Virginia menjual keperawanan yang berharga pada Vincent demi menyelamatkan nyawa adiknya yang saat ini sedang koma. Namun, Vincent yang sedang mengalami prahara dalam hubungannya dengan sang mantan istri, menggunakan Virginia untuk membalas dendam pada sang mantan istri.
Vincent dengan licik terus menambah hutang Virginia padanya sehingga anak itu patuh padanya. Namun Vincent punya alasan lain kenapa dia tetap mengungkung Virginia dalam pelukannya. Kehidupan keras Virginia dan rasa iba Vincent membuatnya melakukan itu.
Bahkan tanpa Vincent sadari, dia begitu terobsesi dengan Virginia padahal dia bertekat akan melepaskan Virginia begitu kehidupan Virgi membaik.
Melihat bagaimana Vincent bersikap begitu baik pada Virgi, Lana si mantan istri meradang, membuatnya melakukan apa saja agar keduanya berpisah. Vincent hanya milik Lana seorang. Dia bahkan rela melakukan apa saja demi Vincent.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembatalan Perceraian
"Kamu boleh mengabaikan aku, tapi tidak dengan Brie, Vincent! Utamakan Brie dulu, baru pacar kamu! Brie udah nunggu kamu di sekolah! Dia tahu kamu libur! Tapi kamu malah bersenang-senang dengan pacar kamu tanpa mikirin Brie! Sekarang dia kambuh lagi gara-gara kecapekan!"
"Ketika kamu memilih pergi bersama pria itu, apa aku pernah menghubungimu ketika dia sakit? Apa aku pernah mengatakan keburukanmu pada Brie sebelum kamu kembali setahun lalu?"
Egi mendengar pertengkaran mereka berdua secara lengkap lima belas menit terakhir. Ketika akan masuk ke rumah usai membeli pembalut.
Egi merasa sekarang sedang ditempatkan diantara dua orang yang sedang baku tembak. Ia perlahan mulai bisa menduga apa yang terjadi diantara dua orang ini. Yang Lana bilang kesalahan kecil pasti dianggap fatal oleh Vincent.
Bisa dimengerti, tetapi sudah setahun berlalu, apa yang mereka lakukan dalam pernikahan ini selama itu jika bukan berbaikan?
Jika semua karena Brie, bukankah mereka harus akur?
Lalu kenapa Vincent justru membawanya masuk ke sini? Balas dendam kah?
Bukankah ini terlalu kejam?
Kenapa Vincent harus membuatnya terlibat sejauh ini hingga akhirnya membuat semua semakin runyam?
"Maaf, kamu harus mendengar itu!" Egi kaget melihat Lana muncul di depannya.
"Boleh saya bantu, Bu?" Egi melihat betapa repotnya Lana. Dia juga paham kemana Lana akan pergi, jadi dia tidak bertanya.
Lana sejenak terkejut, tetapi dia kemudian mengangguk seraya tersenyum.
Egi mengambil tas di tangan Lana, kemudian mengantarkannya ke mobil dimana sopir sudah menunggu.
"Makasih, ya!" Lana masuk, tetapi saat akan menutup pintu dia menahannya sebentar. Menatap Egi hangat. "Aku tidak menyalahkan kamu sama sekali, Virgi, Vincent sudah lama membaut kami begini. Tapi entah kenapa hanya kepada kamu aku tidak pernah merasa sakit hati."
Memang, Lana mencurigai siapapun yang dekat dengan Vincent, tapi hanya kepada Egi saja dia tidak perlu merasa khawatir. Egi begitu lugu dan murni, rasanya tidak mungkin dia menyukai Vincent dan masuk begitu saja ke dalam rumahnya tanpa campur tangan Vincent.
"Kami memang tidak akur, tetapi tidak pernah benar-benar saling membenci! Begitu dia puas, dia akan berhenti sendiri. Aku hanya perlu bertahan sebentar lagi," ujar Lana dengan senyum lemah di bibirnya.
Egi artinya juga harus bertahan dan diam sampai Vincent puas lalu membuangnya.
"Anda—maksud saya, yang anda lakukan itu apa sampai Dokter Vincent begitu marah pada anda?"
Lana menatap mata Egi begitu lama. Setelah berhasil menyimpulkan arti pertanyaan Egi, Lana menjawab pelan.
"Jika Vincent benar-benar mencintai seseorang, siapapun tidak boleh dekat dengan orang yang dicintainya." Lana tersenyum. "Dia marah dan mengamuk tanpa menyadari jika tindakan itu membuatnya rugi sendiri."
