NovelToon NovelToon
Bungee Jumpheart

Bungee Jumpheart

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Psikopat itu cintaku
Popularitas:153.2k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.

Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.

Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.

Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bungee~ Bab 10

Gio menurunkan Leta di depan rumahnya, cuman melenceng sedikit diantara perbatasan rumahnya dan rumah Leta, katanya biar adil...

Namun hal itu tak serta merta membuatnya ikut turun dan mematikan mesin motornya, membuat Leta menoleh kembali setelah sempat berjalan beberapa langkah.

"Loh, mau kemana lagi to?" ketika suara mesin motor justru mengencang dan Gio memutar balikan motornya.

"Ada tugas yang mesti aku kerjain, kuliahku belum selesai." Jawabnya datar terkesan ketus, namun tangan Leta sudah menahan lengan Gio sebentar, "Masa kuliah sampe seharian gitu, itu kuliah opo cuci otak? Ini udah hampir jam 3 loh, tugas opo seh?" ujarnya tak percaya, bibirnya saja sudah melengkung meragukan.

"Jangan-jangan mau pacaran sama pacar cowokmu?" tanya Leta menunjuk-nunjuk menuduh, namun belum Gio menjawab ia sudah menghardik duluan, "oh pasti itu! Kalo gitu aku ndak akan lepasin! Pokoknya mas Gio mesti ikut balek, kalo engga aku yang ikut..." Leta justru semakin mengeratkan pegangan, bahkan ia sudah maju memeluk Gio agresif.

"Ta! Apa-apaan sih...." pemuda itu panik celingukan, "malu diliatin banyak orang nanti."

Leta mencebik kesal, bahkan dengan refleks kini matanya membola sebesar bola basket, "loh, kok malu...lagian kita udah sah nikah, pak rt tau, pak rw tau, siapa lagi ya," matanya merotasi berpikir.

"Pak penghulu, ketua Karta, bahkan semut aja tau kita udah nikah kok! Siapa coba yang mau anggap kita lagi zi na?" Leta justru semakin menempelkan semangkanya yang kata Aul dan Rahma adalah bleber (biji pinang muda) ke lengan Gio, yang kemudian terlihat jelas perubahan air muka Gio jadi sedikit memerah bak kepiting rebus karenanya.

"Ta..." Gio mendorong wajah Leta menjauh dengan tangan satunya sementara alisnya tajam tanda jika ia sedang tak ingin berdebat apalagi bercanda.

Leta terpaksa melepaskan pelukannya meskipun wajahnya kini sudah masam dan cemberut.

"Aku mau ngerjain tugas kuliah di perpus...sekalian ketemu temen di cafe Marcopolo. Ndak usah ikut..." tegasnya melarang, sedikit kesal karena sikap si pelk racing mendadak manja dan posesif begini.

"Tapi kamu pulang kan, mas?" tanya Leta lagi, "awas kalo ndak pulang, aku susulin terus aku su nat kamu di tempat!" ancamnya.

Moment perdebatan di tengah hari bolong begini bikin kepala ngebul. Dimana Leta sudah berubah jadi istri galak dan posesif untuk Gio, terlihat betul jika gadis itu begitu berusaha.

"Iya." Gio menggertakan giginya, "yo wes lepas tanganmu ini..." tunjuk Gio dengan matanya ke arah tangan kirinya, yang tanpa sadar sejak tadi tangan Leta sudah menggenggam dan menahan tangan Gio.

Perlahan tapi pasti tangan itu terangkat lalu dibawanya tangan Gio ke depan kening macam tadi pagi, "jangan pulang malem, kalo ndak... aku kunci pintunya!"

"Iya Ta...Iya..!" Gio menekankan setiap huruf, setiap katanya.

Gio benar-benar pergi lagi setelahnya, sementara Leta...gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu demi mengurus si bejo.

