"Tidak semudah itu kamu akan menang, Mas! Kau dan selingkuhanmu akan ku hancurkan sebelum kutinggalkan!"
~Varissa
_____________________
Varissa tak pernah menyangka bahwa suami yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata mampu mendua dengan perempuan lain. Sakit yang tak tertahankan membawa Varissa melarikan diri usai melihat sang suami bercinta dengan begitu bergairah bersama seorang perempuan yang lebih pantas disebut perempuan jalang. Ditengah rasa sakit hati itu, Varissa akhirnya terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat dirinya harus koma dirumah sakit.
Dan, begitu wanita itu kembali tersadar, hanya ada satu tekad dalam hatinya yaitu menghancurkan Erik, sang suami beserta seluruh keluarganya.
"Aku tahu kau selingkuh, Mas!" gumam Varissa dalam hati dengan tersenyum sinis.
Pembalasan pun akhirnya dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulangtahun perusahaan
Seminggu kemudian, Perusahaan merayakan ulangtahunnya yang ke-30. Perayaan berlangsung megah dengan bintang tamu beberapa artis ternama. Erik sengaja tidak memberitahu Varissa mengenai jadwal rinci dimana acara itu dilaksanakan. Sengaja menyembunyikan hal itu rapat-rapat demi mencegah sang istri bertemu dengan selingkuhannya.
"Mas, acaranya bagus banget! Makasih, ya!" ucap Mauren senang. Pasalnya, bukan hanya ulangtahun perusahaan saja yang dirayakan. Tapi, ulangtahunnya juga.
"Kamu suka?" Erik mengecup bibir merah Mauren. Tangannya melingkari pinggang ramping Mauren yang malam ini mengenakan gaun ketat berwarna hitam dengan belahan dada rendah.
"Suka banget, Mas!" angguk Mauren.
Keluarga besar Erik juga datang. Retno menyelamati calon menantu idamannya sambil mengecup pipi Mauren secara bergantian. Begitu pula dengan Harun. Hanya Tika yang bergeming. Dicubit oleh ibunya pun, gadis itu tetap tidak mau bergerak dari kursinya.
"Ngapain sih pakai rayain acara Mbak Mauren segala? Giliran aku yang ulangtahun kemarin, alasannya nggak ada duit. Bang Erik curang!" protes Tika dengan nada ketus.
Mauren menghela nafas. Ia mendekati Tika. Duduk di sebelah gadis yang reflek menjauh saat dia mencoba untuk mendekat.
"Abang kamu bukannya pilih kasih, Tik! Kebetulan aja ulangtahun Mbak sama ulangtahun perusahaan cuma beda dua hari. Jadi, dirayain aja sekalian. Hitung-hitung, dananya kan ditanggung perusahaan juga. Bukan dana pribadi Abang kamu."
Tika mendengus. Tatapannya tak ingin menatap wajah pelakor disampingnya. Meski akhlak Tika tidak baik, namun dia tetap tidak mendukung kakaknya selingkuh. Alasannya hanya satu. Terlalu takut kehilangan segala kesenangan yang sudah terlanjur dia dapatkan dari kakak iparnya, Varissa.
"Nggak usah munafik, Lo!" teriak Tika sarkas. "Kalau bukan karena doyan harta Mbak Varissa juga, mana mungkin Lo mau jadi pelakor kayak gini. Iya, kan?"
Darah Mauren sontak mendidih. Berani sekali bocah ini mengatainya pelakor. Andai Kakak dan kedua orangtuanya tidak berada di ruangan yang sama, maka sudah Mauren pastikan bahwa rambut panjang milik Tika sudah dia jambak habis. Botak, botak sekalian.
"Tika...," panggil Mauren lembut. Upaya mengambil hati mertua mulai dia lancarkan.
"Apa sih? Jangan pegang-pegang!" dengus Tika sambil menepuk-nepuk bahunya yang dipegang Mauren tadi. Dia berdiri. Memutuskan keluar dari ruangan itu.
"Maafin Tika ya, Sayang!" Retno duduk di tempat bekas Tika tadi. "Biar bagaimanapun, menantu ideal Tante itu cuma kamu. Si Varissa itu nggak ada apa-apanya dibanding kamu. Jangan sedih ya!!" hibur Retno seraya menangkup wajah Mauren.
"Makasih ya, Tante!" Mauren memeluk Ibu Erik. Dalam hati ia mengumpat dan menyumpahi Tika yang sudah berlaku kurang ajar padanya.
"Awas kau bocah! Resmi jadi adik ipar ku, habis kamu!"
*****
Pesta semakin malam semakin ramai. Sebentar lagi, acara pemotongan kue akan segera dilaksanakan. Dan diluar, tepatnya didepan pintu masuk terjadi sedikit keributan.
"Kamu nggak tahu siapa saya?" tanya Varissa dengan emosi meledak. Dia dilarang masuk oleh penjaga hanya karena tak memiliki undangan resmi.
"Maaf, Nyonya! Tanpa undangan resmi, siapapun tidak boleh asal masuk!" ucap penjaga itu.
