak pergi namun mata semua orang di ruangan menatapnya seolah dia adalah bebek kecil yang tak ingin berjauhan dari induknya.

Sial! Akan memalukan jika aku menahan Maxayla! Rutuk Zephyr dan akhirnya membiarkan Max pergi dari sana.

___

Disclaimer!!!

Adegan-adegan dalam cerita ini... bukan tanggung jawab penulis. Harap diambil pesan baiknya, dan buang cerita buruknya. Inti dari cerita ini adalah kekeluargaan, saling menerima kekurangan, saling percaya dan paling penting adalah kesetiaan. 🫶🏻💋