Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Richard memang Nekat 2
"Nia, apa kamu mendengarkan aku?" tanya Richard dengan suara lirih, dan tangan yang nakal membelai lembut wajah Nia, membuat wanita itu semakin terhanyut dalam suasana yang di ciptakan oleh suaminya itu.
Nia masih tak bersuara, sesekali dia menelan salivanya, pesona Richard memang tak bisa untuk di lawannya. Pria itu sepertinya menghipnotisnya.
Di tatap dan di sentuh seperti itu, apalagi memdengar suara serak Richard. Membuat Nia merasa seperti melayang. Katakanlah dia lebai, tapi pria yang berada di atasnya itu memang sangat tampan. Tak ada yang membosankan untuk di pandang, dan suaranya juga seperti membawa Nia berada jauh dari raganya.
Maklum, Richard adalah crush Nia sejak SMA.
"Nia"
Mata Nia bergerak, dia mulai merasakan keanehan, suara Richard terdengar begitu aneh. Kening Nia juga berkerut, suara Richard berubah menjadi suara yang agak cempreng. Dan suara itu sangat familiar bagi Nia.
"Richard, suaramu kenapa berubah seperti ibuku?" tanya Nia heran.
Tapi Richard, yang mendengar ucapan Nia itu malah terkekeh pelan. Dia tidak habis pikir, bagaimana Nia bisa tak menyadari kalau yang memanggilnya memang bukan Richard, tapi ibunya.
"Itu memang ibumu" jawab Richard.
Nia mengernyitkan keningnya, bingung.
"Nia! kamu sudah tidur?" panggil Santi lagi dari luar kamar Nia.
Mata Nia melebar, dia langsung mendorong Richard sampai pria itu nyaris terjatuh dari tempat tidur Nia itu.
"Sayang, aduh. Kamu hampir menjatuhkan aku!" kata Richard terkekeh.
Nia bangun, Nia panik, dia hanya memikirkan bagaimana caranya supaya ibunya tidak tahu Richard ada di kamarnya.
Nia bahkan tidak mendengar kan protes Richard itu, dan segera menutupi Richard dengan selimutnya yang lebar itu.
"Sayang, apa yang kamu lakukan?" tanya Richard, meski pria itu juga tidak memberontak. Dia malah pasrah saja, Nia menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Aduh, masih kelihatan!" Agnia panik. Karena sepertinya cara itu tidak berhasil.
Dia berusaha menutupi Richard dengan selimut tapi pria itu terlalu besar. Selimut itu tak bisa menyembunyikan nya. Tetap terlihat seperti ada orang di dalamnya.
"Richard pergilah!" kata Nia membuka selimut Richard dan menarik tangan kekar pria itu.
Nia pikir, jalan satu-satunya ya Richard harus pergi dari kamarnya.
Tok tok tok
"Nia!"
Nia kembali menoleh ke arah pintu. Dia benar-benar panik. Mana pria yang dia tarik sama sekali tidak bergerak barang satu inci pun.
"Richard bangun!" Nia bersuara pelan, dia berusaha menarik tangan Richard untuk membuatnya bangun dan pergi dari tempat itu.
Tapi sekuat apapun tenaga Nia, bahkan tidak bisa membuat pria itu bergerak sama sekali. Sepertinya Richard memang sengaja.
"Aku dalam masalah besar kalau kamu seperti ini! bangunlah Richard!" kata Nia dengan wajah yang sudah tak bisa di jelaskan ekspresi nya.
"Sebenarnya dia sudah bangun sejak tadi, lihatlah!" kata Richard yang menundukkan pandangannya.
Dan dengan menurut nya, Nia mengikuti arah pandangan Richard itu. Sesuatu yang bersarang di celana Richard itu terlihat seolah memberontak ingin di keluarkan.
Mata dan mulut Nia membulat bersamaan.
"Ya ampun, apa-apaan ini. Kenapa malah pamer hal itu? cepat pergi. Ibuku datang!"
Richard yang melihat wajah panik Nia lantas bangun.
"Berjanjilah dulu satu hal!"
"Apa?" tanya Nia yang segera melepas tangan Richard.