Egi tetap mengangguk meski masih bingung. "Baiklah, hati-hati dijalan, Bu."
Lana meminta sopir segera berangkat usai berterimakasih lagi pada Egi.
"Jika benar-benar mencintai orang itu ya?" Egi berpikir keras sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Tidak mungkin aku dibuang jika syaratnya harus dicintai dulu oleh Dokter Vincent, kan?"
Syarat itu terlalu berat!
"Pasti ada cara lain!" Egi yakin. "Dengan tetap sabar seperti Bu Lana yang menunggu Dokter Vincent luluh dengan sendirinya."
...
Hari ke delapan Brie di rawat, Lana dan Vincent tidak pulang, selama itu pula dia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka di luar sana. Di rumah sakit saat menjenguk El, dia tidak bertemu Vincent maupun Lana sama sekali.
Pria itu hanya mengatakan melalui telepon untuk berada di rumah saat jam sekolahnya dimulai. Ya, tanpa persetujuan siapapun, Vincent memutuskan agar Egi homeschooling saja.
Hari ini sudah hari ke enam Egi sekolah. Egi terbilang cepat menangkap pelajaran yang diberikan meski sudah jauh tertinggal.
Sekitar jam 9 malam, Egi mengantarkan Miss Andrea pulang, kemudian dia mengemasi buku pelajarannya, sebelum duduk di sofa ruang tamu yang panjang dan empuk.
Egi memejamkan mata karena lelah, pikirannya melayang jauh sampai dia tidak mendengar Vincent masuk. Ia baru sadar ketika sofa bergerak mendadak.
Tangan Vincent mendadak meraih dagu Egi dan menciumnya di bibir.
Egi berkedip bingung, tetapi ia ingat untuk tetap patuh. Ia tetap harus ingat untuk membayar pria ini entah sekarang ataupun nanti.
Ciuman ini begitu lembut dan menuntut, Egi gelagapan meladeni.
Bergerak sedikit saja, Vincent sudah menyesapnya sangat kuat. Bahkan dengan mudah, Egi berpindah dari sebelah ke pangkuan Vincent.
Tengkuk Egipun ditekan kuat oleh Vincent hingga keduanya seperti menempel satu sama lain.
Hingga Vincent puas, Egi baru dilepaskan hingga wajahnya memerah parah.
"Sudah seminggu kan? Jadi apa kamu sudah memikirkan sesuatu yang kreatif?" Vincent menyisipkan rambut Egi ke telinga.
Egi mana sempat memikirkan itu, kan? Dia hanya bagian menerima serangan tanpa mau repot memikirkan serangan.
"Hibur aku, Virginia! Buat aku senang malam ini, maka semua hutangmu padaku lunas!"
Mata Egi membeliak, pipinya semakin merah dan panas.
Vincent tersenyum lalu menekan pinggang Egi kebawah. "Cium aku, Virginia! Cium aku seperti aku menciummu barusan!"
Egi menelan ludah, sebelum dengan keberanian yang dipaksakan, dia menunduk untuk mencium bibir Vincent.
Sungguh dia terlihat murahan.
Vincent dengan nakal menggerakkan pinggul Egi ke depan dan ke belakang sampai membuat Egi gemetar tak keruan. Dia hampir jatuh jika tidak segera berpegangan pada leher Vincent.
Ya Tuhan, ini mengerikan! Egi bahkan tidak ingin melihat mukanya setahun kedepan! Ini memalukan sekali!
Di luar, Lana melihat semua yang dilakukan Egi pada Vincent. Wanita itu muak.
"Seharusnya aku memperlakukan dia sama seperti yang lain!"
Lana mengambil ponsel, lalu memfoto mereka sebelum ia mengirim pesan pada seseorang.
"Perceraianku dengan Vincent bisa dibatalkan, bukan?"
"Kami rujuk lagi demi putri kami."
"Baiklah, akan aku serahkan semua persyaratannya besok."
Lana meletakan ponsel kembali ke tas sebelum memprogram wajahnya se biasa mungkin dihadapan dua manusia itu.
"Virginia, aku bersumpah, hidupmu tidak akan lebih baik dariku jika kamu tetap berkeras merebut Vincent dariku!" tekatnya dalam hati.
...
Note; aku gugling katanya bisa melakukan pembatalan perceraian untuk non Muslim ya. Koreksi jika saya salah. Saya cuma berdasarkan mbah gugel saja. Alasan rujuk juga kebetulan sama dengan yang ada disana.
Ini Screen capture dari sumber: