Kebangkitan Sang Jenderal Di Dunia Modern

Di mansion Zhao yang megah namun penuh ketegangan, suara gaduh tiba-tiba menggema dari lorong utama.

Lilith yang wajahnya penuh amarah tanpa basa-basi menyerang istri muda Zhao Rong, wanita cantik namun provokatif yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian yang terlalu terbuka.

“Kau perempuan tidak tahu malu!” teriak Lilith, tangannya terulur untuk mencengkeram rambut wanita itu.

Namun, istri muda itu tidak tinggal diam. Dengan gesit, dia menepis serangan Lilith dan balik mendorong wanita paruh baya itu ke sofa. "Jaga mulutmu, Nyonya Tua! Aku ini istri sah juga sekarang," jawabnya dengan nada angkuh.

Lilith yang merasa dipermalukan semakin naik pitam. "Kau perusak rumah tangga! Aku tidak akan membiarkanmu hidup nyaman di sini!" serunya dengan suara bergetar penuh kebencian.

Istri muda Zhao Rong yang bernama Yara itu menatap Lilith dengan senyum mengejek dan bersedekap dada. "Apa aku tidak salah dengar? Perusak rumah tangga orang?" Istri muda Zhao Rong tertawa, membuat Lilith mengerutkan keningnya merasa geram.

"Tentu saja! Apa lagi menurutmu?" teriak Lilith.

Yara berhenti tertawa lalu menatap sinis Lilith. "Sepertinya Anda lupa Nyonya tua. Sepertinya hal itu pantas ditujukan untuk Anda yang seorang wanita perebut. Bukankah Anda juga yang merebut suami orang lain."

Mata Lilith melotot tajam seolah ingin melompat dari tempatnya. "Kau!" Lilith mencoba menampar Yara namun, sepertinya istri muda Zhao Rong itu tidak seperti Mei Long yang hanya diam jika di tindas.

Yara dengan cepat mencengkram erat lengan Lilith membuat wanita paruh baya itu meringis karena kuku Yara tertancap

Pertengkaran mereka semakin memanas, menarik perhatian pelayan yang buru-buru datang untuk melerai. Namun, kedua wanita itu tetap saling mencakar dan mendorong, seolah ingin menunjukkan siapa yang lebih berkuasa di rumah itu.

Zhao Rong yang baru saja turun dari lantai atas hanya menghela napas berat melihat pemandangan kacau itu. "Berhenti! Kalian berdua memalukan!" teriaknya dengan suara keras, mencoba menghentikan konflik antara dua istrinya.

Begitu melihat Zhao Rong tiba, Yara, istri mudanya, langsung mengubah ekspresi wajahnya. Yara berpura-pura terdorong seolah-olah Lilith mendorongnya.

"Yara!" seru Zhao Rong panik segera berlari ke arah Yara tanpa menghiraukan ucapan Lilith. "Kamu tidak apa-apa sayang?" tanyanya khawatir.

Yara menggeleng cepat, dengan air mata yang tampak dibuat-buat, dia mendekati Zhao Rong sambil meremas lengannya, seolah mencari perlindungan.

"Rong, dia menyerangku tanpa alasan! Aku hanya ingin hidup damai di sini, tapi dia terus menyakitiku," ucap Yara dengan suara tersendat, berpura-pura teraniaya.

Zhao Rong yang wajahnya sudah memerah karena amarah langsung menatap tajam ke arah Lilith. "Kau belum juga berubah, Lilith!" bentaknya keras.

"Apa?! Dia yang memancing masalah duluan!" Lilith membela diri dengan napas yang memburu.

Namun, Zhao Rong yang terpancing emosi tidak mendengarkan. Dengan tangan yang gemetar karena amarah, dia melayangkan tamparan keras ke wajah Lilith.

Plak!

Suara tamparan itu menggema di ruangan, membuat para pelayan terkejut dan membeku di tempat.

Lilith yang terhuyung memegang pipinya yang panas dan berdenyut. Mata wanita paruh baya itu berkilat penuh kebencian, sementara Yara menyeringai kecil di balik ekspresi berpura-puranya yang masih tampak sedih.

“Cukup drama ini! Aku muak dengan kekacauan yang kau buat!” Zhao Rong menghardik Lilith dengan nada dingin sebelum menggandeng Yara keluar dari ruangan tanpa rasa bersalah.

Lilith hanya berdiri terpaku, hatinya hancur bercampur dengan dendam yang mulai tumbuh semakin dalam.