Dia sudah menyerah. Dia sampai berkeringat hanya untuk berusaha menarik bangun Richard. Dan itu adalah perbuatan yang sia-sia. Maka Nia melepaskannya saja.
"Besok datang ke apartemen ya..."
Nia pun langsung ingat, kalau besok dia tidak mungkin ke apartemen Richard.
"Aku tidak bisa, aku ada janji dengan ibu..."
"Kalau begitu aku tidak akan pergi!"
Richard menyela dan malah duduk bersila di atas tempat tidur Nia seperti orang yang sedang bersemedi.
"Aduh, jangan begitu!"
"Niaa!!"
Suara Santi makin meninggi.
Nia yang tidak ingin mendapatkan tambahan masalah berpikir dalam hatinya.
'Di iyakan saja dulu deh, daripada nanti ketahuan sama ibu'
Setelah memikirkan itu dalam hatinya. Nia pun segera menganggukkan kepalanya di hadapan Richard.
"Iya, aku akan datang besok! sekarang pergilah!"
Richard mengangguk dengan patuh. Nia menghela nafas lega. Tapi baru akan berbalik mendekat ke arah pintu. Tangan Nia di tarik oleh Richard dan pria itu langsung saja tanpa ba bi dan bu, mencium bibir Nia dengan kuat sekali.
"Hah... hah..."
"Rupanya kamu belum belajar ya?" tanya Richard melepaskan Nia.
'Orang ini, aduh aku hampir tercekik tak bisa bernafas. Memangnya berciuman harus seperti itu. Sesak sekali'
"Tak masalah, aku akan terus mengajarimu! sampai jumpa besok sayang" ujarnya lalu pergi keluar kamar lewat pintu ke arah balkon kamar Nia.
Nia pun segera membuka pintu kamarnya.
"Hoammmm"
Nia berpura-pura meregangkan otot-otot nya dan menguap di depan ibunya.
"Ada apa Bu?" tanya Nia.
Santi memperhatikan Nia.
"Nia, kamu itu perempuan. Air liurmu lihat! banjir sekali!" kata Santi yang melihat bibir Nia pinggiran basah.
Mata Nia langsung membelalak. Dia juga langsung berbalik dan menyeka bibir dan pinggiran bibirnya dengan lengan baju tidurnya.
Karena itu bukan air liur. Itu adalah sisa-sisa jejak yang di tinggalkan Richard saat mencium Nia tadi.
Setelah yakin bersih, Nia baru berbalik melihat ke arah ibunya.
Tapi, hal itu justru membuat Santi percaya. Kalau anaknya itu memang sudah tidur tadi. Makanya meski dia mengetuk sangat lama, dan memanggilnya, Nia tak kunjung menjawabnya.
"Ibu cuma mau ingatkan kamu. Pasang alarm jam 5 pagi..."
"Bu, besok kan weekend?" tanya Nia, sebenarnya lebih ke arah protes sih. Kenapa di hari weekend, dia harus bangun pagi.
"Iya tahu. Tapi ayah kamu minta nak Kalvin sarapan di sini. Dan kamu yang harus bantu ibu dan bibi memasak. Kalau mau protes, katakan pada ayah kamu. Tidurlah lagi, ingat Nia! setel alarm di jam 5!"
"Bu..."
Santi langsung berbalik. Dia tidak lagi mendengar panggilan dari Nia. Karena dia tahu, kalau anaknya itu memanggilnya hanya untuk protes.
"Bu..."
Nia semakin lemas saja rasanya. Seperti kata ibunya, kalau mau protes, dia harus bicara pada ayahnya. Dan daripada Nia harus bicara pada ayahnya, dia lebih baik lembur tiga hari tanpa di bayar. Kiasannya seperti itulah. Protes pada ayah adalah hal yang paling berat untuk di lakukan, dan itu paling mustahil.
Nia menutup pintu kamarnya. Dia benar-benar hanya bisa pasrah. Dia sudah memikirkannya sejak tadi, tapi dia belum menemukan cara supaya pertunangan dengan dokter Kalvin gagal.
***
Bersambung...
eeehhh malah Nia yang duain ini yaa wkwkwkw