NovelToon NovelToon
Can I Dream Of Something Beautiful? (STRAIGHT STORY)

Can I Dream Of Something Beautiful? (STRAIGHT STORY)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Mengubah sejarah / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Littlesister

Sandra, gadis yang hidup sengsara di keluarga kaya Hartawan. Sejak kecil, ia diperlakukan kejam oleh orang tuanya, yang sering memukul, menyalahkannya, dan bahkan menjualnya kepada pria-pria tua demi uang agar memenuhi ambisi keuangan orang tuanya. Tanpa Sandra ketahui, ia bukan anak kandung keluarga Hartawan, melainkan hasil pertukaran bayi dengan bayi laki-laki mereka

Langit, yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, bertemu Sandra tanpa mengetahui hubungan darah mereka. Ketika ia menyelidiki alasan perlakuan buruk keluarga Hartawan terhadap Sandra, ia menemukan kenyataan pahit tentang identitasnya. Kini, Langit harus memilih antara mengungkapkan kebenaran atau tetap bersama Sandra untuk melindunginya. Sementara Sandra, cinta pertamanya ternyata terikat oleh takdir yang rumit bersamanya.
#foreducation

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Littlesister, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ulah Damar

"Lo udah lewat batas, Damar. Lo nggak punya hak buat ngeposting hal itu tentang Sandra!" bentak Langit.

"Kenapa? Gue cuma bilang fakta. Atau lo malu karena pacar lo itu ternyata tidur sama bokap lo sendiri? Lo tahu apa yang lebih lucu? Lo masih bela dia!" Damar mencoba memancing emosi Langit.

Langit tidak bisa menahan diri lagi. Ia langsung melayangkan pukulan keras ke wajah Damar, membuat Damar terhuyung ke belakang. Suasana kantin menjadi tegang, mahasiswa lain mulai menonton.

"Langit, berhenti! Lo mau bikin masalah lebih besar lagi?!" lerai Raffi.

"Gue nggak peduli! Dia udah kelewatan! Lo pikir nginjak harga diri orang lain itu hiburan, hah?!"

Langit menunjuk-nunjuk wajah Damar

"Lihat nih. Lo kayak anjing yang tersulut sama jebakan gue. Makin lo marah, makin puas gue. Semua ini gara-gara lo bela penjaga kantin rendahan itu!" Damar tertawa licik, sambil menyeka darah di sudut bibirnya.

"Kalau lo berani hina dia lagi, gue nggak akan tinggal diam!" Langit mendekat, menggenggam kerah baju Damar.

"Terus lo mau apa, hah? Lo mau bunuh gue gara-gara cewek yang udah tidur sama bokap lo? Jangan munafik, Langit. Lo nggak lebih baik dari gue. Lo tahu fakta itu bakal bikin lo dihina satu kampus." lagi dan lagi Damar memperburuk suasana.

Langit melepaskan Damar dengan kasar, menatapnya dengan penuh amarah. Ia tahu Damar hanya ingin memperburuk keadaan, tapi Langit tetap tidak bisa menerima penghinaan itu. Dan segera menghampiri Sandra di kantin.

Beberapa mahasiswa mulai membicarakan Sandra dengan suara pelan namun jelas terdengar. Mereka menatap Sandra dengan tatapan hina saat ia bekerja di kasir.

"Itu dia cewek yang katanya tidur sama ayahnya Langit. Nggak nyangka banget." sindir seorang Mahasiswi

"Udah kerja di kantin, deket-deket ke Damar, eh muncul skandalnya kayak gitu lagi. Kasihan banget si Langit, pacaran sama cewek kayak dia." timpal Mahasiswi lainnya.

Sandra mendengar semua itu, tapi ia tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya hampir jatuh, tapi ia menahannya. Dalam hatinya, ia merasa hancur, namun tidak tahu bagaimana cara membersihkan namanya.

Langit datang dan mengusir semua orang yang mencibir Sandra. Mereka pun segera bubar dari kerumunan, dan keluar dari kantin.

"Langit... aku .... gak tau kalau dia bakal ingkar janji. Padahal semua sudah aku lakukan" tangis Sandra pecah.

...----------------...

Flashback...