"Bu! Anak cantek pulang!" teriaknya, selalu begitu setiap hari, bahkan teriakan Leta itu seperti sebuah alarm untuk ibu Wulan dan para tetangga jika dzuhur sudah lewat 3 jam dan hampir memasuki waktu ashar. Semacam panggilan solat lah!

Tak langsung mengganti pakaiannya, Leta terlebih dahulu meraih kunci motor yang ia taruh di meja belajar lalu mengisi bensin si bejo dari botol yang telah Gio belikan untuk motornya.

"Kalo kaya gini, berarti besok-besok mas Gio ngga akan anter jemput aku sekolah dong?" ia terdiam sejenak dan berpikir setelah mengisi bensin si bejo.

Tatapannya jatuh tertumbuk pada bejo yang sudah siap tempur itu, karena terbukti dengan ia yang menyala ketika Leta men-staternya bejo langsung cekgurrrr! Brummm! Lantas Leta harus memutar otaknya biar Gio berada dalam genggaman.

"Menurut kamu aku mesti gimana, Jo?" pikirnya lagi.

Budhe Gendis memaksa Leta untuk makan di tempatnya meskipun tau jika Leta sudah makan di rumahnya sendiri.

"Nyicip sedikit nduk, kan disini belum mangan to.." pintanya. Leta sempat rebahan sejenak, sempat mandi juga di rumahnya namun setelah itu, ibu mengusirnya mengingat sudah sore...takut jika Gio keburu pulang dan ia tak ada di rumahnya.

"Aku makan disini budhe, tapi nanti bareng mas Gio saja..." belajar dari ucapan dan pengalaman ibu saat melayani bapak dulu. Jika patutnya istri melayani suami sampai ketika ia makan.

Diantara suasana sore rumah budhe Gendis, padhe sedang menonton berita nasional di televisi sambil misuh-misuh mengkritik sistem pemerintahan yang makin sini semakin tak tentu *ngaler-ngidulnya*, bersama segelas kopi tubruk dan lintingan tembakau. Untung saja bukan tembakau gorila.

"Iki kalo dia yang jadi pejabat daerah...harga pupuk sama pestisida itu pasti dinaikan lagi..." omel padhe layaknya seorang pengamat politik, "kuabeh konco-konco, keluargane diboyong ke jajaran."

Leta hampir gila, hampir saja ia menuliskan kata harga pupuk di kolom jawaban tugas rumahnya gara-gara mulut berisik padhe yang men-distreck pikirannya. Hanya padhe saja yang berisik karena di kursi samping, budhe hanya manggut-manggut bloon beroh ria akan ucapan padhe.

Leta cengengesan melihatnya dan memilih untuk masuk saja kamar Gio, meninggalkan sepasang pengantin tua yang tengah menikmati masa-masa senjanya di penghujung hari.

Dibukanya kamar yang tak begitu besar dan disesaki barang-barang Gio itu, tak berniat Leta memasukan atau menata ulang dengan barang miliknya.

Kemudian ia menaruh begitu saja buku serta alat tulis di meja belajar Gio tanpa berniat melanjutkan tugasnya.

Tanpa sungkan, ia jatuhkan badan beserta seluruh beban dan rasa lelah dikasur yang masih menyisakan bau Gio.

Bukan Gio yang sedang ia pikirkan, melainkan ibu...meskipun hanya berada di rumah sebelah. Tapi tentulah ibunya sendirian disana sekarang...semenjak ia menikah dengan Gio, tanpa ada yang menemani.

Leta jadi sedikit merasa bersalah pada ibu, di usia yang beranjak kepala 4 nya ibu menghabiskan itu dalam kesendirian...salahkan ia yang dulu melarangnya menikah lagi setelah kepergian bapak. Ia terlalu takut jika ibu melupakan bapaknya yang ganteng dan solehnya itu ngga ketulungan. Atau sekedar ibu yang salah pilih jodoh, ataupun lelaki itu tak sanggup membahagiakan ibu.