****

Mei Long dengan tenang duduk di belakang setelah pulang dari mall, meski ada firasat bahwa mobil di belakangnya telah membuntutinya sejak beberapa kilometer yang lalu. Wajahnya tetap tenang meski matanya tajam memeriksa setiap gerakan di kaca spion.

Di mobil lain, seorang pria berpakaian hitam menghubungi rekan timnya dengan nada bingung. "Bagaimana mungkin mobil itu masih berjalan? Bukankah sistem remnya sudah kami sabotase?"

"Sudah, kami pastikan semua instruksi sabotase berhasil," jawab suara di telepon.

Namun, mobil Mei Long tetap berjalan mulus dan masuk ke halaman mansion megah milik keluarga Long. Para pengawal pribadi segera menyambut dan membukakan pintu mobilnya.

Orang-orang yang mengikuti Mei Long hanya bisa terdiam dengan wajah kebingungan di ujung jalan. Mereka tidak tahu bahwa sebelum berangkat, tim keamanan mansion telah memeriksa setiap kendaraan milik keluarga Long dan memasang teknologi pelacak serta sistem anti sabotase canggih pada kendaraan yang digunakan Mei Long.

Di dalam mansion, Mei Long keluar dengan anggun, sedikit tersenyum kepada Keira yang menunggunya di pintu masuk. "Ada mobil yang mengikuti kami saat pulang tadi," ujar Mei Long dengan tenang.

Derek Wu yang tajam menangkap situasi langsung berkata dengan senyum dingin, "Nyonya tenang saja semua sudah diatasi?"

Mei Long hanya mengangguk pelan, menyiratkan bahwa permainan baru saja dimulai.

Di sisi lain, mansion Hector, suasana kacau balau. Hector, Damian, dan Rosa mengamuk karena rencana mereka untuk mencelakai Mei Long kembali gagal.

"Apa-apaan ini?! Mobil Mei Long masih mulus sampai ke mansion! Padahal remnya sudah kami sabotase!" Damian berteriak geram sambil melempar gelas ke lantai.

Rosa yang biasanya tenang pun terlihat kehilangan kendali. "Kita tidak bisa terus membiarkan dia dan anaknya menguasai segalanya!"

Namun, di tengah amarah mereka, seorang asisten pribadi Hector masuk dengan wajah panik. "Tuan, ada kabar darurat!"

"Apa lagi sekarang?!" bentak Hector.

Asisten itu menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara, "Mobil istri dan anak Anda ... jatuh ke jurang. Remnya blong, Tuan."

Deg!

Hector terdiam seketika. Wajahnya yang tadi penuh kemarahan kini berubah pucat pasi. Damian dan Rosa yang mendengar kabar itu sama terkejutnya.

"K—kau bilang apa?!" Hector hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Kami sudah mengirim tim penyelamat, tapi kondisi mereka belum jelas," lanjut sang asisten dengan suara gemetar.

Seketika ruangan itu dipenuhi dengan ketegangan mencekam. Hector yang biasanya penuh dengan rasa percaya diri kini terguncang hebat. Ironi yang menghantamnya begitu keras—rencana busuknya justru berbalik mengenai keluarganya sendiri.

Di kantor perusahaan Long Group, Ethan duduk santai di kursinya yang megah, menatap layar laptop yang memperlihatkan rekaman situasi kecelakaan mobil istri dan anak Hector. Senyumnya tipis namun penuh arti.

Keira masuk ke ruangannya dengan membawa berkas laporan. "Semua berjalan sesuai rencana, Tuan Ethan. Hector pasti tidak akan pernah menyangka sabotase yang dia rencanakan justru berbalik kepada keluarganya sendiri."

Ethan menutup laptopnya dengan tenang. "Bagus. Biarkan mereka merasakan akibat dari permainan kotor mereka. Ini baru langkah awal."

Keira mengangguk dengan hormat. "Apa langkah selanjutnya, Tuan?"

Ethan menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan tatapan tajam. "Kita teruskan sampai mereka tidak punya apa-apa lagi. Hancurkan reputasi mereka di bisnis. Tapi kali ini, pastikan mereka tahu siapa yang memegang kendali."

Keira tersenyum penuh keyakinan. "Dimengerti, Tuan Ethan."

Ethan mengambil napas dalam, lalu berdiri dengan penuh karisma. "Mereka bermain api, Keira. Aku hanya memastikan mereka terbakar lebih dulu."