Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana busuk Lusia
Lusia tahu kalau Dave sedang ada perjalanan bisnis. Sehingga Lusia leluasa menjadi dirinya sendiri.
Terlihat Lusia yang sedang mengemudi mobil ingin pergi menemui seseorang.
Memarkir mobil di pinggir jalan menunggu seseorang datang. Tidak lama kemudian, masuk seorang laki-laki ke dalam mobil Lusia.
"Katanya kau tidak ingin berurusan lagi denganku? Lantas kenapa kau mengajakku bertemu?" Tanya Wili.
Ternyata laki-laki yang berniat Lusia temui adalah Wili.
Tidak tahu niat apa lagi dalam hati Lusia, sehingga dia kembali melibatkan diri dengan Wili yang seringkali memerasnya.
"Aku sudah menghabiskan miliaran rupiah untuk membayar mu agar tetap menutup mulut! Daripada kau menerima uang secara gratis. Lebih baik aku memaafkan mu untuk kebutuhan ku!" Ujar Lusia marah-marah.
Wili tersenyum miring. "Tenang sayang, jangan marah-marah." Wili mencium bib*r Lusia.
"Menjauh dari ku!" Geram Lusia.
"Tidak usah sok jual mahal, Lusia. Kita bahkan sudah menghabiskan malam bersama," ujar Wili.
"Dengar! Aku mau kau bunuh adik tiri ku itu! Perempuan licik itu mulai jadi ancaman buat aku!"
Ternyata tujuan Lusia datang menemui Wili, hanya untuk memerintahkan Wili membunuh Aulia.
Tercipta kerutan halus di dahi Wili. "Membunuh adik tirimu? Maksud mu Aulia gadis culun itu?" Tanya Wili.
"Emang siapa lagi adik tiri ku kalau bukan dia!"
"Ahahahaha. Kau bilang kalau adik tirimu mulai jadi ancaman? Apa maksud mu? Aulia itu hanya gadis culun yang tidak bisa berbuat apa-apa. Kenapa kau bisa takut padanya, Lusia," ucap Wili meremehkan Aulia.
"Kau salah besar, Wili. Aulia yang kau kenal culun, bukan lagi wanita lemah seperti dulu. Bahkan sekarang dia sudah mulai bertingkah berani mengancam ku!" Jelas Lusia.
"Wow menarik. Sangat jarang seorang wanita culun, bisa berubah menjadi pemberani." Ucap Wili.
"Tidak usah memujinya! Mendengar namanya saja aku sudah muak! Dan kau tahu? Sekarang dia menjadi maduku. Bukan itu saja, dia sudah mulai merebut perhatian Dave dariku," jelas Lusia.
"Sepertinya semakin menarik ceritamu dengan adik tirimu itu."
"Tidak usah banyak bicara. Ambil uang ini sebagai DP. Setelah kau bisa menyelesaikan pekerjaanmu, maka aku akan memberikan yang lebih banyak dari itu." Memberikan Wili segepok uang dalam amplop coklat.
"Baik, siap laksanakan, cantik." Wili mencolek dagu Lusia kemudian pergi dari mobil Lusia.
Sebentar lagi. Kau akan aku musnahkan! Ucap Lusia yakin tersenyum kemenangan.
**
"Rambut anak bunda wangi sekali." Ucap Aulia mencium rambut putrinya yang duduk di kursi roda menunggu Aulia sedang masak untuknya.
Asya tersenyum senang.
Aulia merasa sedikit kesulitan karena sebelum masak tadi dia lupa memperbaiki ikatan rambutnya. Beberapa helai rambut yang terjatuh mengganggunya yang sedang masak. Sementara tangannya kotor, menyulitkannya memperbaiki rambut.
Tiba-tiba sepasang tangan kokoh mulai mengikat rambutnya.
Aulia kaget, tapi saat menghirup aroma parfum Dave. Aulia menyadari kalau yang sedang mengikat rambutnya adalah Dave.
"Kau masak tanpa mengingat rambut mu. Nanti masakan mu akan penuh rambut." Ucap Dave berdiri sangat dekat dengan Aulia.
"Aku lupa mengikat rambut ku tadi." Nada Aulia terdengar datar.
Ternyata hubungan Dave dengan Aulia belum baikan semenjak tempo hari. Aulia belum bisa memaafkan Dave yang menuduhnya tempo hari.
Dave membisik Asya. "Tunggu bunda di luar ya." Ucap Dave.
Asya tersenyum mengangguk, kemudian mendorong kursi rodanya keluar dari dapur.
Setelah kepergian Asya. Dave mendekati Aulia berdiri di sisinya.
Tapi Aulia terlihat sibuk dengan pekerjaannya seperti tak peduli dengan keberadaan Dave.
"Aku minta maaf," ucap Dave tiba-tiba menatap intens wajah Aulia.