Kembali pada satu hari setelah Sandra mengiyakan syarat dari Damar menuruti perkataan Damar untuk menjadi lebih ramah padanya, agar Damar tidak membongkar rahasianya. Satu bulan yang lalu sebelum rahasianya terungkap.

Di Kantin kampus, siang hari. Sandra sedang melayani mahasiswa di kasir seperti biasa. Damar dan teman-temannya masuk, berbicara dengan nada keras sambil tertawa. Saat melihat Sandra, Damar mendekatinya dengan senyum sinis.

"Halo, Sayang. Jangan lupa senyum, dong. Gue sama temen-temen mau pesen makanan nih. Biar makin akrab, gimana kalau lo duduk sama kita setelah selesai kerja?" goda Damar.

"Baik, Kak. Setelah aku selesai kerja, aku pasti mampir ke meja kalian." sahut Sandra.

Damar tertawa puas, menepuk meja kasir sebelum kembali ke tempat duduknya bersama teman-temannya. Sandra menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Setelah selesai melayani pelanggan, ia mendekati meja Damar dengan membawa nampan makanan.

"Ini pesanan kalian. Ada lagi yang bisa aku bantu?" ucap Sandra.

"Wah, tumben banget si penjaga kantin ini ramah. Biasanya judes." sahut Dimas, teman Damar.

"Iya nih, gue jadi penasaran. Apa yang bikin lo berubah?" sahut teman Damar yang lain.

"Aku cuma pengen lebih ramah sama semua pelanggan. Itu aja." Sandra tersenyum kecil, mencoba menahan kekesalannya.

Damar menyeringai, merasa puas dengan perubahan sikap Sandra. Setelah itu, mereka mulai berbincang dengan Sandra. Meski terpaksa, Sandra berusaha menuruti kemauan mereka agar fakta tentang masa lalunya tidak semakin menyebar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari demi hari berlalu, Sandra mulai lebih sering terlihat bersama Damar dan teman-temannya di luar jam kerja. Langit, yang biasanya duduk bersama Sandra di kantin, mulai menyadari perubahan sikap Sandra.

Damar dan teman-temannya sedang duduk bersama Sandra. Mereka bercanda dan berbicara dengan nada santai. Sandra, meski merasa tidak nyaman, berusaha mengikuti suasana.

"Eh, lo beneran berubah ya sekarang. Lo jadi lebih asyik, San. Gue jadi pengen sering-sering nongkrong sama lo." ucap Dimas.

"Makasih. Aku cuma pengen belajar lebih ramah aja sama semua orang." timpal Sandra.

"Bagus, dong. Tapi jangan lupa, lo ada di sini karena gue. Jadi, jangan sampai lo lupa buat ngucapin terima kasih, ya." Damar tertawa kecil, menatap Sandra dengan licik.

"Iya, makasih." ucap Sandra singkat.

"Wah, lo keren banget, Mar. Lo bisa bikin si penjaga kantin ini jadi asyik kayak gini." puji teman Damar lainnya

Damar tertawa puas, sementara Sandra semakin merasa dirinya terjebak. Ia tahu bahwa hubungannya dengan Langit semakin renggang karena ini, tetapi ia merasa tidak punya pilihan.

Langit berjalan mendekat dengan langkah cepat. Wajahnya terlihat kesal, tetapi ia mencoba menahan emosinya.

"Sandra, aku boleh ngomong sama kamu sebentar?" pinta Langit.

"Eh, Langit... Sekarang? Aku lagi sama teman-teman." tolak Sandra.

Damar yang duduk di samping Sandra langsung menyeringai, menyela pembicaraan mereka.

"Wah, Langit. Lo nggak lihat pacar gue lagi sibuk sama kita? Kalau mau ngomong, tunggu giliran dong." goda Damar.

"Aku cuma butuh sebentar, Sandra. Kita harus bicara." Langit menatap tajam ke arah Damar, lalu kembali ke Sandra.

"Langit, aku lagi sama mereka. Nanti aja kita ngobrolnya, ya?" Sandra ragu-ragu, menatap Damar sejenak sebelum menjawab.

Langit terdiam, merasa hatinya hancur. Ia menatap Sandra dengan kecewa, lalu berbalik pergi tanpa berkata apa-apa. Damar melihat kesempatan itu dan langsung tertawa puas.

