🏆 Juara 3 YAAW 2024 Periode 2🏆
"Permisi Mas, kalau lagi nggak sibuk, mau jadi pacarku?"
———
Daliya Chandana sudah lama memendam rasa pada sahabatnya, Kevin, selama sepuluh tahun. Sayangnya, Kevin tak menyadari itu dan malah berpacaran dengan Silvi, teman semasa kuliah yang juga musuh bebuyutan Daliya. Silvi yang tidak menyukai kedekatan Daliya dengan Kevin mengajaknya taruhan. Jika Daliya bisa membawa pacarnya saat reuni, ia akan mencium kaki Daliya. Sementara kalau tidak bisa, Daliya harus jadian dengan Rio, mantan pacar Silvi yang masih mengejarnya sampai sekarang. Daliya yang merasa harga dirinya tertantang akhirnya setuju, dan secara random meminta seorang laki-laki tampan menjadi pacarnya. Tak disangka, lelaki yang ia pilih ternyata seorang Direktur baru di perusahaan tempatnya bekerja, Narendra Admaja. Bagaimana kelanjutan kisah mereka?Akankah Daliya berhasil memenangkan taruhan dengan Silvi? Atau malah terjebak dalam cinta segitiga yang lebih rumit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Buktinya Apa?
Daliya berjalan dengan penuh percaya diri diiringi tatapan iri dari semua wanita yang berada di restoran itu. Pria di sebelahnya masih tersenyum tebar pesona, sementara tangannya melingkar pada pinggang Ren.
“Sorry guys, aku telat ya?” ucap Daliya berbasa-basi. Di dalam hati dirinya sedang tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Silvi yang berubah menjadi merah padam menahan kesal.
“Duduk dulu sayang,” dengan penuh perhatian, pria yang menjadi pacar pura-pura Daliya itu menarikkan salah satu kursi dan mempersilahkan Daliya duduk. Dengan wajah bangga, Daliya mengibaskan rambut panjangnya sebelum duduk di kursi itu.
“Wah, Daliya.. Udah lama banget ya kita nggak ketemu. By the way, ini siapa? Kenalin dong ke kita!” Novi mulai memberikan pancingan. Pancingan itu berhasil, karena beberapa saat kemudian teman-teman yang lain juga bertanya dengan wajah penasaran.
“Iya, kenalin dong Dal! Masa Lo diem-diem aja punya pacar seganteng ini,”
“Namanya siapa Mas?”
“Saya Ren,” Jawab pria itu. “Maaf ya, pacar saya jadi telat datang karena tadi nungguin saya dulu,”
“Aduh, nggak apa-apa kok, lagian kita juga belum lama di sini. Iya kan, Silvi?” Novi melemparkan pertanyaan pada Silvi yang sedari tadi diam saja. Mendengar namanya disebut, Silvi yang semula wajahnya kesal berusaha menutupi ekspresinya dengan tersenyum lebar.
“Iya kok, kita belum lama,” gadis itu memberi jeda sejenak sebelum mulai menyerang dengan pertanyaan lain. “Tapi, Gue penasaran deh, kalian kenal dimana? Dan pacarannya sejak kapan? Soalnya kayanya Kevin nggak kenal sama Ren. Iya kan sayang?” Silvi mengalihkan pandangannya pada Kevin, tampak pacarnya itu melihat Daliya dan Ren dengan tatapan tajam.
“Aku juga penasaran kalian ketemu dimana dan pacaran sejak kapan,” Kevin bertanya dengan nada dingin.
“Kami nggak sengaja ketemu bulan lalu waktu beli kopi di sebuah kafe, dan sejak saat itu saya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama,” Ren menjawab sambil mengelus-elus rambut Daliya. “Sejak saat itu saya terus mengejar-ngejar dia tanpa menyerah,”
Ucapan Ren sontak membuat para wanita berteriak iri.
“Yaampun, so sweet banget! Gue juga pengen dikejar-kejar cowok seganteng itu!”
“Daliya pake pelet apa sampai bisa bikin cowok itu klepek-klepek?”
Telinga Daliya terasa panas mendengar bisikan-bisikan itu. Meski begitu dia memilih untuk diam saja dan berlagak tenang. Walaupun sebenarnya di dalam hati ia sibuk menenangkan jantungnya yang terus berdebar-debar akibat sentuhan dan ucapan dari Ren. Dasar, pria itu jago sekali berakting!
“Nggak masuk akal banget,” Silvi mencibir. “Memangnya apa yang bisa dilihat dari Daliya sampai kamu harus mengejar-ngejar dia? Kamu bilang begitu bukan karena disuruh Daliya kan?”
“Maksudnya?” Daliya sudah terpancing emosinya. Tapi Ren berusaha menenangkan dengan mengelus punggung tangannya lembut.
“Yah..siapa tahu, Lo sama Ren itu nggak pacaran beneran. Mungkin sekedar…pacar bayaran?”
Kedua tangan Daliya sudah terkepal. Wanita ini!
“Kenapa Anda bilang begitu? Apa menurut Anda rasa cinta saya pada Daliya cuma sekedar bohongan?” Ren bertanya balik. Tangannya kini menggenggam erat tangan Daliya. “Apa saya harus membuktikannya di depan kalian supaya kalian semua percaya?”
“Coba saja buktikan,” Silvi melipat tangannya di depan dadda. “Walaupun kalian datang bersama, bukan berarti kalian benar-benar pacaran,”
Daliya ingin sekali melempar wajah Silvi dengan gelas di depannya saat ini juga. Astaga, ada apa sih dengan wanita itu? Kenapa dia tidak menerima saja keadaan ini dan mengaku kalah? Terus, bagaimana cara Daliya membuktikan kalau dirinya benar-benar pacaran dengan Ren? Karena mereka kan, memang hanya pura-pura pacaran!
“Kalau begitu, akan saya buktikan,” Ren menoleh ke arah Daliya. “Kalian nilai saja sendiri apakah hubungan kita memang sungguhan atau hanya settingan,”
Daliya menatap Ren dengan wajah bingung. Apa? Apa yang akan mereka lakukan? Bukankah ini tidak ada dalam rencana? Memang bagaimana cara mereka membuktikannya?
Ren mulai mendekatkan wajahnya pada Daliya dan berbisik. “Maaf, aku terpaksa melakukan ini,”
Lalu dalam beberapa detik, tiba-tiba saja bibir Daliya dan Ren sudah saling bersentuhan
CUP!
tulisannya juga rapi dan enak dibaca..
semangat terus dlm berkarya, ya! 😘
ujian menjelang pernikahan itu..
jadi, gausah geer ya anda, Pak Direktur..