NovelToon NovelToon
Reborn For Revenge

Reborn For Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:56.8k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

⚠️Warning⚠️

Cerita mengandung beberapa adegan kekerasan


Viona Hazella Algara mendapatkan sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapatkan setelah kematiannya.

Dalam sisa waktu antara hidup dan mati Viona Hazella Algara berharap dia bisa di beri kesempatan untuk menembus semua kesalahan yang telah di perbuatnya.

Keluarga yang dicintainya hancur karena ulahnya sendiri. Viona bak di jadikan pion oleh seseorang yang ingin merebut harta kekayaan keluarganya. Dan baru menyadari saat semuanya sudah terjadi.

Tepat saat dia berada di ambang kematian, sebuah keajaiban terjadi dan dia terbawa kembali ke empat tahun yang lalu.

Kali ini, Viona tidak bisa dipermainkan lagi seperti di kehidupan sebelumnya dan dia akan membalas dendam dengan caranya sendiri.

Meskipun Viona memiliki cukup kelembutan dan kebaikan untuk keluarga dan teman-temannya, dia tidak memiliki belas kasihan untuk musuh-musuhnya. Siapa pun yang telah menyakitinya atau menipunya di kehidupa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

    "Oke... oke, tapi tolong tenang dulu. Tolong jangan memaksa seperti tadi, jantung saya sudah tidak kuat lagi." Kata Manajer menyerah.

    Sementara Viona justru berseri-seri karena gembira. "Iya, pak manager. Aku tau. Makasih banyak buat hari ini. Apa aku boleh bawa motor ini pulang?."

    "Tentu saja, Nona. Tapi, saya mohon jangan bertindak gegabah di jalanan. Ingat, keselamatan adalah yang terpenting..." Perkataan sang manajer tenggelam oleh deru mesin saat Viona lepas landas sembari mengeluarkan semburan knalpot.

    Merasa bimbang, sang manajer mengeluarkan ponselnya dan merenungkan bagaimana cara melaporkan situasi tersebut kepala Varell. Namun, sebelum dia sempat menghubungi nomor Varell, dia disela oleh suara gemuruh lainnya. Tiba-tiba, Viona berbelok tajam dan berhenti dengan mulus tepat didepannya.

    'Kesempatan adalah yang terpenting! Apakah nona Viona tahu apa artinya itu?.' Manajer itu menggerutu dalam hati.

    Namun diwajahnya, dia berhasil memperlihatkan senyum hangatnya. "Nona Viona, apa anda sudah berubah pikiran? Apa anda tidak ingin memilih mobil saja?."

    "Ngga, aku lupa tas ku." Kata Viona sembari membuka helmnya dan berjalan untuk meraih tasnya yang ia gantung sembarangan di spion mobil.  Mengalungkan tasnya, Viona kembali menaiki motor barunya. "Apa ada lagi yang mau bapak omongin?." Tanya Viona dengan bingung.

    Manajer itu ragu-ragu sebelum akhirnya menjawab. "Ngga, saya tidak mengatakan apa pun."

    Viona mengedikkan bahunya dan melambaikan tangannya dengan santai. "Ya udah deh, sampai jumpa."

    "Hati-hati, Nona." Teriak sang manajer saat Viona menyalakan mesin motor dan melaju sembari menghembuskan napasnya. "Pekerjaan ini terlalu sulit."

   Viona memacu motornya dengan cepat menuju mansion Algara dan saat tiba didepan gerbang megah mansion Algara, ia menginjak rem dengan cepat dan menghentikan motornya. Ia menelpon pelayan kepercayaannya— Bik Ida untuk menanyakan apakah ayahnya ada di rumah, baru setelah mengetahui bahwa ayahnya belum pulang, Viona dengan hati-hati mengendarai motor dan memasukannya kedalam garasi besarnya.

    Arga Radja Algara— ayah Viona memang selalu bersikap kuno dan percaya bahwa seorang gadis harus bersikap lembut dan pendiam. Arga tidak akan setuju jika mengetahui Viona mengendarai motor, terutama mengingat citra Viona saat ini yang telah buruk dan baru saja terlihat bagus. Viona tahu ia tidak mampu menanggung risiko kemundurannya lagi.

    Masuk ke garasi, Viona turun dan menuntun motornya. Karena ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menarik perhatian banyak orang. Pada saat itu, mang Biman, memperhatikan Viona dan bergegas menghampirinya. "Lah, Non... ini motor siapa?." Tanya nya.

    "Sssttt..." Viona menempelkan jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat pada Biman agar pria tua itu terdiam.

    "Mang, ada temen ku yang ngasih motor ini ke aku. Tapi, tolong jangan sampe papa tahu ya?! Nanti kalau ada yang nanya, mang Biman bilang aja kalau motor ini punya kak Dirga dan di tinggalin di garasi gitu aja." Kata Viona dan melihat Biman mengangguk tanda setuju.