"Wah, Langit cemburu, tuh. Kayaknya lo lebih suka sama kita daripada dia sekarang, San."

Damar tertawa kecil, menepuk meja.

"Tapi lo harus akui, dia kelihatan banget nggak suka lo deket sama kita. Gimana kalau kita bikin dia makin panas? Bisa jadi hiburan buat kita semua." sambung Damar.

"Jangan, Kak. Aku nggak mau ada masalah lagi." larang Sandra

"Masalah? Kalau dia cemburu, itu bukan salah kita. Lagian, seru aja liat cowok kaya kayak dia nggak bisa apa-apa." ucap Damar

Sandra terdiam, merasa semakin terjebak dalam situasi ini. Sementara itu, Damar terlihat semakin senang karena berhasil membuat Langit merasa tersisih.

Beberapa jam kemudian, Langit menemui Sandra di taman kampus. Wajahnya masih terlihat kesal, tetapi ia mencoba menahan emosinya.

"Sandra, aku mau tanya. Kenapa kamu lebih milih habisin waktu sama Damar dan teman-temannya daripada sama aku?" tanya Langit.

"Langit, ini bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku cuma..." jawab

"Cuma apa? Kamu tahu aku nggak suka kamu deket sama mereka. Mereka itu orang-orang yang cuma mau bikin kamu susah!" potong Langit.

"Langit, aku cuma nggak mau ada masalah lagi. Kalau aku baik sama mereka, mereka nggak bakal ganggu aku." jujur Sandra.

"Jadi, kamu lebih mementingkan mereka daripada aku? Kamu nggak percaya aku bisa bantu kamu, ya?" kecewa Langit.

"Bukan begitu, Langit... Aku cuma nggak mau kamu terus kena masalah gara-gara aku." jelas Sandra.

Langit terdiam, mencoba mencerna apa yang Sandra katakan. Meski ia ingin mengerti, rasa cemburu dan kecewanya terlalu besar.

"Kalau kamu pikir itu yang terbaik, aku nggak bisa maksa kamu. Tapi aku cuma pengen kamu tahu satu hal, Sandra: aku selalu ada buat kamu. Sayangnya, kayaknya sekarang kamu lebih milih mereka." tegas Langit.

Langit berbalik pergi, meninggalkan Sandra yang berdiri dengan air mata mulai menggenang di matanya. Di kejauhan, Damar memperhatikan dengan senyum penuh kemenangan.

Keesokan harinya, di taman kampus. Langit sedang duduk sendirian di bangku taman, membaca buku. Sandra mendekatinya dengan langkah pelan, wajahnya penuh rasa bersalah. Langit melihatnya sekilas, lalu kembali fokus ke bukunya.

"Langit... Aku mau ngomong sama kamu." ucap Sandra

"Aku nggak yakin kita masih punya banyak hal untuk dibicarakan, Sandra." sindir Langit.

"Aku tahu aku salah. Aku tahu aku udah ngecewain kamu. Tapi aku nggak pernah bermaksud kayak gini. Aku minta maaf" ucap Sandra.

"Jadi sekarang kamu sadar kalau kamu salah? Setelah kamu habisin waktu sama Damar dan teman-temannya? Setelah kamu lebih milih mereka daripada aku?" jelas Langit.

"Aku cuma takut, Langit. Aku nggak tahu harus gimana... Aku pikir kalau aku dekat sama mereka, mereka nggak bakal nyakitin aku lagi." jujur Sandra.

"Dan kamu pikir aku nggak bisa melindungi kamu? Kamu lebih percaya sama mereka daripada aku. Sekarang apa yang kamu harapkan dari aku, Sandra?" kecewa Langit, ia pun meninggalkan Sandra sendirian.

Di sudut lain kampus, Damar sedang duduk bersama teman-temannya. Ia melihat Sandra berjalan melewati mereka dengan wajah muram. Ia tertawa kecil, lalu berbicara dengan nada penuh kemenangan.

"Lihat tuh si penjaga kantin. Sekarang dia nggak punya tempat buat lari. Langit marah, dan dia nggak bisa lepas dari gue." ucap Damar.

"Kasian juga sih, Man. Tapi lo beneran nggak mau lepasin dia?" jawab Dimas.