"Dia bersama saya," ucap seorang pria sambil menyerahkan undangan resmi kepada penjaga itu.
Sang penjaga menerima undangan tersebut. Memverifikasi nama tamu yang tertera di depan undangan dan mencocokkannya dengan nama-nama tamu yang berada didalam daftarnya.
"Silahkan! Anda boleh masuk!" ucap penjaga itu sopan.
Dikta mengangguk. Di genggamnya tangan Varissa untuk ikut bersamanya memasuki tempat acara.
"Kamu kok bisa punya undangan?" tanya Varissa bingung.
Dikta tak menjawab. Pria itu melepas genggaman tangannya tepat ketika lift sebentar lagi akan sampai dilantai yang mereka tuju.
"Sekarang, lakukan rencana yang ingin kamu lakukan! Aku akan mengawasi dari jauh!"
TING!
Lift terbuka. Sambil memperbaiki jas yang ia pakai, Dikta keluar lebih dulu dan bertingkah seolah tak mengenal Varissa sama sekali.
"Ck, kenapa sih laki-laki itu selalu nggak bisa di tebak?" dengus Varissa kesal.
Acara potong kue sudah selesai ketika Varissa sampai. Dengan mata kepalanya, dia melihat betapa mesranya Mauren menyuapi Erik sepotong kue diatas panggung. Keduanya seolah tidak peduli lagi mengenai pandangan orang-orang. Memilih menutup mata meski beberapa rekan bisnis yang tahu bahwa Erik adalah suami Varissa menatap mereka dengan wajah keberatan.
Namun, kemesraan itu tak berlangsung lama. Tepat ketika Varissa berdiri didepan panggung dengan tangan bersedekap, suasana mendadak berubah beku. Para pegawai yang tahu perselingkuhan Erik dan Mauren mulai menatap takut-takut. Satu dua, tampak sekali sedang menghindar. Tika yang ada disebelah Varissa bahkan hampir pingsan karena merasa dunianya akan segera kiamat. Apalah arti keberadaannya di bumi tanpa sokongan harta dari kakak iparnya?
"Va-varissa?" Bibir Retno bergetar kala menatap menantu perempuannya sudah berdiri tak jauh darinya. Dia yang semula bertepuk tangan paling keras saat melihat Erik disuapi Mauren diatas panggung langsung lemas.
Kedua alis Varissa terangkat. Menatap tajam Erik yang juga balas menatapnya dengan gentar. Buru-buru, lelaki itu turun dari panggung dan meninggalkan sang pacar berdiri sendirian diatas sana.
MC acara juga tampak mulai panik. Apa-apaan ini? Pikirnya. Erik baru saja memberi kode agar dia tidak jadi mengumumkan acara selanjutnya. Jadi, sekarang dia harus apa? Diam? Lantas, bagaimana dengan acaranya?
"Sa-sayang? Ngapain disini?" tanya Erik kalang kabut. Tatapannya tak henti-henti menatap Mauren dan Varissa secara bergantian.
"Justru aku yang seharusnya nanya, Mas! Apa maksudnya kamu ngerayain ulangtahun perusahaan tanpa ngasih tahu aku?"
DEG!!
Jantung Erik rasanya ingin copot. Terlebih lagi, saat suara seseorang terdengar keras dan menggema memenuhi ruangan sedang memanggil nama Varissa untuk naik ke atas panggung.
"Seperti yang para hadirin tahu. Perempuan yang disana adalah istri dari Direktur kami." Mauren menunjuk Varissa sambil tersenyum. "Dan, mengingat malam ini adalah ulangtahun perusahaan sekaligus ULANG TAHUN SAYA, Nyonya Varissa YANG TERHORMAT katanya ingin menyumbangkan lagu. Untuk itu, mari kita sambut secara meriah, Nyonya VARISSA AZALEA EVANSYAH!!" ucap Mauren dengan penekanan di beberapa kata.
Mata Varissa membulat sempurna. Bernyanyi? Licik sekali pelakor ini. Dari seringainya, Varissa sudah sangat tahu bahwa Mauren sengaja ingin mempermalukan dirinya.
"Berani juga kamu!" puji Varissa dalam hati.
"Silahkan, Nyonya!" panggil Mauren sekali lagi.
Seluruh tubuh Varissa rasanya terbakar oleh emosi akibat kelakuan selingkuhan Erik. Kejadian ini sama sekali tidak pernah dia duga. Bahkan, sangat jauh dari rencana yang sudah dia persiapkan. Niat hendak melabrak, justru kini dirinya yang terjebak.
"Varissa nggak bisa nyanyi, Mauren! Batalkan!" bisik Erik dari bawah panggung.
Mauren berpura-pura tak melihat. Justru semakin dia tahu kelemahan istri sah kekasihnya, dia malah semakin senang.
"Mampus kamu, perempuan bodoh!"
Varissa
Mauren
Dikta
Erik
Kasihan Cinta dengan luka bakarnya itu. sudah begitu di katai pembawa sial lagi. tambah mengangah lah luka tubuh dan lukai hatinya