    Viona menghela nafasnya. Ia bersyukur bahwa mang Biman— kepala pelayan pria selalu bersedia menyimpan rahasianya.

    Dirga sudah lama menjadi orang yang mandiri, memiliki perusahaan yang berdiri sendiri yang sukses. Jadi, Arga biasanya tidak terlalu mempedulikan apa yang dilakukan Dirga. Jadi, biarlah kesalahan apa pun atas hal-hal yang salah sepenuhnya berada di pundak Viona.

    Meski pun Biman terlihat agak kebingungan, dia selalu mengiyakan semua permintaan Viona, gadis yang selama ini telah dia lihat tumbuh kembang sampai sekarang. Karena motor itu bukan masalah besar, Biman mengangguk setuju. "Jangan khawatir, Non. Kalau ada yang nanya, mamang pasti ngomong kalau itu punya den Arga."

    "Oke, deh. Makasih banyak ya mang." Viona tersenyum setelah dia menyimpan motor itu di garasi cadangan, lalu masuk kedalam mansion dengan perasaan yang gembira.

    Arga belum pulang dan hanya Erina yang ada di rumah. Begitu Viona masuk kedalam, ia melihat Erina dan karena itu senyum di bibirnya langsung menghilang.

    'Ugh! Kenapa gue harus ketemu sama Mak lampir itu sih? Ck! Bikin mood gue berantakan aja.' Batin Viona sembari terus berjalan masuk.

    Sementara itu, Erina terkejut saat melihat Viona masuk sendirian. "Loh, Viona, kamu kok sendirian? Bukannya tadi keluar sama Ziya? Mana Ziya?."

    "Oh, Ziya masih main sama temen-temennya, Tante. Aku ada urusan penting, jadi aku pulang duluan!." Kata Viona menjelaskan.

   

    "Kalian berdua kan sahabatan, kok kamu bisa ninggalin Ziya gitu aja? Lain kali kamu ngga boleh kayak gini,  Viona." Jawab Erina sembari memegang cangkir tehnya seperti wanita kelas atas. Nada bicaranya terdengar lembut, tetapi ada sedikit nada memerintah didalamnya.

    Selama bertahun-tahun, Viona selalu menurutinya tanpa bertanya, ia tidak pernah merasa ada yang salah dalam perintah Erina. Namun sekarang, semakin Viona mendengarkannya, ia semakin merasa tidak nyaman.

     Viona memasang raut wajah polosnya. "Tante, Ziya kan masih sama teman-temannya. Apa yang mungkin terjadi sama dia? Sedangkan aku pulang sendirian, kenapa Tante ngga peduli sama aku?."

    Erina kembali terkejut setelah mendengar perkataan Viona. "Apa yang kamu bicarain? Tentu aja, Tante peduli sama kamu. Tante cuma... nanya biasa aja. Viona, ada apa? Kamu keliatannya lagi sedih?." Erina mengernyitkan dahinya. Wanita itu merasa tidak terbiasa dengan sikap Viona yang berkata dengan nada yang kasar seperti itu padanya.

    "Ngga ada apa kok. Aku mau naik dulu keatas." Jawab Viona dengan tenang, membenarkan posisi tasnya sebelum akhirnya berjalan menaiki tangga.

    Begitu Viona berbelok di tangga yang memutar, raut wajahnya langsung berubah. "Hah! Lo pikir bisa manipulasi gue lagi? Gue ngga akan sebodoh dulu." Gumamnya.

    Erina berdiri disana, merasakan perasaan antara bingung dan frustasi. Dia tidak bisa mengerti mengapa Viona bersikap seperti ini padanya. Padahal gadis itu selalu menurut padanya, tetapi sekarang Erina mulai menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan hubungan mereka. Erina selalu menjadi orang yang memegang kendali dan Viona selalu mengikuti arahan darinya tanpa bertanya.

    Tetapi sekarang, untuk pertama kalinya, Viona merasa ingin menegaskan dirinya sendiri untuk mengendalikan hidupnya sendiri.

   Begitu Viona masuk kedalam kamarnya, ponselnya berdenting dan saat dia memeriksa, terdapat notifikasi bahwa uang sebesar 200 juta telah di transfer ke rekeningnya. Manajer itu memang telah mentransfer semua uang itu untuk Viona sendiri.

    Jika begitu, Viona bisa menyimpan kartu tanpa batas pemberian dari Dirga untuk sementara waktu. Dia sudah punya banyak uang sekarang! Viona berbaring diatas tempat tidurnya dan merentangkan kedua tangannya sembari menguap. Hari ini sangat melelahkan, tetapi cukup menyenangkan baginya!