"Lepasin? Nggak lah. Gue seneng liat dia hancur kayak gini. Gue bakal bikin dia lebih susah lagi." jelas Damar.

Siang harinya, di taman kecil di kampus. Sandra duduk menunggu dengan wajah tegang. Tak lama kemudian, Damar muncul dengan langkah santai dan senyum licik. Ia duduk di depan Sandra, menatapnya dengan ekspresi penuh kemenangan.

"Halo, sayang. Tumben ngajak ketemu di sini. Kangen gue, ya?" goda Damar.

"Kak, aku mau ngomong sesuatu." ucap Sandra.

"Cerita aja, gue dengerin. Tapi semoga ini bukan omongan yang bikin gue kecewa, ya." timpal Damar.

"Aku nggak bisa terus-terusan kayak gini, Kak. Aku nggak bisa terus-terusan deket sama kamu." sambung Sandra.

"Maksud lo apaan? Lo pikir lo bisa ninggalin gue gitu aja?" bentak Damar.

"Langit udah cukup marah karena aku sering bareng kamu. Aku nggak mau hubungan aku sama dia jadi semakin rusak." jujur Sandra.

"Oh, jadi lo lebih milih Langit sekarang? Lo pikir dia masih peduli sama lo? Dia udah ngejauh, sayang. Lo cuma buang-buang waktu ngejar dia." sindir Damar.

"Itu urusan aku sama Langit. Tapi aku nggak bisa terus kayak gini, Kak. Aku nggak mau bikin semuanya tambah buruk." tegas Sandra.

Beberapa mahasiswa dan mahasiswi bergosip tentang hubungan Damar dan Sandra, Bisikan mereka terdengar jelas di antara keramaian.

"Tuh, si penjaga kantin yang katanya punya dua cowok sekaligus. Langit sama Damar, ya?" sindir seorang Mahasiswi.

"Iya. Kasihan si Langit deh. Kok bisa dia suka sama cewek kayak gitu?" timpal Mahasiswa lainnya.

"Ya wajar aja sih. Dia kan pintar manfaatin situasi. Pura-pura lemah biar dibela Langit, tapi deket-deket sama Damar juga." cobir Mahasiswi lainnya.

Sandra mendengar semua cemoohan yang dikatakan oleh mahasiswa dan mahasiswi yang sedang bergosip tentang dirinya, namun ia tidak peduli dan tetap fokus untuk menyelesaikan hubungannya dengan Damar.

"Lo pikir lo bisa keluar dari ini semua? Lo pikir gue bakal gampang lepasin lo? Sandra, gue udah bilang dari awal: gue nggak suka dibohongin atau ditinggalin. Kalau lo tetep maksa, gue bisa sebar fakta itu ke seluruh kampus." ancam Damar.

"Lo lucu, ya. Lo pikir lo punya pilihan? Gue yang pegang kendali sekarang, sayang. Lo cuma bisa ikut aturan gue." sambung Damar.

Sandra bangkit dari tempat duduknya, menatap Damar dengan tatapan penuh tekad meski tubuhnya gemetar.

"Percaya sama aku, Kak. Cepat atau lambat, aku akan keluar dari semua ini, dan aku nggak akan biarin kamu menang." tegas Sandra.

1
I'm your.hero
si damar nih ciri-ciri orang yang pengen dikirimkan santet
I'm your.hero
kak update lagi dong, ditunggu episode selanjutnya
Yoona
semangat nulis nya
Yoona
aku mampir kak
I'm your.hero
Ceritanya bagus tapi pemeran utamanya kasian dibikin susah mulu
I'm your.hero
istigfar thor, ini perasaan kehidupan Sandra gak bahagia mulu, author nya harus diruqiah😮‍💨
Aulia Nur
aduh sandra!! 😌
Cevineine
Semangat, mampir juga 👍😁
cyyy♥️
mampir gaesss/Drool/
Little Sister
🔥🔥🔥🔥
Yuzuru03
Harus dibahas nih!
Axelle Farandzio
Sudut pandang baru
Little Sister: Hai... Terima kasih atas komentarnya! Apakah maksud 'sudut pandang baru' adalah apresiasi terhadap cerita, atau ada masukan tertentu yang ingin disampaikan?" 🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!