"Aku mesti cepet-cepet mikirin gimana caranya Gio sembuh, biar ibu ngga sendirian...kalo bisa, aku per kosaaa sekalian biar dia tau rasanya punya perempuan!" angguknya mantap menatap langit-langit kamar dimana sepasang cicak yang berkejaran seolah memberinya ilham dan sebuah ide brilian. Apakah itu cicak betina yang mengejar cicak jantan? Apakah harus ia pun seperti itu? Mengejar-ngejar Gio, layaknya rentenir ngejar si penghutang sambil bawa-bawa golok.

Leta bangkit dari pembaringan, lantas ia bergegas duduk di depan kaca lemari, "mas Gio mau pulang, touch up dikit ahh! Biar kesemsem...kalee aja matanya kelilipan pesona gadis ngeliat aku dandan, terus dia tobat..." kembali ia manggut-manggut yakin dengan idenya, bukan tidak mungkin kan alasan pendukung Gio bisa seperti itu karena fakultas dan prodi yang diambil Gio didominasi oleh kaum adam, dimana kaum hawa jarang ada. Bahkan setaunya, kelas Gio itu dihuni oleh kaum adam tak terkecuali.

Tak lupa Leta juga memilah milih baju di rumah, dimana ibu sempat heran melihatnya bolak-balik persis setrikaan.

"Ambil opo sih, nok?" tanya ibu masih menguleni adonan kue di ruang tengah sambil menonton sinetron.

"Baju bu..." jawabnya singkat. Diobrak-abriknya pakaian dari dalam lemari mencari pakaian yang terkesan seminim dan se-feminim mungkin yang ia miliki, meskipun ujungnya nihil ia dapati, karena yang ada adalah pakaian bekas ia kelas 3 smp, itu artinya baju kekecilan 3 tahun lalu dan masih tersimpan di dalam lemari bawah.

Leta menempelkannya di badan, di balik baju piyama yang ia kenakan, "ini kaos sih...kalo aku nungging atau angkat tangan, keliatan ndak ya, puserku?" monolognya.

.

.

.

.

.

1
Aan Azzam
🤣🤣🤣🤣 lanjuuuuuutttt
isni afif
lanjut teh sin.....😍😍😍
Wandi Fajar Ekoprasetyo
beuh..... minta d kubur si gio ini.....jgn dlu lah...tunggu SMP leta yg ngasih kan jd nya enak
Wandi Fajar Ekoprasetyo
gila bener....mas Hanoman......
rheisha
persosa aja,orang udah halal ini yo...😄
Maymayarni
lanjut thor
Deuis Lina
itu lebih baik Yo karena gak berdosa juga kamu kan suaminya yg sah
MunaRizka
bener yaa mas gio,,diperkose ataupun enggak tetap aja disalahin🤣🤣
MunaRizka
bertengkar hanya alibi yaa gio
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣
kusumaning ati💕
gio...gio....susah sembuh itu si rompis kalo ga dari dirinya sendiri mau...
nunggu letta sadar pasti seru ngamuk2 nya ma gio...
Er
ayo yo tak dukung kalau kamu mau perkosa bojo mu
ndak ada juga yang bakal masukin ke penjara
kusumaning ati💕
suruh ospek sama mas hanomanmu goi ...biar dididik laki2 sejati
MunaRizka
astaga kenapa jadi kebetulan,kebenaran yg benernya leta🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
salah paham si pak polisi🤣🤣🤣🤣🤣
ieda1195
pokosa aja gpp yoo,, udah ada lebel halalnya,,
biar si letta gk pergi2 dri kmu
ieda1195
nahh,, siippp mus
Nurhayati Nia
monggo mas gilo wong udah halal ini tohh
Zee Zee Zubaydah
waduuh,si gio main perkosaa aja
jangan to yo,kasian si leta masih gadis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!