    Viona merogoh saku celananya dan mengeluarkan kartu yang dia dapatkan dari Klub Starlight, dia ingin memeriksanya dengan seksama. Ketika melihat pola bunga biru di bagian belakangnya, Viona mendapat inspirasi dan memutuskan untuk mencarinya di internet. Tak lama kemudian, dia menemukan sesuatu. [Bunga biru merupakan simbol utama inspirasi bagi gerakan Romantisme dan tetap menjadi motif abadi dalam seni Barat hingga saat ini. Bunga ini melambangkan hasrat, cinta dan perjuangan metafisik untuk mencapai sesuatu yang tak terbatas dan tak terjangkau. Bunga ini melambangkan harapan dan keindahan dalam berbagai hal]

    Tatapan mata Viona tertuju pada kalimat itu. "Untuk mencapai sesuatu yang tak terbatas dan tak terjangkau? Apa Varell ngira kalau gue harus jatuh cinta sama dia kayak keajaiban yang tiba-tiba terjadi?." Tanya Viona pada dirinya sendiri.

    Memikirkan hal seperti itu, seperti membangkitkan sedikit kepahitan di hati Viona. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Viona di kehidupan sebelumnya masih segar dalam ingatannya dan membuat dadanya terasa sesak.

    Di kehidupan ini, Viona memutuskan untuk menebus semuanya dan memberi kompensasi pada Varell sebanyak mungkin.

    Saat Viona sedang asyik melamun, ponselnya tiba-tiba kembali berdenting dan ketika ia memeriksa, ternyata itu pesan dari kakak ketiganya— Rasya. Lelaki itu telah pergi ke Australia kemarin dan sekarang dia mengirim sebuah foto bintang jatuh yang sangat indah pada Viona.

    [Kak Rasya: Dek, kakak baru aja liat bintang jatuh yang ngga diduga hari ini. Jadi, kakak mutusin buat ngirim foto itu ke kamu]

    Tampaknya, Rasya masih memikirkan tentang permintaan Viona setelah terakhir kali mereka bertemu.

    Padahal, Viona sebelumnya tidak pernah merasa tertarik pada astronomi, tetapi melihat foto yang Rasya kirim padanya, membuat Viona merasa bahwa foto itu benar-benar cemerlang dan indah. Di langit malam yang gelap gulita, bintang jatuh berekor memancarkan cahaya misterius dan menawan. Viona sekarang bisa memahami mengapa Rasya sangat mencintai bidang astronomi.

    [Viona: keliatannya emang bagus banget, kak]

    Melihat pesan balasan Viona, Rasya segera membalasnya.

    [Kak Raysa: Kalau gitu pas banget dek. Kakak punya foto cantik lainnya. Kamu pengen liat ga?]

    Setelah mengirim semua foto yang diambilnya, Rasya segera menjelaskan semuanya pada Viona.

    Rasya yang biasanya pendiam dan hanya bicara seperlunya, kini terlihat agak kekanak-kanakan, tetapi itu terlihat menawan. Bahkan, Viona bisa merasakan kegembiraan Rasya. Setelah mengobrol sebentar bersama Viona lewat pesan chat, Rasya tiba-tiba menyadari sesuatu.

    [Kak Rasya: Dek, mungkin kakak terlalu banyak ngomong. Lagi pula keliatannya emang ngga tertarik]

    [Viona: Kata siapa sih, kak? Menurutku tadi itu menarik. Dan aku yakin, besok kakak bisa jadi astronom yang hebat!]

    [Rasya: Haha! Makasih ya adek. Itu emang impian kakak]

    Jantung Viona berdebar kencang saat membaca pesan itu, ia teringat bagaimana Rasya di kehidupan yang sebelumnya. Dan diam-diam Viona berharap bahwa dalam kehidupan ini, kakaknya itu bisa mengejar mimpinya sampai sukses!

    Viona hendak melanjutkan obrolan mereka, tetapi tiba-tiba ia mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ia mengernyitkan dahinya. "Siapa?." Tanyanya.

    "Viona, ini aku." Suara Ziya terdengar dari luar.

    Senyum sinis tersungging di bibir Viona. Inilah pertama kalinya Ziya menyadari bahwa jika masuk kedalam ruangan orang lain harus mengetuk pintu terlebih dahulu baru masuk dan bukan malah sebaliknya.

    Viona membalas pesan Rasya dan mengakhiri obrolan mereka sebelum akhirnya dengan malas berkata. "Ya, masuk."

    Ziya mendorong pintu hingga terbuka lebar dan kemudian masuk kedalam kamar Viona. Wajahnya terlihat tertekuk kusut dan Viona tahu bahwa Ziya sedang berusaha keras mengendalikan emosinya, tetapi tetap saja, raut wajah Ziya masih tidak enak untuk dipandang.

    Hari ini, Ziya telah mengeluarkan uang sebesar 100 juta dan setelah sampai di rumah, Erina memberitahunya bahwa Viona terlihat seperti sedang dalam suasana hati yang buruk. Jadi, wanita itu memerintahkan putrinya untuk memeriksa Viona.

    Bukan Viona yang sedang dalam suasana hati yang buruk, melainkan Ziya sendiri..

    Ziya duduk di samping Viona dengan raut wajah kaku dan mulai buka suara. "Viona, ibu bilang kalau lo tadi keliatannya lagi sedih ya? Ibu khawatir sama lo. Jadi, dia minta gue buat dateng ke sini dan liat keadaan lo."

    Mendengar hal itu, ekspresi Viona seperti tidak berdaya. "Ziya, lo tau kan tadi Billy kayak gimana gitu sama gue? Jangan lupa sama ceweknya dia juga. Nyebelin banget! Gimana hari ini gue bisa tetap semangat setelah kejadian itu? Hah?!."

    Kemarahan Ziya semakin memuncak saat Viona menyebutkan hal itu. Harus dia yang mengeluh, bukan Viona!.

    "Tapi, lo sama sekali ngga kehilangan apa pun, kan? Jadi, kenapa lo malah marah?."

    "Oh, dan juga... gue tadi keluarkan nyari Leo, tapi gue ngga tau Leo ada di mana. Jadi gue kesel banget!." Kata Viona berbohong.

    Setelah Viona keluar dari ruangan mengambil tasnya, dia memerintahkan manajer untuk memindahkan Leo dimana pun, agar Ziya dan yang lainnya percaya dengan alasan kepergiannya.

    Ketika Ziya mendengar bahwa Viona mengkhawatirkan Leo, lekuk wajahnya terlihat sedikit melembut. Namun, Ziya tidak berminat untuk terlalu memperhatikan Viona.

    Pikirannya saja masih dipenuhi dengan masalahnya sendiri setelah kehilangan uang 100 jutanya itu.

    "Viona, apa yang lo pikirin hari ini? Kenapa lo malah pesen anggur termahal di Klub Starlight? Apa lo ngga tau kalau anggur itu mahal?." Tanya Ziya.

    Viona memperlihatkan raut wajahnya bingungnya. "Emangnya seberapa mahal anggur itu?." Namun, didalam hatinya, Viona tersenyum senang. Sebenarnya dia sengaja memilih untuk membeli anggur dengan harga selangit.

    Ziya mulai terlihat kesal. "Lo tau? Harga semuanya? 200 juta! Terus... Billy sok-sokan mau bayarin semuanya, tapi ternyata uang dia ngga cukup. Jadi, gue terpaksa minjemin dia 100 juta!."

    "Lo serius? 200 juta?." Viona berpura-pura tertegun sejenak dan menatap Ziya dengan membulatkan kedua matanya.

   

    Ziya mengira bahwa Viona telah menyadari kesalahannya dan dia pun kembali buka suara. "Lagian, kamu sih pilih minuman aja yang mahal banget!."

    'Viona lo bener-bener bodoh! Tapi lo harus tau sih maksud gue cerita ini ke lo! Lo harus bayar gue karena kebodohan lo ini!.' Batin Ziya.

1
Saythename_27
Luar biasa. Keren.

dan maaf, Kak, untuk rating sebelumnya.
aku ngelag jadi salah pencet.

sekali lagi maaf, Kak 🙏🙏
Saythename_27
Buruk
IndraAsya
👣👣👣
Abz
lnjut
Kharisma
penasaran IQ dia berapa eh bukan EQ nya
kok gak peka banget
Rossy Annabelle
next,, 💪
Abz
lanjut yg banyak thor
@haerani-d
dih! kita buktikan melalui cctv, daku percaya bi Ida g bersalah.
itu pasti kerjaan si anteknya ulat bulu /Smug/
Abz
lanjut
Abz
lnjut
@haerani-d
woi! maliiiing...!
hehehe, maling bibir /Curse/
kenapa bang, penasaran ya rasanya /Smirk/
lanjut kak, terimakasih /Kiss/
@haerani-d
hehehe ada yang gagal paham /Smirk/
awas salah mijit vio, nanti otot-ototnya pada setres kan kasian karena kang mijit amatiran /Bye-Bye/
Abz
lnjut
Abz
😂😂😂😂😂😂
Diyah Pamungkas Sari
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ngabrut! 🤣🤣🤣
Abz
lanjut
@haerani-d
sukurin tuh pelayan kurang adab, dihempaskan aja /Sneer/
haddehh kalian ini kapan sih saling terbuka, biar tidak miskom hanya saling berasumsi Mulu, daku jadi gregetan /Slight/
Rossy Annabelle
next,,,seru nih ceritanya
Anonymous
semangat kak/Rose/
Abz
felix klo tau si V itu vio gimana ya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!