[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 Darah di Lembah: Kekuatan Liang Fei Menghancurkan Bandit Bulan Perak
Bandit Bulan Perak biasanya sering melancarkan aksinya di sekitar kota Huisan, tetapi baru kali ini mereka tampak di dekat kota Linghua.
Hal itu jelas mengisyaratkan bahwa kelompok bandit itu berniat memperluas wilayah mereka. Paman Guan menganggap tempat itu aman dari jangkauan bandit karena tidak tahu bahwa mereka mulai menyebarkan cabangnya ke berbagai kota.
Mereka terkenal merampok para pedagang, membunuh para pria, dan melecehkan para wanita. Sampai saat ini belum diketahui siapa pemimpin utama dalam kelompok itu.
Kembali ke Liang Fei yang kini menatap kedua penjaga pintu markas Bandit Bulan Perak, mereka tampak marah tapi juga waspada terhadapnya.
"Jangan bergerak dari tempatmu, atau aku akan menyerangmu!"
Salah satu penjaga memberi peringatan, sementara yang satunya masuk ke dalam markas untuk melaporkan situasi yang terjadi.
Liang Fei tetap berdiri, meskipun orang-orang yang menuntunnya ke tempat itu sekarang menodongkan senjata mereka juga. Kini, ia telah dikepung dari berbagai sisi.
Orang-orang yang membawanya ke sana telah berubah sikap, mengangkat senjata mereka, mungkin berharap untuk mengimbangi tensi ketegangan dengan keberanian palsu.
Tidak ada suara selain hembusan angin malam yang mengelus lembut pepohonan di sekitar, menciptakan suasana yang semakin mencekam.
Liang Fei tetap berdiri dengan tenang, memperhatikan setiap gerakan sekecil apapun di sekelilingnya.
Para bandit yang memasang wajah berani tapi cemas mulai berkeringat, menyadari bahwa mereka berhadapan dengan seorang yang telah membuktikan dirinya tidak hanya terampil tetapi juga tanpa ampun.
Ketika ketegangan mencapai puncaknya, suara berat dari dalam markas akhirnya terdengar.
Seorang pria bertubuh kekar dengan bekas luka di sepanjang wajahnya, yang tampaknya adalah salah satu pemimpin bandit itu, keluar.
Mata pria itu menyorotkan campuran antara kemarahan dan keingintahuan saat melihat kehadiran asing di depan markas mereka.
“Apa yang terjadi di sini?” suara beratnya menggema, mencoba menuntut jawaban.
“Kami bertemu dengannya saat ingin menyergap kereta, dan dia—dia terlalu kuat,” ucap Go Hua dengan suara gemetar.
Dong Guan, pria bertubuh kekar itu, melipat tangannya di depan dada dan menilai Liang Fei dari atas ke bawah.
“Apa yang kau inginkan di sini?”
Liang Fei menatap pria itu tanpa rasa takut. “Aku hanya ingin melihat apakah kalian cukup bijaksana untuk menyadari batasan dan kapan harus berhenti.”
Dong Guan tertawa pahit, seolah menganggap Liang Fei meremehkan bahaya di sekelilingnya.
“Kami, Bandit Bulan Perak, tidak punya batasan yang kau sebutkan. Kami mengambil apa yang kami inginkan.”
Liang Fei menatapnya tajam, sedikit senyum meremehkan terisung di bibirnya, “Kalau begitu, jangan marah jika hartamu diambil oleh orang yang lebih kuat.”
Energi Qi berkumpul di tubuh Liang Fei sebelum ledakan Qi itu menghempaskan orang-orang yang menodongkan senjata ke arahnya.
Dengan kecepatan seperti guntur, Liang Fei menjatuhkan kedua penjaga gerbang dan terus meluncur ke arah Dong Guan.
Dong Guan, yang biasanya tak terkalahkan di antara bandit, merasa serbuan adrenalin saat menyadari kecepatan dan kekuatan Liang Fei bukanlah hal yang bisa dianggap enteng.
Dengan pengalaman bertarung yang didapat dari menguasai wilayah, Dong Guan mencoba mempertahankan posisinya, bergerak sigap untuk menahan serangan maut Liang Fei.
Ketika gerakan cepat Liang Fei terhenti oleh pertahanan kuatnya, Dong Guan akhirnya bisa melihat mata kosong milik Liang Fei.
"Hahaha, dapat mencapai penyempurnaan roh dengan mata yang cacat itu sungguh mengagumkan. Kau pasti dianggap jenius di sektemu!"
