Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Di ruang tunggu keluarga Wang, kehebohan terjadi saat para pengawal melaporkan bahwa Aiden menghilang, dan para pengawal tumbang di depan pintu lift.
“Kalian semua b*doh. Bagaimana bisa terjadi seperti ini?” tanya Julius marah.
Dia tak menyangka jika Aiden bisa lepas dari pengawalan para anak buahnya.
“Sepertinya ada yang membantu Tuan muda kabur,” ucap salah saru pengawal.
“Dasar tidak berguna. Hanya mengawal satu anak saja tidak becus. Cepat temukan dia dan seret dia kemari,” seru Julius kesal.
“Baik, Tuan,” sahut si pengawal.
Semuanya keluar dan hanya menyisakan Julius dengan menantunya yang sejak tadi memang di sana bersama si pria tua.
“Ku rasa, Ayah yang terlalu keras kepala. Anak itu sudah cukup tau diri untuk tak ikut campur urusan keluarga kita, tapi ayah terus saja memaksanya,” ucap Lorena, ibu kandung Ethan.
“Kau diam lah. Selama ini aku sudah membiarkanmu tetap di keluarga ini karena Ethan. Jangan macam-macam atau anakmu tidak akan mendapatkan apapun,” ancam Julius.
Lorena nampak kesal, namun dia sebisa mungkin menyembunyikan ekspresi itu dengan senyum elegan.
Dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah sang mertua. Dengan kedua tangan lentiknya, Lorena meraih dasi pria tua itu seolah tengah merapikan benda tersebut.
“Sesuatu bisa saja terjadi pada Aiden jika dia terus lari bukan?” ucap Lorena lembut.
Namun, dia tiba-tiba mendongak dan menatap mata mertuanya yang telah renta itu dengan tajam, seiring naiknya sebelah sudut bibirnya ke atas.
“jadi kurasa, sebaiknya ayah biarkan dia bersembunyi selamanya. Lalu bersikaplah lebih baik pada Ethan dan aku. Karena bagaimanapun, hanya kami keluargamu,” lanjutnya.
“Apa maksudmu?” tanya Julius curiga.
Lorena melepas dasi mertuanya, dan berbalik melangkah menjauh. Tatapannya menerawang ke luar jendela kamar yang memampangkan pemandangan malam kota Metropolis.
“Seperti yang ku katakan, apa pun bisa terjadi pada Aiden di luar sana,” ucapnya dengan senyum licik.
...🐟🐟🐟🐟🐟...
Sementara ditempat lain.
“Kalau begitu pergilah denganku. Julia akan menjemput kita di luar,” ucap Aiden.
“Jadi hari ini puncaknya? Kalian memang sudah merencanakan pelarian ini dengan matang. Benar-benar luar biasa,” sahut Marlin sinis.
Dia terus berlari hingga sampai di lantai paling bawah. Aiden mengambil sikap dan berada di depan Marlin, memastikan tak ada orang di sana.
Aiden yakin jika kabar menghilangnya dia sudah sampai di telinga Julius, dan saat ini pasti semua orang sedang mencarinya.
“Tetap di belakangku,” ucap Aiden.
Marlin menatap punggung Aiden yang sejak tadi terus berada di depannya.
“Ayo kita keluar,” ajak Aiden sembari meraih tangan Marlin.
Keduanya pun berjalan menuju pintu keluar di bagian belakang gedung.
Sesampainya di tepi jalan, Aiden berhenti disana dan melihat sekeliling.
Tampak sepi dan tak ada siapapun. Hingga tiba-tiba ada sebuah mobil perlahan mendekat, dan Aiden kembali bicara dengan Marlin.
“Ikutlah denganku. Kau akan dalam bahaya jika tetap di sini,” bujuknya.
“Aku tak bisa kemanapun. Ibuku pasti akan jadi target mereka berikutnya untuk memancing mu keluar,” tolak Marlin
“Kalau begitu, kita ajak juga ibumu,” seru Aiden.
“Dengan alasan apa? Sudahlah, Aiden. Lagipula sejak awal, aku memang harus tinggal disini agar kau bisa lari,” ucap Marlin sendu.
Gadis itu menyadari kedatangan mobil yang dilihat Aiden tadi, dan melihat kaca mobil itu turun.
Terlihat Julia tengah mengendarainya, dan Marlin seketika tersenyum getir ke arah gadis berambut pendek yang sudah ia anggap teman itu.
“Cepat pergilah. Mereka akan segera sampai di sini. Kesempatanmu untuk lari akan hilang jika sampai tertangkap kali ini,” ucap Marlin mendorong kecil Aiden.
“Tapi...,” sahut Aiden terjeda.
Keributan mulai terdengar dari arah gedung, dan hal itu membuat suasana kembali menegang.
“Cepatlah,” seru Marlin.
Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️
Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