"Kau salah, aku adalah sampah terbesar di sekte."
Bersamaan dengan ucapannya, Liang Fei menambah kepadatan Qi di tinjunya, membuat kaki Dong Guan tergeser mundur.
Dong Guan menggertakkan giginya, menahan benturan kekuatan yang luar biasa mengalir dari Liang Fei.
Meskipun bangga dengan kekuatannya, Dong Guan tidak bisa mengingkari rasa was-was yang mulai merayapi dirinya ketika melihat lawannya begitu tenang dan terampil.
“Jika orang sepertimu dianggap sampah, maka sisanya apa?” ejek Dong Guan meski kini penuh dengan tekad.
Sementara itu, Liang Fei menatap Dong Guan dengan pandangan datar, seolah pertarungan itu hanyalah pemandangan biasa yang sering ia saksikan. Wajahnya tidak menunjukkan ketegangan, hanya ketenangan yang menakutkan.
Para bandit yang belum terlibat dalam pertempuran tetap berada di belakang, ketakutan yang membelenggu mereka terlalu kuat untuk diabaikan.
Mereka telah menyaksikan bagaimana dengan mudahnya Liang Fei menghentikan langkah mereka. Keberanian palsu yang menjadi tameng mereka selama ini hancur dalam sekejap mata.
Liang Fei kembali menyerang, gerakannya seperti kilat yang menyambar, sulit ditebak dan mustahil untuk dihindari sepenuhnya.
Dong Guan nyaris tidak bisa menahan serangan tersebut. Dengan serangkaian gerakan halus namun mematikan, Liang Fei membuat Dong Guan terdorong mundur, menciptakan ruang di antara mereka yang justru memberi keuntungan bagi Liang Fei.
“Malam yang tenang, pemandangan yang menyegarkan, alangkah sayangnya jika darah kotor kalian menghancurkan suasana ini,” Liang Fei berkata dengan nada dingin, seolah membekukan udara malam itu.
Dong Guan, yang kini mulai merasakan batas kemampuannya teruji, ada sesuatu yang jarang terjadi dalam hidupnya sebagai bandit, ketakutan.
“Tidak mungkin, padahal aku berada di Prajurit Alam tahap 3. Kenapa kau yang hanya berada di Penyempurnaan Roh bisa sekuat ini!” Teriak Dong Guan frustasi, sebelum mengeluarkan pedang besar dari cincin parsial miliknya.
Ia bergerak maju dengan tekad yang kuat meskipun tubuhnya mulai kelelahan.
“Apa kau pikir tahap dalam kultivasi adalah segalanya?” tanya Liang Fei, seolah tidak tergoyahkan oleh serangan yang akan datang.
“Sikap seperti itulah yang membuat banyak kultivator jatuh,” lanjutnya.
Dong Guan mengayunkan pedang besarnya dengan kekuatan penuh, berharap untuk menebas Liang Fei, tetapi serangannya hanya menyapu udara kosong.
Tanpa disadari olehnya, lehernya telah tergores oleh pedang Liang Fei. Dong Guan batuk darah, ia memegangi lehernya yang kini bergeser dan terputus dengan rapi.
Tubuh kekar Dong Guan akhirnya ambruk dengan suara berdebum, menyisakan keheningan yang menyesakkan di tengah lembah kecil itu.
Para bandit yang tersisa menatap dengan ketakutan yang nyata, menyadari bahwa pemimpin mereka telah dikalahkan dengan mudah oleh sosok yang berdiri di hadapan mereka.
Liang Fei menyarungkan kembali pedangnya, sembari menghela napas panjang.
“Ketika kalian memilih jalan keserakahan dan kehancuran, inilah akhir yang bisa kalian harapkan,” ucapnya dengan nada suara yang masih tenang dan berwibawa, “Pergilah dan pikirkan kembali hidup kalian. Kesempatan kedua jarang datang dalam dunia ini.”
Para bandit yang telah kehilangan semangat tempur mereka mulai mundur perlahan, tanpa berani menunjukkan punggung mereka kepada Liang Fei, takut akan serangan yang mungkin datang tiba-tiba.
Setelah sejenak memastikan bahwa para bandit benar-benar akan pergi tanpa menimbulkan masalah lebih lanjut, Liang Fei mengalihkan perhatiannya ke dalam markas.
“Sekarang, mari kita lihat harta seperti apa yang telah para bandit dungu ini kumpulkan,” gumamnya.